Rabu, 14 Juni 2017

Masa Kecil Nabi Muhammad SAW.

Masa Kecil Nabi Muhammad SAW.
            Suatu adat bangsa Arab adalah mencarikan untuk bayi-bayi mereka para wanita pedalaman yang mau menyusui agar badan mereka bisa tumbuh secara normal dan cerdas karena di lingkungan sekitarnya udara masih segar. Pada saat kelahiran Muhammad SAW., sekelompok orang dan kampung Bani Sa’ad tiba di Mekah untuk tujuan ini. Kaum wanita mereka berkeliling ke rumah-rumah tetapi mereka semua berpaling dan Muhammad SAW. karena keyatiman dan kefakirannya.
            Nabi Muhammad SAW. disusui ibundanya sendiri selam 3 hari lalu disusukan kepada Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab yang sudah dimerdekakan. Kemudian, Ibu Muhammad SAW. (ibundanya) menyusukan kepada seorang perempuan yang baik akhlaknya bernama Halimatus binti Abi Zuaib (Halimah as-Sa’diyyah). Halimah adalah istri Hans bin Abdul Uzza (Abu Kabsyah), ia berasal dan Bani Sa’ad kabilah Hawazin yang terletak antara Mekah dan Taif, 60 km sebelah timur Kota Mekah. Pada mulanya Halimah juga berpaling sebagaimana yang lain tetapi setelah ia mengelilingi beberapa rumah, ternyata ia tidak mendapatkan apa yang dicari dan tidak menjumpai bayi yang akan dibawa untuk disusui agar upahnya dapat meringankan kesulitan dan kerasnya kehidupan, khususnya pada tahun paceklik saat itu. Akhirnya, ia berpikir untuk kembali ke rumah Aminah dan rela menerima anak yatim dengan upah sedikit.
            Halimah datang ke Mekah bersama suaminya dengan mengendarai seekor unta kurus dan lamban, sementara dalam perjalanan pulangnya ia menggendong Rasulullah SAW. Dalam pangkuannya. Namun, unta tersebut berlari dengan kencang dan semua hewan tunggangan lainnya tertinggal di belakangnya yang membuat heran teman-teman seperjalanannya. Halimah juga bercerita bahwa sebelumnya puting susunya tidak memancarkan air susu sedikitpun, dan bayi yang disusuinya selalu menangis karena kelaparan. Namun, ketika Muhammad SAW. menyedot susunya seketika air susunya keluar dengan deras. ¡a juga bercerita tentang kekeringan tanah miliknya di perkampungan Bani Sa’ad. Selain itu, dengan ia menyusui bayi ini, tanah dan ternaknya dapat berproduksi dan kondisinya berubah total dan sengsara dan melarat menjadi senang dan berada.
            Untuk melepas kerinduan atas putranya Muhammad SAW., ibunda Siti Aminah sering berkunjung ke rumah Halimah, begitu pula Halimah setiap berkunjung ke Mekah tak lupa membawa Muhammad SAW. Muhammad SAW. menghabiskan masa dua tahun dalam penjagaan Halimah yang sangat menyukainya, ia merasakan dari lubuk hatinya segala sesuatu dan kondisi luar biasa yang meliputi bayi ini. Setelah masa dua tahun, Halimah membawa Muhammad SAW. ke ibunda dan kakeknya di Mekah. Namun, ketika Halimah melihat perubahan yang terjadi pada keadaannya yang dipengaruhi oleh keberkahan Muhammad ia memohon kepada Aminah agar menyetujui Muhammad SAW. tetap bersamanya untuk kedua kalinya, dan Aminahpun menyetujuinya. Akhirnya, Halimah kembali ke perkampungan Bani Sa’ad dengan membawa anak yatim ini, yang melimpahkan kesenangan baginya dan mengelilinginya dengan kebahagiaan.
            Kelahiran Muhammad SAW. di tengah-tengah masyarakat Arab Mekah mendapat perhatian yang luar biasa dan berbagai kalangan. Hal ini disebabkan Muhammad SAW. berasal dan keturunan yang cukup disegani dan berpengaruh bukan saja di Kota Mekah tetapi juga diseluruh Jazirah Arab.[1]
            Setelah Muhammad berumur 6 tahun ibunya meninggal dunia di sebuah desa yang bernama Abwa dalam perjalanan kembali dari ziarah ke makam ayahnya di Yatsrib. Setelah itu Muhammad diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Kakeknya amat sayang karena Muhammad yatim piatu. Sebelum Muhammad berusia 8 tahun, kakeknya wafat. Muhammad lalu diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Selama hidup bersama pamannya, Muhammad banyak membantu kehidupan Abu Thalib dalam mengurus rumah tangga ataupun dalam membantu kehidupan ekonomi dengan mendapat upah dari menggembala kambing dan ikut berdagang ke negeri Syam (sekarang Suriah).
            Berikut ini merupakan beberapa kejadian penting yang dialami oleh Nabi Muhammad pada masa anak-anak:
1.      Pertemuan dengan Pendeta Buhaira yang mengetahui akan kenabian Muhammad melalui kitab Taurat dan Injil sehingga menyarankan agar Abu Thalib dan Muhammad menghindar dan orang-orang Yahudi
2.      Muhammad mengikuti Perang Fijar pada usia 15 tahun, usia yang sangat muda dan jarang dilakukan oleh remaja Arab pada saat itu.
3.      Muhammad mengikuti perundingan. Perjanjian Hilful Fudul antara Bani Hasyim, Bain Zuhrah, Bain Taim, Bain Muthalib, dan Bain Asad.
Muhammad banyak mendapat kepercayaan dan penduduk Mekah untuk menggembalakan kambing mereka dan hal ini merupakan persiapan dalam memimpin dan melatih berpikir untuk memimpin umatnya.[2]
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3145763305899807"
     crossorigin="anonymous"></script>

                [1] Sugiyono Dkk, “Sejarah Kebudayaan…, hal. 12-13
                [2] Haryan Syuhada Dkk., “Sejarah Kebudayaan Islam Kelas XII”, Jakarta, Bumi Aksara: 2011, Cet. Ke-1, hal. 3-4.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © MAHSUN DOT NET