Sabtu, 25 Juni 2016

AGAMA ZOROASTER


AGAMA ZOROASTER

Makalah ini di buat sebagai Bahan Diskusi pada Mata Kuliah
Study Agama-Agama





Disusun oleh:
Haseb Perlia   105011000055
Rian Hidayat 105011000158


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008M/1429H










BAB I
PENDAHULUAN
Di Barat, agama Zoroaster dikenal dengan nama Zoroastrianism karena nama nabinya Zarasthustra, oleh orang-orang Yunani Kuno disebut dengan Zoroaster. Sejarah Islam-Arab juga menyebut agama ini dengan sebutan agama Majusi. Zarasthustra adalah orang Iran yang hidup pada zaman prasejarah. Agama ini pernah menjadi agama Negara, bagi tiga kerajaan Iran yang besar yang hidup dan berkembang hampir secara berkesinambungan sejak abad keenam sebelum masehi (SM) sampai abad ketujuh masehi serta banyak menguasai daerah timur dan tengah.
Ajaran-ajaran agama Zoroaster pada mulanya diwariskan turun-temurun secara lisan dalam masyarakat pemeluknya hingga akhir pada masa dinasti Sasania, tepatnya di bawah pemerintahan Khusraw (531-573 M), ajaran-ajaran tersebut mulai ditulis. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Persia menengah yang juga disebut Pahlavi. Dari buku-buku inilah agama Zoroaster samapai searang diketahui.
Menurut tradisi ajaran agama, Zoroaster adalah seorang nabi. Nama lengkapnya adalah Zarasthustra bin Pourushaspa, beRasal dari keluarga Spitaman. Dia memperoleh kepercayaan dari Tuhan untuk menyampaikan ajaran bagi semua manusia. Dia menerima wahyu pertama kali pada usia 30 tahun. Ia merasa menerima ilham dari dewa Ahuamazda atau Ormuz di bukit Sabalan. Ilham dia terima secara berangsur-angsur selama 10 tahun samapi ia berusia 40 tahun.
Lebih lanjut tentang agama Zoroaster akan kami bahas pada makalah ini, semoga setetes ilmu pengetahuan yang terdapat dalam makalah ini, mampu menambah khazanah keilmuan dan keimanan kita.
Selamat menenggelamkan diri dalam diskusi yang hangat tentang Agama Zoroaster!!!








BAB II
PEMBAHASAN
1.                  SEKILAS AGAMA ZOROASTER
Zarathustra (Parsi Modern: زرتشت (Zartosht), Kurdi: Zerdeşt, Gujarati[1]: જરતોશ્ત, Yunani: Ζωροάστρης, (Zoroastres), dan Latin: (Zoroaster) adalah seorang nabi kuno dari Iran dan merupakan pencetus ajaran Zoroastrianisme[2] yang dianut oleh bangsa Persia. Ia umumnya dianggap merupakan seorang tokoh bersejarah, dan masa kehidupannya tidak jelas. Perkiraan yang dikemukakan bervariasi, ada yang menyebut bahwa ia hidup sekitar 1700 SM, namun ada pula yang menyebut bahwa ia hidup pada abad ke-6 SM.
Ajaran Zoroatrianisme mengakui adanya dua kekuatan, yaitu:
  1. Ahuramazda (Ormuz) disebut dewa kebaikan (Dewa Terang).
  2. Ahriman (Angro Mainyu) disebut dewa kejahatan (Dewa Kegelapan).

Agama Zoroaster disebarkan oleh seorang nabi Persia bernama Zarathustra, sekitar 1400 hingga 1000 tahun sebelum Masehi. (Jadi sebelum lahirnya agama Yahudi dan Kristen, dan tidak termasuk agama Samawi). Informasi biografi kita menyangkut Zoroaster (Zarathustra dalam sebutan Iran kuno) adalah tidak lengkap, tapi tampaknya dia dilahirkan kira-kira tahun 628 SM dan daerah yang kini termasuk Iran Utara. Sedikit sekali bisa diketahui masa kecilnya. Sesudah dewasa, dia mengkhotbahkan agama baru yang disusunnya sendiri. Pada tingkat awalnya banyak penentangan; tapi tatkala usianya menginjak empat puluh tahun, dia berhasil menarik Raja Vishtaspa sebagai pemeluknya, seorang penguasa sebuah daerah di utara Iran. Sesudah itu sang Raja jadi sahabatnya dan sekaligus pelindungnya. Menurut kisah tradisionil Iran, Zoroaster hidup hingga umur tujuh puluh tujuh tahun; kematiannya dengan begitu diperkirakan tahun 551 SM.

Menurut agama Zoroaster hanya ada satu dewata raya, yang menciptakan segalanya. Ia adalah Ahura Mazda. Manusia harus berusaha mencari dan mematuhi Ahura Mazda, yang akan menghakimi semua orang pada hari kiamat. Inti ajaran Zoroaster adalah pertarungan antara kebajikan dan kejahatan. Bumi merupakan medan pertempuran dimana berlangsung perang besar antara Spenta Mainyu, roh Kebajikan, dan Angra Mainyu, roh Kejahatan. Ahura Mazda menyerukan agar semua orang ikut berjuang dalam perang itu dengan mengabdi kepada jalan pikiran, ucapan dan perbuatan baik. Dan setiap orang akan diadili sesudah mati sampai berapa jauh dia telah berjuang. Zarathustra menggubah beberapa syair puji-pujian yang disebut Ghata, yang dihimpun dalam kitab suci yang disebut Avesta. Menurut Avesta dunia akan berakhir dengan kebakaran besar, dan hanya yang berbuat kebajikan yang akan hidup kembali di alam yang baru. Sampai saat itu tiba, semua orang yang mati diharuskan menyeberangi titian atau jembatan penentuan. Orang yang baik akan selamat tiba di seberang dan menunggu datangnya saat tersebut di sorga. Yang berbuat jahat menunggu di neraka.
Agama Zoroaster merupakan agama kuno bangsa Arya yang berasal dari Persia 2.500 tahun yang lalu. Meskipun memiliki sedikit pengikut, tidak kurang dari 130.000  diseluruh dunia, agama ini termasuk salah satu agama tertua di dunia. Pendiri agama ini bernama Zoroaster, yang juga dikenal sebagai Persianisme. Juga dikenal sebagai agama penyembah Api.

2.                  PENGIKUT ZARASTHUSTRA
Sebelum Zarasthustra lahir, agama bangsa Persia adalah adalah bersumber pada ajaran Polytheisme, Paganisme, dan Animisme. Tidak heran dakwahnya pada periode pertama selama 12 tahun di Media dapat tantangan hebat dari masyarakat. Hampir-hampir terjadi pembunuhan terhadap dirinya. Hal ini disebabkan karena ajaran Zarasthustra dipandang berlawan dengan yang mereka anut saat itu. Boleh dikatakan dakwah zarasthustra pada tahap pertama ini gagal, sebab hanya memperoleh jumlah pengikut yang sangat sedikit. Baru setelah ia pindah ke Chorasma (Qarazm) dimana raja Chorasma yang bernama Hestaspes  serta mentrinya Yasasp yang menikahi adik kandungnya Poron Chista, keduanya menjadi  pengikut Zarasthustra pada tahun 618 S.M.  Maka barulah agama ini memperoleh kemajuan di daerah tersebut.[3]
Raja Hestaspes berasal dari keluarga Hakkam. Seorang  cucunya yaitu Cyrus the great (559-529 S.M) berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil di seluruh Iran  dan membangun imperium parsi yang dikenal  dengan Dinasti Hakkam, dan dunia Barat mengenalnya dengan dinasti Achaemenids. Raja-raja dari dinasti Achaemenids ini adalah penganut ajaran agama Zarasthustra  sampai pada raja Darius III (336-331 S.M).[4]

3.                  AJARAN DAN KEPERCAYAAN ZARASTHUSTRA
a.                  Manusia
Dalam teks yang berjudul  “Kitab Nasihat Zaratusht” ditemukan konsep tentang manusia. Teks ini merupakan iktisar dari keseluruhan ajaran Zoroaster yang harus diketahui oleh anak-anak baik laki-laki maupun perempuan sebelum dinobatkan dalam lingkungan suci, suatu upacara yang bersamaan waktu dengan usia pubertas.
Pertanyaan-pertanyaan di dalam teks ini berkisar tentang: “Siapa saya? Saya milik siapa? Milik siapa saya? Dan kemana saya kembali?”. Manusia, pada asalnya adalah wujud ghoib dan rohnya dalam bentuk Fravashi atau Fravahr, ada sebelum jasmaninya. Baik jasad maupun rohnya adalah ciptaan Ormuzd (Tuhan), dan roh tidak bersifat abadi. Manusia adalah milik tuhan dan kepada-Nya dia akan kembali.
Teks tersebut juga menunjukkan peran manusia di dunia, yaitu bekerjasama dengan alam serta menjalani kehidupan yang saleh dengan pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik. Di dunia, manusia mempunyai  kewajiban untuk hidup berumah tangga dengan mempunyai istri serta mengasuh dan membesarkan anak. Semakin banyak manusia adalah semakin baik karena akan mudah mengalahkan Ahriman (syetan). Juga dalam agama Zoroaster, hidup bertani dianggap sebagai suatu perbuatan kebajikan karena menjadikan tanah berbuah dan memberikan hasil supaya bertahan dari serangan musuh yang merupakan pencipta penyakit dan kematian. Jadi, kebajikan sinonim dengan keadaan penuh berbuah dan kejelekan sinonim dengan kemandulan. Oleh karena itu, hidup tidak kawin adalah tidak alami dan jelek. Dalam masalah moral, semua penekanan adalah pada kesalehan atau kebenaran, kerena kejahatan digambarkan sebagai kebohongan.[5]
b.                  Tuhan dan Penciptaan
Kisah tentang dua zat azali dan penciptaan dunia secara sangat rinci dalam bab pertama dari sebuah kitab abad kesembilan yang biasa dikenal dengan nama Bundahishn atau (kitab) asal-usuk penciptaan alam[6].
Dalam agama Zoroaster Tuhan pada mulanya terbatas, dibatasi oleh lawannya Ahriman. Serangan Ahriman memungkinkan Tuhan untuk membalas serangan dalam rangka membela diri. Karena Tuhan Ormuzd memenangkan pertempuran, maka dia menjadi tak terbatas. Kisah pertarungan kosmis ini tidak hanya mengakibatkan hancurnya Ahriman tetapi juga memberikan kesempurnaan pada Tuhan yang mulanya kurang sempurna. Zat baik yang terbatas menjadi tak tebatas.
Para penganut Zoroaster atau kaum Parsis menyebut Tuhannya dengan sebutan ‘Ahora Mazda’. Kata ‘Ahora’ berarti Tuhan, dan kata ‘Mazda’ berarti bijaksana. Jadi ‘Ahora Mazda’ berarti Tuhan Yang Maha Bijaksana. Dia mempunya beberapa nama, dan nama-nama-Nya yang disebutkan di dalam kitab Dasatir. Misalnya, Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa, Dia yang tidak mempunyai anak, Dia yang tidak memiliki asal dan tidak memiliki akhir, Dia tidak mempunyai bapak, ibu, istri dan anak. Dia tidak mempunyai rupa (gambaran), Dia berada diluar jangkauan pikir manusia, Tidak ada yang setara dengan-Nya, Tidak satupun orang yang bisa menyaksikan-Nya. Dia berada di luar jangkauan manusia. Dia lebih dekat daripada diri Anda sendiri.
Menurut ajaran Zarathustra alam ini sudah berusia 6000 tahun dan masih akan berusia 6000 tahun lagi atau usia alam ini 12.000 tahun lamanya. Sesudah 12.000 tahun itu terjadilah hari kiamat. Masa 12.000 tahun ini dibagi dalam beberapa periode: 1) periode 3.000 tahun pertama: masa Ahura Mazda atau dewa alam menciptakan alam dan Anggra Mainyu atau dewa kejahatan  menciptakan alam pula, 2) kedua: Ahura Mazda dan Anggra Mainyu saling berpacu dalam alam material, ternyata sama kuatnya dan saling kalah mengalahkan. Itulah terjadinya gelap dan terang, siang dan malam, 3) ketiga: Zarathustra menerima wahyu dan menyiarkan kepada umat manusia. 4) keempat: pada masa ini tiap seribu tahun akan muncul seorang Messiah (Imam Mahdi menurut Islam) yang disebut Shaoshayant, yang memelihara dan memerintah bumi.[7]
c.                   Etika
Sebagian besar ajaran agama Zoroaster adalah menyangkut masalah etika. Dasar pikiran teologisnya mempunyai inti pandangan moralistik tentang kehidupan. Teologi Zoroaster merupakan campuran menarik antara monotheisme dan dualism. Menurut Zoroaster, hanya ada satu Tuhan sejati yang disebutnya Ahura Mazda (Ormuzd) yang menganjurkan kejujuran dan kebenaran. Tapi penganut Zoroaster juga percaya adanya roh jahat, Anggara Mainyu (Ahriman) yang mencerminkan kejahatan dan kepalsuan. Tiap individu bebas memilih kemana dia berpihak.
Dalam masalah-masalah etika, agama Zoroaster menekankan arti pentingnya kejujuran dan kebenaran. Ugal-ugalan dan zina dilarang keras. Zoroaster melaksanakan berbagai ibadah agama yang menarik beberapa diantaranya dipusatkan kepada pemujaan api.[8]
d.                  Peribadatan
Dalam salah satu butir teks, beberapa perkataan Adhurbadi bin Mahraspand, ayat 72, disebutkan: “Pergilah! Pergilah ke kuil api tiga kali sehari dan bacalah do’a pada ap.i” Kelanjutan ayat tersebut mengatakan bahwa siapa yang paling sering pergi ke kuil api dan membaca do’a pada api akan menerima banyak barang duniawi dan kesucian. Di sini juga terdapat upacara-upacara khusus bagi kelahiran, menginjak pubertas, perkawinan, dan kematian juga diajarkan di dalam agama Zoroaster.
e.                   Pengadilan Saat Kematian
Ajaran agama Zoroaster tentang nasib roh setelah mati tertulis dalam kitab avesta. Setiap roh manusia setelah meninggalkan kehidupan dunia ini akan bergentayangan menunggu tiga hari di dekat jasad yang sudah menjadi mayat. Pada hari  ke empat roh menghadapi pengadilan di atas jembatan pembalasan, jembatan yang dijaga oleh dewa Roshu yang bertindak sebagai hakim yang adil menimbang perbuatan baik dan buruk manusia. Jika perbuatan baiknya berat maka ia diizinkan memasuki surga dan apabila perbuatan buruknya lebih besar, maka roh dimasukkan ke dalam neraka. Apabila perbuatan baik dan buruk seimbang maka roh dibawah ke tempat yang bernama Hamestangan atau tempat campuran.

4.                  KITAB-KITAB SUCI AGAMA ZARASTHUSTRA
Kitab suci agama Zoroaster dikenal dengan nama Avesta. Ada tiga bagian di dalam kitab ini:
a.       Gathas, “Nyanyian” atau “Ode” yang secara umum dan tepat dinisbahkan kepada Zoroaster.
b.      Yashts atau Hymne korban yang ditujukan kepada berbagai macam dewa.
c.       Vendidat atau Videvdat “Aturan melawan syetan”, berupa sebuah risalah yang terutama menyangkut ketidak murnian ibadah dan prinsip dualism yang diperkenalkan oleh Zoroaster.


BAB III
KESIMPULAN
Demikianlah kita telah membahas bersama tentang Agama Zoroaster, ada beberapa hal yang bisa kita simpulkan. Pertama, Agama Zoroaster disebarkan oleh seorang nabi Persia bernama Zarathustra, sekitar 1400 hingga 1000 tahun sebelum Masehi. Kedua, Ajaran Zoroatrianisme mengakui adanya dua kekuatan, yaitu:
  1. Ahuramazda (Ormuz) disebut dewa kebaikan (Dewa Terang).
  2. Ahriman (Angro Mainyu) disebut dewa kejahatan (Dewa Kegelapan).
Ketiga, ajaran-ajarannya menyangkut tentang manusia, tuhan dan pensiptaan, etika, peribadatan dan keadilan saat kematian. Keempat, agama ini juga mempuyai kitab sebagaimana agama-agama lannya, kitab suci agama Zoroaster dikenal dengan nama Avesta.
Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam.
REFERENSI
v  Ariffin, H.M, Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar, Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1998
v  Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1982) Terjemahan H. Mahbub Djunaidi (e-book).
v  Romdhon dkk, Agama-agama di Dunia, Yogyakarta: PT Hanindita Offset, 1988
v  Souyb, Joesof, Agama-agama Besar di Dunia, Jakarta: PT Alhusna-zikra, 1996
v  http://suakahati.wordpress.com/2008/05/07/sekilas-agama-zoroaster/



[1] Bahasa Gujarati adalah anak cabang Bahasa Indo-Arya, yang merupakan bahasa resmi negara bagian Gujarat, India. Dituturkan oleh kurang lebih 46 juta jiwa. Selain di Gujarat, penutur bahasa ini juga tersebar di Pakistan, Bangladesh, Oman, Zimbabwe, Mauritius, dan sebagainya. Di India sendiri, mereka tersebar di Rajashtan, Karnataka, Maharashtra dan Madhya Pradesh. Muhammad Ali Jinnah dan Mahatma Gandhi adalah penutur bahasa Gujarati.
[2] Adalah sebuah agama dan ajaran filosofi yang didasari oleh ajaran nabi Zoroaster. Zoroastrianisme dahulu kala adalah sebuah agama yang dominan dianut di daerah Iran, disebarkan pertama kali di Balkh, sebuah kota di utara Afganistan. Sampai tahun 2007, jumlah penganut Zoroastrianisme telah menurun banyak, dan diperkirakan tinggal berjumlah 200.000. Akan tetapi, beberapa sumber telah mengoreksi perkiraan tersebut dan menyatakan bahwa jumlah penganutnya masih mencapai 2 juta orang.
[3] HM, Arifin, Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar  (Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1998), Hal. 18.
[4] Joesof, Souyb, Agama-agama Besar di Dunia (Jakarta: PT Alhusna-zikra, 1996), Hal. 220.
[5] Romdhon dkk, Agama-agama di Dunia (Yogyakarta: PT Hanindita Offoset, 1988), Cet. 1, Hal. 271-272
[6] Ramadhon dkk, Agama-agama di Dunia, Hal. 276.
[7] HM, Ariffin, Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar , Hal. 22
[8] http://suakahati.wordpress.com/2008/05/07/sekilas-agama-zoroaster/
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © MAHSUN DOT NET