Selasa, 28 Juni 2016

MADRASAH NIZHAMIYAH

MADRASAH NIZHAMIYAH

PENDAHULUAN

Seiring dengan perjalanan waktu, rupanya pendidikan memang merupakan sentral untuk mengetahui berbagai ilmu pengetahuan. Terbukti dengan terus berdirinya lembaga-lembaga pendidikan. Baik pendidikan yang formal, nonformal, dan informal. Bahkan belakangan terakhir telah dikenal istilah homeschooling sebagai bentuk perhatian akan pentingnya pendidikan bagi kehidupan.
Namun perlu diketahui bahwa lembaga-lembaga yang telah berdiri kokoh saat ini (khususnya lembaga pendidikan Islam) tak luput dari peranan para khalifah terdahulu. Seperti apa yang telah dilakukan oleh Nizam Al-Mulk dan Jauhar As-Siqily. Kedua tokoh inilah yang pernah menggagas pembentukan lembaga pendidikan islam pada masanya.
Nizam Al-Mulk telah memprakarsai berdirinya Madrasah Nizhamiyah yang merupakan madrasah pertama yang didirikan pada waktu itu. Ia dirikan madarasah ini sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan. Pengajaran yang dulunya tersentralisasi di masjid dianggap kurang efisien karena bisa mengganggu segenap jama`ah yang akan melaksanakan ibadah di masjid tersebut. Oleh karena itu mulailah dibangun madrasah-madrasah sebagai tempat peralihan pengajaran dari masjid ke madrasah.
Senada dengan Nizam Al-Mulk, Imam Jauhar As-Siqily juga telah menjadi pelopor berdirinya Madrasah Al-Azhar pada tahun 970 M. Telah diketahui bersama bahwa akan menjadi kebanggaan bagi para pelajar apabila mereka mampu mengenyam pendidikan di Al-Azhar, karena pada waktu itu Al-Azhar telah mampu mencetak para sarjana dengan perbekalan ilmu agama yang mendalam.
Untuk lebih jelasnya, tulisan ini akan mengurai dua lembaga diatas. Dari mulai berdirinya, kurikulum yang diajarkan, para guru/dosen, serta hal-hal yang berubungan dengan kedua lembaga tersebut. 










PEMBAHASAN


  1. Madrasah Nizhamiyah

I. Sejarah Berdirinya

Didirikan oleh Nizam Al-Mulk. Seorang perdana menteri (wazir Dinasti Saljuk pada masa pemerintahan Sultan Malik Syah. Madrasah ini mulai dibangun pada tahun 475 H (1065 M ) dan selesai pada tahun 459 H. Madrasah ini dibangun didekat sungai Dajlah, di tengah-tengah pasar Selasah di Baghdad. Madrasah itu tetap hidup sampai pertengahan abad keempat belas, yaitu ketika di kunjungi oleh Ibnu Batutah. Jadi madrasah Nizhamiyah di Baghdad itu  hidup selama tiga abad lamanya.
Madrasah-madrasah Nizhamiyah itu bisa disamakan dengan fakultas-fakultas masa sekarang, mengingat gurunya adalah ulama-ulama besar yang termashyur  pada masa itu, seperti Syirazi, Al-Ghazali, Ibnu Sabbagh, dan Ibnu Al-Anbari. Tujuan Nizham Al-mulk mendirikan madrasah-madrasah itu ialah untuk memperkuat pemerintahan Turqi Saljuk dan untuk menyiarkan madzhab ke-Agamaan pemerintahan[1].
Dalam refrensi yang lain dikatakan bahwa lembaga Nizhamiyah adalah madrasah yang pertama kali muncul dalam sejarah pendidikan islam yang berbentuk lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang dikelola oleh pemerintah. Lembaga ini memiliki tugas tersendiri, yaitu mengajarkan fiqh yang sejalan dengan satu / lebih dari madzhab ahli sunnah. Madzhab fiqh yang diajarkan yang paling menonjol adalah fiqh Syafi`i & Teologi Asy`ari. Keduanya secara aktif dipelajari dan dialami. Walaupun yang menonjol adalah madzhab syafi`i tetapi madzhab yang lain tetap diajarkan, terbukti dengan adanya imam-imam dari masing-masing madzhab.[2]
Refrensi yang kami dapat dari dunia komunikasi via internet mengemukakan beberapa pendapat. Menurut Charles Michael Stanton, madrasah Nizhamiyah merupakan perguruan Islam modern yang pertama di dunia. Hal ini juga diakui oleh Nakosteen yang menyatakan, madrasah Nizhamiyah sebagai Universitas Ilmu Pengetahuan Teologi Islam. Sebab, madrasah Nizhamiyah mengajarkan pendidikan yang lebih khusus dengan spesifikasi bidang teologi dan hukum Islam.
Pendapat senada juga disampaikan oleh Le Strange dalam bukunya Baghdad During the Abbasid Calipate menyebutkan, madrasah Nizhamiyah merupakan madrasah yang sangat istimewa. Sebab, madrasah ini memiliki sistem pengajaran yang modern pada zamannya, dengan membagi empat pengajaran dari empat mazhab Sunni ke tempat terpisah. Dan, masing-masing memiliki seorang profesor yang bertanggung jawab pada fakultas-fakultas itu. Selain itu, madrasah ini juga dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Dari perpustakaan hingga rumah sakit untuk para akademisinya. Dua madrasah inilah yang menjadi pilar- pilar tradisi ilmiah Islam di Baghdad.[3]

II.  Rencana Pengajaran Madrasah Nizhamiyah
Rencana pengajaran tidak diketahui dengan tegas. Menurut bukti-bukti dibawah ini, rencana pengajarannya hanyalah ilmu-ilmu syari`ah saja dan tak ada ilmu-ilmu hikmah. Buktinya sebagai berikut:
    1. Para ahli sejarah hanya mengatakan bahwa mata pelajarannya ialah Nahwu, ilmu kalam dan fiqh.
    2. Latar belakang guru-gurunya adalah ulama-ulama syari`ah, seperti Abu Ishaq, Al-Ghazali, Al-Qazwaini, dll.
Dengan keterangan itu nyatalah bahwa madrasah Nizhamiyah adalah fakultas Agama dan Fakultas Syari`ah.[4]

III.    Guru-guru Madrasah Nizhamiyah di Baghdad
a.       Abu Ishaq As-Syirazi
b.      Abu Nashr As-Shabbagh
c.       Abul Qosim Al-`Alawi
d.      Abu Abdullah At-Thobari
e.       Abu Hamid Al-Ghozali
f.       Radliyuddin Al-Qozwaini
IV.        Pengaruh Madrasah Nizhamiyah
Madrasah Nizhamiyah telah banyak memberikan pengaruh terhadapa masyarakat, baik dibidang politik, ekonomi, maupun bidang sosial keagamaan. Nizham Al-mulk sebagai pejabat pemerintah yang memilki andil besar dalam pendirian dan penyebaran madrasah, kedudukan dan kepentingannya dalam pemerintahan merupakan sesuatu yang sangat menentukan. Dalam batas ini, madrasah merupakan kebijakan religio-politik penguasa.
Dalam bidang ekonomi madrasah Nizhamiyah memang dimaksudkan untuk mempersiapkan pegawai pemerintah, khususnya dilapangan hukum dan administrasi, disamping sebagai lembaga untuk mengajarkan ilmu syari`ah dalam rangka mengembangkan ajaran sunni.
Madrasah Nizhamiyah diterima oleh masyarakat karena sesuai dengan lingkungan dan keyakinannya, dilihat dari segi sosial-keagamaan, hal ini disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :
Ø  Ajaran yang dberikan di madrasah Nizhamiyah adalah ajaran sunni, sesuai dengan ajaran yang di anut oleh sebagian besar masyarakat pada saat itu.
Ø  Madrasah Nizhamiyah diajar oleh para ulama yang terkemuka.
Ø  Madrasah ini memfokuskan pada ajaran fiqh yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masyarakat ummnya dalam rangka hidup dan kehidupan sesuai dengan ajaran dan keyakinan mereka.[5]

  1. Al-Jami` Al-Azhar
I.        Sejarah Pembentukan
Didirkan oleh Jauhar As-Siqily, panglima khalifah Fatimiyah Al-Mu`iz Lidinillah. Masjid ini didirkan pada tahun 359 H / 970 M dan selesai pada bulan Ramadhan tahun 361 H / 972 M. di sekeliling masjid dibangun ruang-ruang untuk asrama para pelajar, serta disediakan pula perpustakaan yang berisi bermacam-macam ilmu agama dan bahasa arab. Bangunan Al-Azhar itu kerap kali ditambah dan di perluas, sekarang luasnya sekitar 11,380 M.[6]Al-azhar adalah lembaga yang mempunyai arti ganda, ia adalah nama mesjid al-jami`ah dalam artian kompleks sebagai pusat kegiatan islam dan kedua sebagai lembaga pendidikan / madrasah tinggi (al-jami`at).
Kehadiran Al-Azhar sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi tidak bersamaan dengan pembangunan masjid. Ahmad Syalabi menyebutkan, sebelum masjid al-azhar dibangun, disana telah muncul halaqoh yang diadakan oleh Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Nu`man. Kemudian setelah berdirinya masjid al-azhar, Ya`qub bin Kallis mulai mengadakan halaqoh di Al-Azhar. Halaqoh ini dihadiri oleh masyarakat umum dari berbagai kalangan. Majlis Ya`qub bin Kallis inilah yang menjadi embrio berdirinya madrasah tinggi Al-Azhar.
Dalam upaya mengembangkan halaqoh di Al-Azhar pada tahun 378/988 H, ya`qub bin Kallis meminta izin kepada Khalifah Al-Aziz Billah untuk menghadirkan para fuqoha di Al-Azhar. Dengan adanya izin dari khalifah, tidak sedikit para fuqoha yang mengikuti kegiatan diskusi ilmiah setiap selesai shalat jum`at sampai ashar. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Ya`qub bin Kallis.[7]
Dr. Hasanain Rabi` berpendapat bahwa pada abad ke 9 H ( abad XV M ) merupakan masa kejayaan bagi Al-Azhar. Karena pada waktu itu Al-Azhar menempati tempat tertinggi diantara madrasah-madrasah dan perguruan tinggi yang ada di Kairo. Ketika itu Al-Azhar sebagai induk madrasah juga sebagai perguruan tinggi  yang tidak ada rivalnya dimanapun. Para ulama dari berbagai Negara juga datang mengunjungi Al-Azhar untuk belajar.[8]
Pendapat lainnya juga dikemukakan oleh Prof. Dr Azyumardi Azra. Beliau berpendapat, sebagai sebuah perguruan tinggi yang sudah berusia tua, Al-Azhar pun mengalami pasang surut dalam perkembangannya. Sejak dinasti Utsmani ( 517-1798 M ) pamor Al-Azhar mulai menurun, sehingga menjadi alasan kuat bagi penguasa pembaharu seperti Moh. Ali untuk campur tangan lebih jauh dalam pembenahan Al-Azhar. Kenyataan inilah yang menjadi presedent lenyapnya independensi Al-Azhar sebagai lembaga akademis, yang pada gilirannya juga memengaruhi otoritas atau kewibawaannya, khususnya dalam hubungannya dengan kekuasaan politik hingga dewasa ini. [9]




II.     Sistem Pembelajaran
Mengenai ilmu-ilmu yang telah dipelajari di Al-Azhar pada waktu itu Prof. Dr. H. Mahmud Yunus dalam bukunya yang bejudul Sejarah Pendidikan Islam menyatakan bahwa ilmu-ilmu yang diajarkan di Al-Azhar pada waktu itu dibagi kedalam dua bidang, yakni :
ilmu-ilmu agama, mencakup tafsir, qiraat, hadits, fiqh, kalam, nahwu sharf,    
                                                  lughah, al-bayan, dan al-adab (sastera )
ilmu-ilmu Aqliyah, mencakup filsafat, ilmu ukur, falaq dan ilmu nujum, musik,
                                                    kedokteran, kimia, ilmu pasti, sejarah, dan ilmu 
                                                    bumi.
Mengenai metode pembelajaran yang diterapkan oleh Al-Azhar kiranya hampir sama dengan metode yang kerap diterapkan dikalangan pon-pes bernotabene kan salafi. Umumnya guru ( syeikh ) yang mengajar dihalaqoh itu duduk bersama-sama pelajarnya. Tetapi kadang-kadang guru itu duduk diatas kursi, dikelilingi oleh pelajar. Pelajaran yang diberikan oleh sang guru dengan menerangkan isi kitab yang diajarkannya. Bukan saja dengan menerangkan syarahnya bahkan menerangkan juga hasyiahnya. Kemudian diadakan pula munaqosyah ( diskusi ) dan perdebatan antara pelajar-pelajar dan guru untuk menajamkan otak dan memperdalam ilmu yang telah diberikan. [10]
Beberapa nama Rektor Al-Azhar yang berhasil kami dapat :
a.  Prof. Dr. Muhammad Al-Baha
b. Syeikh Ahmad Dahlan al- Baquri
c.  Prof. Dr. Badawi Abdullah Laitif
d.                                                                                            Prof. Dr. Abdul Fatah
e. Prof. Dr. Ahmad Umar hasyim.
Sedangkan yang pernah menjabat menjadi Syeikh (guru) Al-Azhar adalah sebagai berikut:
a. Syeikh Imam Muhammad al-Khurasyi
b. Syeikh Imam Ibrahim al-Barmawi
c. Syeik Imam Muhammad al-Nasyarti
d. Syeikh Imam Abdul Baqi al-Qalini
e. Syeikh Imam Muhammad Sunan.[11]
Inilah sumber yang dapat  diperoleh, sekalipun masih banyak lagi yang lainnya.
            Sesuai dengan sekolah-sekolah pada umunya, Al-Azhar pun memilki ijazah yang akan diberikan kepada para siswanya sebagai bentuk pengakuan prestasi para siswanya. Dalam undang-undang yang dikeluarkan pada masa Ismail Basya memerintahi Mesir pada tahun 1288 H / 1872 M  menyatakan jalan untuk mendapatkan syahaddah (ijazah) `alimiyah, serta diterangkan pula macam-macam mata pelajaran yang diuji untuk mencapai ijazah tersebut. Ijazah itu terbagi atas tiga tingkat :
a.       tingkat pertama, ijazah ( rendah )
b.      tingkat menengah, ahliyah
c.       tingkat tinggi, `alimiyah .
Adapun Kitab-kitab atau pelajaran di Al-Azhar pada masa sultan Mamluks diantaranya :
»  KutubusSittah (Al-Bukhori, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa`I, dan  
  Ibnu Majah ) dan Musnad Ahmad dan Syafi`i)
»  Hadits Arbain Nawawi
»  Jam`ul Jawami`
»  Al-Waraqot
»  Al-Minhaj, dll[12]











KESIMPULAN

  1. Madrasah Nizhamiyah
Madrasah Nizhamiyah adalah madrasah yang dibangun oleh Nizham Al-Mulk pada tahun 1065 M di dekat sungai Dajlah di Baghdad. Madrasah ini merupakan madrasah pertama yang dibangun sebagai peralihan tempat pengajaran dari masjid.
Kurikulum yang diterapkan dibaghdad masih belum jelas, namun sebagian ahli sejarah mengatakan, bahwa kurikulum Nizhamiyah adalah ajaran syari`ah, sesuai dengan bukti yang didapat, yakni : Ilmu yang diajarkan hanyalah ilmu nahwu, kalam dan fiqh, serta latar belakang dewan guru yang memang berpaham syari`ah   
Madrasah ini telah mendapat respon dari masyarakat sekitar karena paham yang diberikan sesuai dengan keyakinan mereka. Disamping itu ada beberapa factor lain, antara lain :
Ø  Ajaran yang dberikan di madrasah Nizhamiyah adalah ajaran sunni, sesuai dengan ajaran yang di anut oleh sebagian besar masyarakat pada saat itu.
Ø  Madrasah Nizhamiyah diajar oleh para ulama yang terkemuka.
Ø  Madrasah ini memfokuskan pada ajaran fiqh yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masyarakat ummnya dalam rangka hidup dan kehidupan sesuai dengan ajaran dan keyakinan mereka
  1. Madrasah Al-Azhar
Didirikan oleh jauhari As-siqily pada tahun 970M. Al-Azhar ini memiliki dua fungsi, sebagai tempat ibadah dan tempat pembelajaran. Pembelajaran yang diberikan dibagi kepada dua kelompok, yakni ilmu agama yang mencakup tafsir, qiraat, hadits, fiqh, kalam, nahwu sharf, lughah, al-bayan, dan al-adab (sastera ), serta ilmu aqli ynag mencakup filsafat, ilmu ukur, falaq dan ilmu nujum, musik, kedokteran, kimia, ilmu pasti, sejarah, dan ilmu bumi.
Syahadah (ijazah) yang akan diberikan kepada para siswa dibagi menjadi 3 tingkatan, yakni :
a.       tingkat pertama, ijazah ( rendah )
b.      tingkat menengah, ahliyah
c.       tingkat tinggi, `alimiyah.





[1] Prof. Dr. H. Mahmud Yunus. Sejarah Pendidikan Islam. Cetakan keenam. PT. Hidakarya Agung . Jakarta. 1990
[2] Prof. Dr. H. Syamsul  Nizar. M. Ag. Sejarah Pendidikan Islam : Menelusuri Jejak Sejarah era Rosulullah sampai Indonesia. Cetakan I. Fajar Interpratama Offest. Jakarta. 2007
[4] Opcit, hal 72
[5] Prof. Dr. Abuddin Nata, MA. Sejarah pendidikan islam periode klasik dan pertengahan. PT. Raja Grafindo. Jakarta. 2004. cetakan ke 1
[6] Prof. Dr. H. Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam. Cetakan keenam. PT. Hidakarya Agung . Jakarta. 1990
[7] Dr. Arief, Armai, MA. Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan Lembaga-Lembaga Pendiddikan Islam Klasik. Angkasa Bandung. Jakarta. 2005.
[8] Prof. Dr. Suwito, MA. Sejarah sosial pendidikan islam. cetakan ke 2. Fajar Inter Pratama Offset.  Jakarta. 2008
[9] Prof. Dr. Azra, Azyumardi. Pendidikan islam Tradisi dan Modernisasi menuju millennium baru. Logos Wacana Ilmu. Ciputat. 2000.
[10] Opcit. Hal 172
[11] Prof. Dr. H. Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam. Cetakan keenam. PT. Hidakarya Agung . Jakarta. 1990
[12] Ibid . Cetakan ketiga. 1981
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © MAHSUN DOT NET