
Muhammad tumbuh menjadi seorang
pemuda yang jujur dan berbudi pekerti baik. Karena, kejujuran dan kebaikan budi
pekertinya Muhammad diberi gelar Al-Amin, yang artinya orang yang terpercaya.
Pada usia 20 tahun Muhammad bergabung dalam lembaga Hilfui-Fudul (persekutuan kebajikan). Lembaga ini bertugas membantu
orang-orang miskin dan teraniaya. Melalui lembaga ini, sifat-sifat kepemimpinan
Muhammad mulai muncul. Muhammad juga diberi kepercayaan oleh Khadijah binti
Khuwalid, seorang pengusaha, untuk menjualkan barang dagangannya di Suriah.
Karena kejujuran Muhammad dalam berniaga, Khadijah pun jatuh hati pada
Muhammad. Saat usia Muhammad 25 tahun dan Khadijah 40 tahun mereka melangsungkan
pernikahan.[1]
Menjelang usia dewasa, Muhammad SAW.
sering diajak pamannya berdagang. Dengan pengalaman berdagang dan memiliki
modal ketekunan, rajin bekerja, sopan santun, jujur dan sabar, beliau diberi
kepercayaan untuk menjalankan usaha perdagangan Siti Khadijah, seorang janda
yang kaya raya di Mekah. Berkat kejujuran dan usaha keras Muhammad SAW., barang
dagangan yang diamanatkan kepadanya itu memperoleh keuntungan yang besar
sehingga Khadijah pun merasa senang dan menaruh perhatian kepadanya.
Abu Thalib, pamannya merestui
hubungan keponakannya itu dengan Siti Khadijah. Dengan pernikahannya itu,
peluang Nabi Muhammad SAW. untuk beramal, dan menolong kaum yang lemah semakin
besar. Muhammad SAW., terkenal di masyarakat Mekah sebagai orang yang berhati
mulia, dermawan, dan penegak keadilan. Beliau sering dipercaya untuk
menyelesaikan kasus-kasus sosial mereka. Masyarakat menjulukinya dengan sebutan
Al-Amin.[2]
Pasangan
Khadijah dan Muhammad dikaruniai dua orang putra (Qosim dan Abdullah) senta
empat orang putri (Zainab, Rukayyah, Ummi Kalsum, dan Fatimah). Khadijah
merupakan wanita pertama yang masuk Islam. Khadijah meninggal pada usia 65
tahun.[3]
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3145763305899807"
crossorigin="anonymous"></script>
0 komentar:
Posting Komentar