AGAMA
ZOROASTER
Makalah ini di buat
sebagai Bahan Diskusi pada Mata Kuliah
Study Agama-Agama
Disusun
oleh:
Haseb
Perlia 105011000055
Rian
Hidayat 105011000158
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN
SYARIF HIDAYATULLAH
2008M/1429H
BAB
I
PENDAHULUAN
Di Barat,
agama Zoroaster dikenal dengan nama Zoroastrianism karena nama nabinya Zarasthustra,
oleh orang-orang Yunani Kuno disebut dengan Zoroaster. Sejarah Islam-Arab juga
menyebut agama ini dengan sebutan agama Majusi.
Zarasthustra adalah orang Iran
yang hidup pada zaman prasejarah. Agama ini pernah menjadi agama Negara, bagi
tiga kerajaan Iran
yang besar yang hidup dan berkembang hampir secara berkesinambungan sejak abad
keenam sebelum masehi (SM) sampai abad ketujuh masehi serta banyak menguasai
daerah timur dan tengah.
Ajaran-ajaran
agama Zoroaster pada mulanya diwariskan turun-temurun secara lisan dalam
masyarakat pemeluknya hingga akhir pada masa dinasti Sasania, tepatnya di bawah
pemerintahan Khusraw (531-573 M), ajaran-ajaran tersebut mulai ditulis. Bahasa
yang dipakai adalah bahasa Persia
menengah yang juga disebut Pahlavi.
Dari buku-buku inilah agama Zoroaster samapai searang diketahui.
Menurut tradisi
ajaran agama, Zoroaster adalah seorang nabi. Nama lengkapnya adalah
Zarasthustra bin Pourushaspa, beRasal dari keluarga Spitaman. Dia memperoleh
kepercayaan dari Tuhan untuk menyampaikan ajaran bagi semua manusia. Dia
menerima wahyu pertama kali pada usia 30 tahun. Ia merasa menerima ilham dari
dewa Ahuamazda atau Ormuz di bukit Sabalan. Ilham dia terima secara
berangsur-angsur selama 10 tahun samapi ia berusia 40 tahun.
Lebih lanjut
tentang agama Zoroaster akan kami bahas pada makalah ini, semoga setetes ilmu
pengetahuan yang terdapat dalam makalah ini, mampu menambah khazanah keilmuan
dan keimanan kita.
Selamat
menenggelamkan diri dalam diskusi yang hangat tentang Agama Zoroaster!!!
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
SEKILAS
AGAMA ZOROASTER
Zarathustra (Parsi
Modern: زرتشت (Zartosht), Kurdi:
Zerdeşt, Gujarati[1]:
જરતોશ્ત, Yunani: Ζωροάστρης, (Zoroastres), dan Latin: (Zoroaster)
adalah seorang nabi kuno dari Iran dan merupakan pencetus ajaran Zoroastrianisme[2]
yang dianut oleh bangsa Persia. Ia umumnya dianggap merupakan seorang tokoh
bersejarah, dan masa kehidupannya tidak jelas. Perkiraan yang dikemukakan
bervariasi, ada yang menyebut bahwa ia hidup sekitar 1700 SM, namun ada pula yang menyebut
bahwa ia hidup pada abad ke-6 SM.
Ajaran
Zoroatrianisme mengakui adanya dua kekuatan, yaitu:
- Ahuramazda (Ormuz) disebut dewa kebaikan (Dewa
Terang).
- Ahriman (Angro Mainyu) disebut dewa kejahatan
(Dewa Kegelapan).
Agama Zoroaster
disebarkan oleh seorang nabi Persia
bernama Zarathustra, sekitar 1400 hingga 1000 tahun sebelum Masehi. (Jadi
sebelum lahirnya agama Yahudi dan Kristen, dan tidak termasuk agama Samawi). Informasi biografi kita menyangkut
Zoroaster (Zarathustra dalam sebutan Iran kuno) adalah tidak lengkap,
tapi tampaknya dia dilahirkan kira-kira tahun 628 SM dan daerah yang kini
termasuk Iran Utara. Sedikit sekali bisa diketahui masa kecilnya. Sesudah
dewasa, dia mengkhotbahkan agama baru yang disusunnya sendiri. Pada tingkat
awalnya banyak penentangan; tapi tatkala usianya menginjak empat puluh tahun,
dia berhasil menarik Raja Vishtaspa sebagai pemeluknya, seorang penguasa sebuah
daerah di utara Iran .
Sesudah itu sang Raja jadi sahabatnya dan sekaligus pelindungnya. Menurut kisah
tradisionil Iran ,
Zoroaster hidup hingga umur tujuh puluh tujuh tahun; kematiannya dengan begitu
diperkirakan tahun 551 SM.
Menurut
agama Zoroaster hanya ada satu dewata raya, yang menciptakan segalanya. Ia
adalah Ahura Mazda. Manusia harus berusaha mencari dan mematuhi Ahura Mazda,
yang akan menghakimi semua orang pada hari kiamat. Inti ajaran Zoroaster adalah
pertarungan antara kebajikan dan kejahatan. Bumi merupakan medan pertempuran dimana berlangsung perang
besar antara Spenta Mainyu, roh Kebajikan, dan Angra Mainyu, roh Kejahatan.
Ahura Mazda menyerukan agar semua orang ikut berjuang dalam perang itu dengan
mengabdi kepada jalan pikiran, ucapan dan perbuatan baik. Dan setiap orang akan
diadili sesudah mati sampai berapa jauh dia telah berjuang. Zarathustra
menggubah beberapa syair puji-pujian yang disebut Ghata, yang dihimpun dalam
kitab suci yang disebut Avesta. Menurut Avesta dunia akan berakhir dengan kebakaran
besar, dan hanya yang berbuat kebajikan yang akan hidup kembali di alam yang
baru. Sampai saat itu tiba, semua orang yang mati diharuskan menyeberangi
titian atau jembatan penentuan. Orang yang baik akan selamat tiba di seberang
dan menunggu datangnya saat tersebut di sorga. Yang berbuat jahat menunggu di
neraka.
Agama
Zoroaster merupakan agama kuno bangsa Arya yang berasal dari Persia 2.500
tahun yang lalu. Meskipun memiliki sedikit pengikut, tidak kurang dari
130.000 diseluruh dunia, agama ini termasuk salah satu agama tertua di
dunia. Pendiri agama ini bernama Zoroaster, yang juga dikenal sebagai
Persianisme. Juga dikenal sebagai agama penyembah Api.
2.
PENGIKUT
ZARASTHUSTRA
Sebelum Zarasthustra
lahir, agama bangsa Persia
adalah adalah bersumber pada ajaran Polytheisme, Paganisme, dan Animisme. Tidak
heran dakwahnya pada periode pertama selama 12 tahun di Media dapat tantangan
hebat dari masyarakat. Hampir-hampir terjadi pembunuhan terhadap dirinya. Hal
ini disebabkan karena ajaran Zarasthustra dipandang berlawan dengan yang mereka
anut saat itu. Boleh dikatakan dakwah zarasthustra pada tahap pertama ini
gagal, sebab hanya memperoleh jumlah pengikut yang sangat sedikit. Baru setelah
ia pindah ke Chorasma (Qarazm) dimana raja Chorasma yang bernama Hestaspes serta mentrinya Yasasp yang menikahi adik
kandungnya Poron Chista, keduanya menjadi
pengikut Zarasthustra pada tahun 618 S.M. Maka barulah agama ini memperoleh kemajuan di
daerah tersebut.[3]
Raja Hestaspes berasal
dari keluarga Hakkam. Seorang cucunya
yaitu Cyrus the great (559-529 S.M) berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan
kecil di seluruh Iran dan membangun imperium parsi yang
dikenal dengan Dinasti Hakkam, dan dunia
Barat mengenalnya dengan dinasti Achaemenids. Raja-raja dari dinasti Achaemenids
ini adalah penganut ajaran agama Zarasthustra
sampai pada raja Darius III (336-331 S.M).[4]
3.
AJARAN
DAN KEPERCAYAAN ZARASTHUSTRA
a.
Manusia
Dalam teks yang
berjudul “Kitab Nasihat Zaratusht” ditemukan
konsep tentang manusia. Teks ini merupakan iktisar dari keseluruhan ajaran
Zoroaster yang harus diketahui oleh anak-anak baik laki-laki maupun perempuan
sebelum dinobatkan dalam lingkungan suci, suatu upacara yang bersamaan waktu
dengan usia pubertas.
Pertanyaan-pertanyaan
di dalam teks ini berkisar tentang: “Siapa saya? Saya milik siapa? Milik siapa
saya? Dan kemana saya kembali?”. Manusia, pada asalnya adalah wujud ghoib dan
rohnya dalam bentuk Fravashi atau Fravahr,
ada sebelum jasmaninya. Baik jasad maupun rohnya adalah ciptaan Ormuzd (Tuhan),
dan roh tidak bersifat abadi. Manusia adalah milik tuhan dan kepada-Nya dia
akan kembali.
Teks tersebut
juga menunjukkan peran manusia di dunia, yaitu bekerjasama dengan alam serta
menjalani kehidupan yang saleh dengan pikiran, perkataan dan perbuatan yang
baik. Di dunia, manusia mempunyai
kewajiban untuk hidup berumah tangga dengan mempunyai istri serta
mengasuh dan membesarkan anak. Semakin banyak manusia adalah semakin baik
karena akan mudah mengalahkan Ahriman (syetan). Juga dalam agama Zoroaster,
hidup bertani dianggap sebagai suatu perbuatan kebajikan karena menjadikan
tanah berbuah dan memberikan hasil supaya bertahan dari serangan musuh yang
merupakan pencipta penyakit dan kematian. Jadi, kebajikan sinonim dengan
keadaan penuh berbuah dan kejelekan sinonim dengan kemandulan. Oleh karena itu,
hidup tidak kawin adalah tidak alami dan jelek. Dalam masalah moral, semua
penekanan adalah pada kesalehan atau kebenaran, kerena kejahatan digambarkan
sebagai kebohongan.[5]
b.
Tuhan
dan Penciptaan
Kisah tentang
dua zat azali dan penciptaan dunia secara sangat rinci dalam bab pertama dari
sebuah kitab abad kesembilan yang biasa dikenal dengan nama Bundahishn atau (kitab) asal-usuk
penciptaan alam[6].
Dalam agama
Zoroaster Tuhan pada mulanya terbatas, dibatasi oleh lawannya Ahriman. Serangan
Ahriman memungkinkan Tuhan untuk membalas serangan dalam rangka membela diri.
Karena Tuhan Ormuzd memenangkan pertempuran, maka dia menjadi tak terbatas.
Kisah pertarungan kosmis ini tidak hanya mengakibatkan hancurnya Ahriman tetapi
juga memberikan kesempurnaan pada Tuhan yang mulanya kurang sempurna. Zat baik
yang terbatas menjadi tak tebatas.
Menurut ajaran
Zarathustra alam ini sudah berusia 6000 tahun dan masih akan berusia 6000 tahun
lagi atau usia alam ini 12.000 tahun lamanya. Sesudah 12.000 tahun itu
terjadilah hari kiamat. Masa 12.000 tahun ini dibagi dalam beberapa periode: 1)
periode 3.000 tahun pertama: masa Ahura Mazda atau dewa alam menciptakan alam
dan Anggra Mainyu atau dewa kejahatan
menciptakan alam pula, 2) kedua: Ahura Mazda dan Anggra Mainyu saling
berpacu dalam alam material, ternyata sama kuatnya dan saling kalah
mengalahkan. Itulah terjadinya gelap dan terang, siang dan malam, 3) ketiga:
Zarathustra menerima wahyu dan menyiarkan kepada umat manusia. 4) keempat: pada
masa ini tiap seribu tahun akan muncul seorang Messiah (Imam Mahdi menurut
Islam) yang disebut Shaoshayant, yang memelihara dan memerintah bumi.[7]
c.
Etika
Sebagian besar
ajaran agama Zoroaster adalah menyangkut masalah etika. Dasar pikiran
teologisnya mempunyai inti pandangan moralistik tentang kehidupan. Teologi Zoroaster
merupakan campuran menarik antara monotheisme dan dualism. Menurut Zoroaster,
hanya ada satu Tuhan sejati yang disebutnya Ahura Mazda (Ormuzd) yang
menganjurkan kejujuran dan kebenaran. Tapi penganut Zoroaster juga percaya
adanya roh jahat, Anggara Mainyu (Ahriman) yang mencerminkan kejahatan dan
kepalsuan. Tiap individu bebas memilih kemana dia berpihak.
Dalam
masalah-masalah etika, agama Zoroaster menekankan arti pentingnya kejujuran dan
kebenaran. Ugal-ugalan dan zina dilarang keras. Zoroaster melaksanakan berbagai
ibadah agama yang menarik beberapa diantaranya dipusatkan kepada pemujaan api.[8]
d.
Peribadatan
Dalam salah satu
butir teks, beberapa perkataan Adhurbadi bin Mahraspand, ayat 72, disebutkan: “Pergilah!
Pergilah ke kuil api tiga kali sehari dan bacalah do’a pada ap.i” Kelanjutan
ayat tersebut mengatakan bahwa siapa yang paling sering pergi ke kuil api dan
membaca do’a pada api akan menerima banyak barang duniawi dan kesucian. Di sini
juga terdapat upacara-upacara khusus bagi kelahiran, menginjak pubertas,
perkawinan, dan kematian juga diajarkan di dalam agama Zoroaster.
e.
Pengadilan
Saat Kematian
Ajaran agama
Zoroaster tentang nasib roh setelah mati tertulis dalam kitab avesta. Setiap
roh manusia setelah meninggalkan kehidupan dunia ini akan bergentayangan
menunggu tiga hari di dekat jasad yang sudah menjadi mayat. Pada hari ke empat roh menghadapi pengadilan di atas
jembatan pembalasan, jembatan yang dijaga oleh dewa Roshu yang bertindak
sebagai hakim yang adil menimbang perbuatan baik dan buruk manusia. Jika
perbuatan baiknya berat maka ia diizinkan memasuki surga dan apabila perbuatan
buruknya lebih besar, maka roh dimasukkan ke dalam neraka. Apabila perbuatan
baik dan buruk seimbang maka roh dibawah ke tempat yang bernama Hamestangan atau
tempat campuran.
4.
KITAB-KITAB
SUCI AGAMA ZARASTHUSTRA
Kitab suci agama
Zoroaster dikenal dengan nama Avesta. Ada
tiga bagian di dalam kitab ini:
a. Gathas,
“Nyanyian” atau “Ode” yang secara umum dan tepat dinisbahkan kepada Zoroaster.
b. Yashts
atau Hymne korban yang ditujukan kepada berbagai macam dewa.
c. Vendidat
atau Videvdat “Aturan melawan syetan”, berupa sebuah risalah yang terutama
menyangkut ketidak murnian ibadah dan prinsip dualism yang diperkenalkan oleh
Zoroaster.
BAB
III
KESIMPULAN
Demikianlah
kita telah membahas bersama tentang Agama Zoroaster, ada beberapa hal yang bisa
kita simpulkan. Pertama, Agama Zoroaster disebarkan oleh seorang nabi
Persia bernama Zarathustra, sekitar 1400 hingga 1000 tahun sebelum Masehi. Kedua,
Ajaran Zoroatrianisme mengakui adanya dua kekuatan, yaitu:
- Ahuramazda (Ormuz) disebut dewa kebaikan (Dewa
Terang).
- Ahriman (Angro Mainyu) disebut dewa kejahatan
(Dewa Kegelapan).
Ketiga,
ajaran-ajarannya menyangkut tentang manusia, tuhan dan pensiptaan, etika,
peribadatan dan keadilan saat kematian. Keempat, agama ini juga mempuyai
kitab sebagaimana agama-agama lannya, kitab suci agama Zoroaster dikenal dengan
nama Avesta.
Semoga
bermanfaat. Wallahu A’lam.
REFERENSI
v Ariffin,
H.M, Menguak Misteri Ajaran Agama-agama
Besar, Jakarta :
PT Golden Terayon Press, 1998
v Michael
H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, (Jakarta:
PT. Dunia Pustaka Jaya, 1982) Terjemahan H. Mahbub Djunaidi (e-book).
v Romdhon
dkk, Agama-agama di Dunia, Yogyakarta : PT Hanindita Offset, 1988
v Souyb,
Joesof, Agama-agama Besar di Dunia, Jakarta : PT
Alhusna-zikra, 1996
[1] Bahasa Gujarati adalah anak cabang Bahasa Indo-Arya,
yang merupakan bahasa resmi negara bagian Gujarat, India. Dituturkan
oleh kurang lebih 46 juta jiwa. Selain di Gujarat, penutur bahasa ini juga
tersebar di Pakistan,
Bangladesh,
Oman, Zimbabwe, Mauritius,
dan sebagainya. Di India sendiri, mereka tersebar di Rajashtan, Karnataka, Maharashtra dan Madhya Pradesh. Muhammad Ali Jinnah dan Mahatma
Gandhi adalah penutur bahasa Gujarati.
[2] Adalah sebuah agama dan ajaran filosofi yang
didasari oleh ajaran nabi Zoroaster. Zoroastrianisme dahulu kala adalah sebuah agama
yang dominan dianut di daerah Iran, disebarkan pertama kali di Balkh ,
sebuah kota di
utara Afganistan.
Sampai tahun 2007,
jumlah penganut Zoroastrianisme telah menurun banyak, dan diperkirakan tinggal
berjumlah 200.000. Akan tetapi, beberapa sumber telah mengoreksi perkiraan
tersebut dan menyatakan bahwa jumlah penganutnya masih mencapai 2 juta orang.
[3] HM, Arifin, Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar (Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1998),
Hal. 18.
[5] Romdhon dkk, Agama-agama di Dunia (Yogyakarta: PT
Hanindita Offoset, 1988), Cet. 1, Hal. 271-272
[6] Ramadhon dkk, Agama-agama di Dunia, Hal. 276.
[8] http://suakahati.wordpress.com/2008/05/07/sekilas-agama-zoroaster/
0 komentar:
Posting Komentar