PENDAHULUAN
Seiring dengan perjalanan waktu, rupanya pendidikan memang merupakan
sentral untuk mengetahui berbagai ilmu pengetahuan. Terbukti dengan terus
berdirinya lembaga-lembaga pendidikan. Baik pendidikan yang formal, nonformal,
dan informal. Bahkan belakangan terakhir telah dikenal istilah homeschooling
sebagai bentuk perhatian akan pentingnya pendidikan bagi kehidupan.
Namun perlu diketahui bahwa lembaga-lembaga yang telah berdiri kokoh saat
ini (khususnya lembaga pendidikan Islam) tak luput dari peranan para khalifah
terdahulu. Seperti apa yang telah dilakukan oleh Nizam Al-Mulk dan Jauhar
As-Siqily. Kedua tokoh inilah yang pernah menggagas pembentukan lembaga
pendidikan islam pada masanya.
Nizam Al-Mulk telah memprakarsai berdirinya Madrasah Nizhamiyah yang merupakan
madrasah pertama yang didirikan pada waktu itu. Ia dirikan madarasah ini
sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan. Pengajaran yang dulunya
tersentralisasi di masjid dianggap kurang efisien karena bisa mengganggu
segenap jama`ah yang akan melaksanakan ibadah di masjid tersebut. Oleh karena
itu mulailah dibangun madrasah-madrasah sebagai tempat peralihan pengajaran
dari masjid ke madrasah.
Senada dengan Nizam Al-Mulk, Imam Jauhar As-Siqily juga telah menjadi
pelopor berdirinya Madrasah Al-Azhar pada tahun 970 M. Telah diketahui bersama
bahwa akan menjadi kebanggaan bagi para pelajar apabila mereka mampu mengenyam
pendidikan di Al-Azhar, karena pada waktu itu Al-Azhar telah mampu mencetak
para sarjana dengan perbekalan ilmu agama yang mendalam.
Untuk lebih jelasnya, tulisan ini akan mengurai dua lembaga diatas. Dari
mulai berdirinya, kurikulum yang diajarkan, para guru/dosen, serta hal-hal yang
berubungan dengan kedua lembaga tersebut.
PEMBAHASAN
- Madrasah
Nizhamiyah
I. Sejarah Berdirinya
Didirikan oleh Nizam Al-Mulk. Seorang perdana menteri
(wazir Dinasti Saljuk pada masa pemerintahan Sultan Malik Syah. Madrasah ini mulai
dibangun pada tahun 475 H (1065 M ) dan selesai pada tahun 459 H. Madrasah ini
dibangun didekat sungai Dajlah, di tengah-tengah pasar Selasah di Baghdad.
Madrasah itu tetap hidup sampai pertengahan abad keempat belas, yaitu ketika di
kunjungi oleh Ibnu Batutah. Jadi madrasah Nizhamiyah di Baghdad itu hidup selama tiga abad lamanya.
Madrasah-madrasah Nizhamiyah itu bisa disamakan
dengan fakultas-fakultas masa sekarang, mengingat gurunya adalah ulama-ulama
besar yang termashyur pada masa itu,
seperti Syirazi, Al-Ghazali, Ibnu Sabbagh, dan Ibnu Al-Anbari. Tujuan Nizham
Al-mulk mendirikan madrasah-madrasah itu ialah untuk memperkuat pemerintahan
Turqi Saljuk dan untuk menyiarkan madzhab ke-Agamaan pemerintahan[1].
Dalam refrensi yang lain
dikatakan bahwa lembaga Nizhamiyah adalah madrasah yang pertama kali muncul
dalam sejarah pendidikan islam yang berbentuk lembaga pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi yang dikelola oleh pemerintah. Lembaga ini memiliki tugas
tersendiri, yaitu mengajarkan fiqh yang sejalan dengan satu / lebih dari
madzhab ahli sunnah. Madzhab fiqh yang diajarkan yang paling menonjol adalah
fiqh Syafi`i & Teologi Asy`ari. Keduanya secara aktif dipelajari dan
dialami. Walaupun yang menonjol adalah madzhab syafi`i tetapi madzhab yang lain
tetap diajarkan, terbukti dengan adanya imam-imam dari masing-masing madzhab.[2]
Refrensi yang kami dapat dari dunia komunikasi via
internet mengemukakan beberapa pendapat. Menurut Charles Michael Stanton,
madrasah Nizhamiyah merupakan perguruan Islam modern yang pertama di dunia. Hal
ini juga diakui oleh Nakosteen yang menyatakan, madrasah Nizhamiyah sebagai
Universitas Ilmu Pengetahuan Teologi Islam. Sebab, madrasah Nizhamiyah
mengajarkan pendidikan yang lebih khusus dengan spesifikasi bidang teologi dan
hukum Islam.
Pendapat senada juga disampaikan oleh Le Strange
dalam bukunya Baghdad During the Abbasid Calipate menyebutkan,
madrasah Nizhamiyah merupakan madrasah yang sangat istimewa. Sebab, madrasah
ini memiliki sistem pengajaran yang modern pada zamannya, dengan membagi empat
pengajaran dari empat mazhab Sunni ke tempat terpisah. Dan, masing-masing
memiliki seorang profesor yang bertanggung jawab pada fakultas-fakultas itu.
Selain itu, madrasah ini juga dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
memadai. Dari perpustakaan hingga rumah sakit untuk para akademisinya. Dua
madrasah inilah yang menjadi pilar- pilar tradisi ilmiah Islam di Baghdad.[3]
II. Rencana Pengajaran Madrasah Nizhamiyah
Rencana
pengajaran tidak diketahui dengan tegas. Menurut bukti-bukti dibawah ini,
rencana pengajarannya hanyalah ilmu-ilmu syari`ah saja dan tak ada ilmu-ilmu
hikmah. Buktinya sebagai berikut:
- Para ahli sejarah hanya mengatakan bahwa mata
pelajarannya ialah Nahwu, ilmu kalam dan fiqh.
- Latar belakang guru-gurunya adalah ulama-ulama
syari`ah, seperti Abu Ishaq, Al-Ghazali, Al-Qazwaini, dll.
Dengan keterangan itu nyatalah bahwa madrasah
Nizhamiyah adalah fakultas Agama dan Fakultas Syari`ah.[4]
III.
Guru-guru Madrasah Nizhamiyah di
Baghdad
a.
Abu Ishaq As-Syirazi
b.
Abu Nashr As-Shabbagh
c.
Abul Qosim Al-`Alawi
d.
Abu Abdullah At-Thobari
e.
Abu Hamid Al-Ghozali
f.
Radliyuddin Al-Qozwaini
IV.
Pengaruh Madrasah Nizhamiyah
Madrasah Nizhamiyah telah banyak memberikan
pengaruh terhadapa masyarakat, baik dibidang politik, ekonomi, maupun bidang
sosial keagamaan. Nizham Al-mulk sebagai pejabat pemerintah yang memilki andil
besar dalam pendirian dan penyebaran madrasah, kedudukan dan kepentingannya
dalam pemerintahan merupakan sesuatu yang sangat menentukan. Dalam batas ini,
madrasah merupakan kebijakan religio-politik penguasa.
Dalam bidang ekonomi madrasah Nizhamiyah memang
dimaksudkan untuk mempersiapkan pegawai pemerintah, khususnya dilapangan hukum
dan administrasi, disamping sebagai lembaga untuk mengajarkan ilmu syari`ah
dalam rangka mengembangkan ajaran sunni.
Madrasah Nizhamiyah diterima oleh masyarakat
karena sesuai dengan lingkungan dan keyakinannya, dilihat dari segi sosial-keagamaan,
hal ini disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :
Ø
Ajaran yang dberikan di
madrasah Nizhamiyah adalah ajaran sunni, sesuai dengan ajaran yang di anut oleh
sebagian besar masyarakat pada saat itu.
Ø
Madrasah Nizhamiyah diajar
oleh para ulama yang terkemuka.
Ø
Madrasah ini memfokuskan
pada ajaran fiqh yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masyarakat ummnya dalam
rangka hidup dan kehidupan sesuai dengan ajaran dan keyakinan mereka.[5]
- Al-Jami` Al-Azhar
I.
Sejarah Pembentukan
Didirkan oleh Jauhar As-Siqily, panglima khalifah Fatimiyah Al-Mu`iz
Lidinillah. Masjid ini didirkan pada tahun 359 H / 970 M dan selesai pada bulan
Ramadhan tahun 361 H / 972 M. di sekeliling masjid dibangun ruang-ruang untuk
asrama para pelajar, serta disediakan pula perpustakaan yang berisi
bermacam-macam ilmu agama dan bahasa arab. Bangunan Al-Azhar itu kerap kali
ditambah dan di perluas, sekarang luasnya sekitar 11,380 M.[6]Al-azhar
adalah lembaga yang mempunyai arti ganda, ia adalah nama mesjid al-jami`ah
dalam artian kompleks sebagai pusat kegiatan islam dan kedua sebagai lembaga
pendidikan / madrasah tinggi (al-jami`at).
Kehadiran Al-Azhar sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi tidak
bersamaan dengan pembangunan masjid. Ahmad Syalabi menyebutkan, sebelum masjid
al-azhar dibangun, disana telah muncul halaqoh yang diadakan oleh Abu Hasan Ali
bin Muhammad bin Nu`man. Kemudian setelah berdirinya masjid al-azhar, Ya`qub
bin Kallis mulai mengadakan halaqoh di Al-Azhar. Halaqoh ini dihadiri oleh
masyarakat umum dari berbagai kalangan. Majlis Ya`qub bin Kallis inilah yang
menjadi embrio berdirinya madrasah tinggi Al-Azhar.
Dalam upaya mengembangkan halaqoh di Al-Azhar pada tahun 378/988 H, ya`qub
bin Kallis meminta izin kepada Khalifah Al-Aziz Billah untuk menghadirkan para
fuqoha di Al-Azhar. Dengan adanya izin dari khalifah, tidak sedikit para fuqoha
yang mengikuti kegiatan diskusi ilmiah setiap selesai shalat jum`at sampai
ashar. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Ya`qub bin Kallis.[7]
Dr. Hasanain Rabi` berpendapat bahwa pada abad ke 9 H ( abad XV M )
merupakan masa kejayaan bagi Al-Azhar. Karena pada waktu itu Al-Azhar menempati
tempat tertinggi diantara madrasah-madrasah dan perguruan tinggi yang ada di
Kairo. Ketika itu Al-Azhar sebagai induk madrasah juga sebagai perguruan
tinggi yang tidak ada rivalnya
dimanapun. Para ulama dari berbagai Negara juga datang mengunjungi Al-Azhar
untuk belajar.[8]
Pendapat lainnya juga dikemukakan oleh Prof. Dr Azyumardi Azra. Beliau
berpendapat, sebagai sebuah perguruan tinggi yang sudah berusia tua, Al-Azhar
pun mengalami pasang surut dalam perkembangannya. Sejak dinasti Utsmani (
517-1798 M ) pamor Al-Azhar mulai menurun, sehingga menjadi alasan kuat bagi
penguasa pembaharu seperti Moh. Ali untuk campur tangan lebih jauh dalam
pembenahan Al-Azhar. Kenyataan inilah yang menjadi presedent lenyapnya
independensi Al-Azhar sebagai lembaga akademis, yang pada gilirannya juga
memengaruhi otoritas atau kewibawaannya, khususnya dalam hubungannya dengan kekuasaan
politik hingga dewasa ini. [9]
II.
Sistem Pembelajaran
Mengenai ilmu-ilmu yang telah dipelajari di Al-Azhar pada waktu itu Prof.
Dr. H. Mahmud Yunus dalam bukunya yang bejudul Sejarah Pendidikan Islam menyatakan
bahwa ilmu-ilmu yang diajarkan di Al-Azhar pada waktu itu dibagi kedalam dua
bidang, yakni :
▪
ilmu-ilmu agama, mencakup tafsir, qiraat, hadits, fiqh, kalam, nahwu
sharf,
lughah, al-bayan, dan al-adab (sastera )
▪
ilmu-ilmu Aqliyah, mencakup filsafat, ilmu ukur, falaq dan ilmu nujum,
musik,
kedokteran, kimia, ilmu pasti,
sejarah, dan ilmu
bumi.
Mengenai metode pembelajaran yang diterapkan oleh Al-Azhar kiranya hampir
sama dengan metode yang kerap diterapkan dikalangan pon-pes bernotabene
kan salafi. Umumnya guru ( syeikh ) yang mengajar dihalaqoh itu duduk
bersama-sama pelajarnya. Tetapi kadang-kadang guru itu duduk diatas kursi,
dikelilingi oleh pelajar. Pelajaran yang diberikan oleh sang guru dengan
menerangkan isi kitab yang diajarkannya. Bukan saja dengan menerangkan
syarahnya bahkan menerangkan juga hasyiahnya. Kemudian diadakan pula munaqosyah
( diskusi ) dan perdebatan antara pelajar-pelajar dan guru untuk menajamkan
otak dan memperdalam ilmu yang telah diberikan. [10]
Beberapa nama Rektor Al-Azhar yang berhasil kami dapat
:
a. Prof. Dr. Muhammad
Al-Baha
b. Syeikh Ahmad
Dahlan al- Baquri
c. Prof. Dr. Badawi Abdullah
Laitif
d.
Prof. Dr. Abdul Fatah
e. Prof. Dr. Ahmad Umar hasyim.
Sedangkan yang pernah menjabat menjadi Syeikh (guru) Al-Azhar adalah
sebagai berikut:
a. Syeikh Imam Muhammad al-Khurasyi
b. Syeikh Imam Ibrahim al-Barmawi
c. Syeik Imam Muhammad al-Nasyarti
d. Syeikh Imam Abdul Baqi al-Qalini
e. Syeikh Imam Muhammad Sunan.[11]
Inilah sumber yang dapat diperoleh,
sekalipun masih banyak lagi yang lainnya.
Sesuai dengan sekolah-sekolah pada
umunya, Al-Azhar pun memilki ijazah yang akan diberikan kepada para siswanya
sebagai bentuk pengakuan prestasi para siswanya. Dalam undang-undang yang
dikeluarkan pada masa Ismail Basya memerintahi Mesir pada tahun 1288 H / 1872
M menyatakan jalan untuk mendapatkan
syahaddah (ijazah) `alimiyah, serta diterangkan pula macam-macam mata pelajaran
yang diuji untuk mencapai ijazah tersebut. Ijazah itu terbagi atas tiga tingkat
:
a.
tingkat pertama, ijazah ( rendah )
b.
tingkat menengah, ahliyah
c.
tingkat tinggi, `alimiyah .
Adapun Kitab-kitab atau pelajaran di Al-Azhar pada masa sultan Mamluks
diantaranya :
» KutubusSittah (Al-Bukhori, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi,
An-Nasa`I, dan
Ibnu Majah )
dan Musnad Ahmad dan Syafi`i)
» Hadits Arbain Nawawi
» Jam`ul Jawami`
» Al-Waraqot
KESIMPULAN
- Madrasah
Nizhamiyah
Madrasah Nizhamiyah adalah madrasah yang dibangun oleh Nizham Al-Mulk
pada tahun 1065 M di dekat sungai Dajlah di Baghdad. Madrasah ini merupakan
madrasah pertama yang dibangun sebagai peralihan tempat pengajaran dari masjid.
Kurikulum yang diterapkan dibaghdad masih belum jelas, namun sebagian
ahli sejarah mengatakan, bahwa kurikulum Nizhamiyah adalah ajaran syari`ah,
sesuai dengan bukti yang didapat, yakni : Ilmu yang diajarkan hanyalah ilmu
nahwu, kalam dan fiqh, serta latar belakang dewan guru yang memang berpaham
syari`ah
Madrasah ini telah mendapat respon dari masyarakat sekitar karena paham
yang diberikan sesuai dengan keyakinan mereka. Disamping itu ada beberapa
factor lain, antara lain :
Ø
Ajaran yang dberikan di
madrasah Nizhamiyah adalah ajaran sunni, sesuai dengan ajaran yang di anut oleh
sebagian besar masyarakat pada saat itu.
Ø
Madrasah Nizhamiyah diajar
oleh para ulama yang terkemuka.
Ø
Madrasah ini memfokuskan
pada ajaran fiqh yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masyarakat ummnya dalam
rangka hidup dan kehidupan sesuai dengan ajaran dan keyakinan mereka
- Madrasah
Al-Azhar
Didirikan oleh jauhari As-siqily pada tahun 970M. Al-Azhar ini memiliki
dua fungsi, sebagai tempat ibadah dan tempat pembelajaran. Pembelajaran yang
diberikan dibagi kepada dua kelompok, yakni ilmu agama yang mencakup tafsir,
qiraat, hadits, fiqh, kalam, nahwu sharf, lughah, al-bayan, dan al-adab
(sastera ), serta ilmu aqli ynag mencakup filsafat, ilmu ukur, falaq dan ilmu
nujum, musik, kedokteran, kimia, ilmu pasti, sejarah, dan ilmu bumi.
Syahadah (ijazah) yang akan diberikan kepada para siswa dibagi menjadi 3
tingkatan, yakni :
a.
tingkat pertama, ijazah ( rendah )
b.
tingkat menengah, ahliyah
c.
tingkat tinggi, `alimiyah.
[1]
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus. Sejarah Pendidikan Islam. Cetakan keenam. PT.
Hidakarya Agung . Jakarta. 1990
[2]
Prof. Dr. H. Syamsul Nizar. M. Ag.
Sejarah Pendidikan Islam : Menelusuri Jejak Sejarah era Rosulullah sampai
Indonesia. Cetakan I. Fajar Interpratama Offest. Jakarta. 2007
[4]
Opcit, hal 72
[5]
Prof. Dr. Abuddin Nata, MA. Sejarah pendidikan islam periode klasik dan
pertengahan. PT. Raja Grafindo. Jakarta. 2004. cetakan ke 1
[6]
Prof. Dr. H. Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam. Cetakan keenam. PT.
Hidakarya Agung . Jakarta. 1990
[7]
Dr. Arief, Armai, MA. Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan Lembaga-Lembaga
Pendiddikan Islam Klasik. Angkasa Bandung. Jakarta. 2005.
[8]
Prof. Dr. Suwito, MA. Sejarah sosial pendidikan islam. cetakan ke 2. Fajar
Inter Pratama Offset. Jakarta. 2008
[9]
Prof. Dr. Azra, Azyumardi. Pendidikan islam Tradisi dan Modernisasi menuju
millennium baru. Logos Wacana Ilmu. Ciputat. 2000.
[10]
Opcit. Hal 172
[11]
Prof. Dr. H. Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam. Cetakan keenam. PT.
Hidakarya Agung . Jakarta. 1990
[12]
Ibid . Cetakan ketiga. 1981
0 komentar:
Posting Komentar