
Suatu adat bangsa Arab adalah
mencarikan untuk bayi-bayi mereka para wanita pedalaman yang mau menyusui agar
badan mereka bisa tumbuh secara normal dan cerdas karena di lingkungan
sekitarnya udara masih segar. Pada saat kelahiran Muhammad SAW., sekelompok
orang dan kampung Bani Sa’ad tiba di Mekah untuk tujuan ini. Kaum wanita mereka
berkeliling ke rumah-rumah tetapi mereka semua berpaling dan Muhammad SAW.
karena keyatiman dan kefakirannya.
Nabi Muhammad SAW. disusui ibundanya
sendiri selam 3 hari lalu disusukan kepada Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab
yang sudah dimerdekakan. Kemudian, Ibu Muhammad SAW. (ibundanya) menyusukan
kepada seorang perempuan yang baik akhlaknya bernama Halimatus binti Abi Zuaib
(Halimah as-Sa’diyyah). Halimah adalah istri Hans bin Abdul Uzza (Abu Kabsyah),
ia berasal dan Bani Sa’ad kabilah Hawazin yang terletak antara Mekah dan Taif,
60 km sebelah timur Kota Mekah. Pada mulanya Halimah juga berpaling sebagaimana
yang lain tetapi setelah ia mengelilingi beberapa rumah, ternyata ia tidak
mendapatkan apa yang dicari dan tidak menjumpai bayi yang akan dibawa untuk
disusui agar upahnya dapat meringankan kesulitan dan kerasnya kehidupan,
khususnya pada tahun paceklik saat itu. Akhirnya, ia berpikir untuk kembali ke
rumah Aminah dan rela menerima anak yatim dengan upah sedikit.
Halimah datang ke Mekah bersama
suaminya dengan mengendarai seekor unta kurus dan lamban, sementara dalam
perjalanan pulangnya ia menggendong Rasulullah SAW. Dalam pangkuannya. Namun,
unta tersebut berlari dengan kencang dan semua hewan tunggangan lainnya
tertinggal di belakangnya yang membuat heran teman-teman seperjalanannya.
Halimah juga bercerita bahwa sebelumnya puting susunya tidak memancarkan air
susu sedikitpun, dan bayi yang disusuinya selalu menangis karena kelaparan.
Namun, ketika Muhammad SAW. menyedot susunya seketika air susunya keluar dengan
deras. ¡a juga bercerita tentang kekeringan tanah miliknya di perkampungan Bani
Sa’ad. Selain itu, dengan ia menyusui bayi ini, tanah dan ternaknya dapat
berproduksi dan kondisinya berubah total dan sengsara dan melarat menjadi
senang dan berada.
Untuk melepas kerinduan atas
putranya Muhammad SAW., ibunda Siti Aminah sering berkunjung ke rumah Halimah,
begitu pula Halimah setiap berkunjung ke Mekah tak lupa membawa Muhammad SAW.
Muhammad SAW. menghabiskan masa dua tahun dalam penjagaan Halimah yang sangat
menyukainya, ia merasakan dari lubuk hatinya segala sesuatu dan kondisi luar
biasa yang meliputi bayi ini. Setelah masa dua tahun, Halimah membawa Muhammad
SAW. ke ibunda dan kakeknya di Mekah. Namun, ketika Halimah melihat perubahan
yang terjadi pada keadaannya yang dipengaruhi oleh keberkahan Muhammad ia
memohon kepada Aminah agar menyetujui Muhammad SAW. tetap bersamanya untuk
kedua kalinya, dan Aminahpun menyetujuinya. Akhirnya, Halimah kembali ke
perkampungan Bani Sa’ad dengan membawa anak yatim ini, yang melimpahkan
kesenangan baginya dan mengelilinginya dengan kebahagiaan.
Kelahiran Muhammad SAW. di tengah-tengah
masyarakat Arab Mekah mendapat perhatian yang luar biasa dan berbagai kalangan.
Hal ini disebabkan Muhammad SAW. berasal dan keturunan yang cukup disegani dan
berpengaruh bukan saja di Kota Mekah tetapi juga diseluruh Jazirah Arab.[1]
Setelah Muhammad berumur 6 tahun
ibunya meninggal dunia di sebuah desa yang bernama Abwa dalam perjalanan
kembali dari ziarah ke makam ayahnya di Yatsrib. Setelah itu Muhammad diasuh
oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Kakeknya amat sayang karena Muhammad yatim
piatu. Sebelum Muhammad berusia 8 tahun, kakeknya wafat. Muhammad lalu diasuh
oleh pamannya, Abu Thalib. Selama hidup bersama pamannya, Muhammad banyak
membantu kehidupan Abu Thalib dalam mengurus rumah tangga ataupun dalam
membantu kehidupan ekonomi dengan mendapat upah dari menggembala kambing dan
ikut berdagang ke negeri Syam (sekarang Suriah).
Berikut
ini merupakan beberapa kejadian penting yang dialami oleh Nabi Muhammad pada
masa anak-anak:
1.
Pertemuan dengan
Pendeta Buhaira yang mengetahui akan kenabian Muhammad melalui kitab Taurat dan
Injil sehingga menyarankan agar Abu Thalib dan Muhammad menghindar dan
orang-orang Yahudi
2.
Muhammad
mengikuti Perang Fijar pada usia 15 tahun, usia yang sangat muda dan jarang
dilakukan oleh remaja Arab pada saat itu.
3.
Muhammad mengikuti
perundingan. Perjanjian Hilful Fudul antara Bani Hasyim, Bain Zuhrah, Bain
Taim, Bain Muthalib, dan Bain Asad.
Muhammad banyak mendapat kepercayaan dan penduduk
Mekah untuk menggembalakan kambing mereka dan hal ini merupakan persiapan dalam
memimpin dan melatih berpikir untuk memimpin umatnya.[2]
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3145763305899807"
crossorigin="anonymous"></script>
0 komentar:
Posting Komentar