Saat itu suku Quraisy membanggakan
Abdul Mutalib, kakek Rasulullah Muhammad SAW. dengan keturunan dan kekayaannya.
Ketika itu, Abdul Mutalib benazar seandainya Allah SWT. memberinya rezeki
sepuluh anak laki-laki maka ia akan menyembelih seseorang dari mereka untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan. Keinginannya itu terpenuhi, ia dikaruniai
sepuluh orang anak laki-laki yang salah satunya bernama Abdullah, ayahanda
Rasulullah SAW. Tatkala Abdul Mutalib hendak melaksanakan nazarnya, orang-orang
menghadangnya untuk mencegahnya agar tidak menjadi tradisi bagi mereka. Setelah
itu, mereka bersepakat untuk mengundi nasib (dengan anak panah), antara
Abdullah dan sepuluh ekor unta sebagai tebusannya. Kemudian, mereka menambah
jumlah undian unta itu ketika anak panah undian berpihak pada Abdullah, lalu
mereka melakukan undian lagi dan anak panah selalu mengenai bagian Abdullah
hingga kesepuluh kalinya. Sampai akhirnya anak panah tersebut berpihak kepada
unta yang mencapai 100 ekor. Akhirnya, mereka pun menyembelih unta.
Abdullah adalah putra Abdul Mutalib
yang paling ia cintai, terlebih setelah peristiwa penebusan itu. Setelah dewasa
tampak pada keningnya telah pancaran-pancaran sinar yang tidak dijumpai pada
diri orang lain. Ketika Abdullah telah beranjak dewasa, ayahandanya
memilihkannya seorang gadis dari Bani Zuhrah yang bernama Aminah binti Wahab
lalu menikahkan keduanya. Setelah pemikahan itu, kilatan cahaya yang memancar
dan dahinya hilang dan pindah menetap di dalam perut Aminah.
Abdullah telah menjalankan tugas
dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. Setelah tiga bulan umur kehamilan Aminah,
Abdullah keluar kota bersama rombongan untuk berdagang ke negeri Syam. Dalam
perjalanan pulang, ia menderita sakit keras sehingga ia menetap di Madinah
dengan paman-pamannya dari Bani Najjan. Di sinilah, akhirnya ayahanda Nabi
Muhammad SAW. wafat di usia kehamilan Siti Aminah 3 bulan dan di perkampungan
Bani Najjar ia dikebumikan[1]
Nabi Muhammad SAW. lahir pada hari senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah atau
bertepatan dengan 20 April 570 M. Disebut Tahun Gajah karena pada tahun itu
Abrahah wakil Raja Habsyi yang menganut agama Nasrani, bersama pasukan
bergajahnya datang menuju Mekah untuk menghancurkan Ka’bah.
Pada malam kelahiran Nabi Muhammad
SAW., terjadi. peristiwa-peristiwa yang tidak terjangkau oleh pikiran manusia.
Sejarawan menyebut malam itu sebagai malam keajaiban. Berhala-berhala
berjatuhan tanpa ada gempa yang menggoncangnya, cahaya dan rumah Aminah (Ibu
Nabi Muhammad saw.) di Mekah memancar sampai ke pasar-pasar Syam (Suriah
sekarang); ikan-ikan di laut turut bergembira, dan burung-burung serta
hewan-hewan lainnya berkeliaran dan satu tempat ke tempat lain sebagai tanda
kegembiraan mereka.
Isha, seorang pendeta Nasrani dari
Syam meramalkan bahwa segera akan lahir seorang bayi yang kelak ditaati oleh
bangsa Arab dan bangsa lain di dunia. Menurutnya, siapa yang menaatinya akan
mendapatkan kebutuhan hidup lahir dan batin serta yang tidak mengikutinya tidak
mendapatkan hal itu
Para ahli sejarah sepakat bahwa Nabi
Muhammad saw. Tidak pernah memuja berhala. Hidup di tengah-tengah orang Arab
yang gemar memuja berhala, tidak membuat Muhammad saw. Ikut-ikutan memuja
berhala, bahkan beliau membenci berhala-berhala itu dan kepada agama yang
dianut oleh sebagian besar bangsa Arab. Oleh karena itu, Muhammad saw. lebih
sering mengasingkan diri untuk berpikir tentang alam semesta dan penciptaan
alam beserta segenap isinya. Gua Hira adalah tempat beliau berkhalwat hingga
menerima wahyu Allah SWT.[2]
Sebagai
umat Nabi Muhammad kita pun
selayaknya mengenal nasab beliau. Berikut ini nasab lengkap Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib
bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay
bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin
Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan bin Ismail bin
Ibrahim. Tidak ada perselisihan di kalangan ahli sejarah bahwa Adnan adalah
anak dari Nabi Ismail ‘alaihissalam. Oleh karena itu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dari kalangan Arab Adnaniyah atau al-Arab al-Musta’rabah.[3]
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3145763305899807"
crossorigin="anonymous"></script>
0 komentar:
Posting Komentar