Rabu, 31 Agustus 2016

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK KEPRIBADIAN

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK KEPRIBADIAN

Kerpibadian di pengaruhi oleh berbagai faktor, baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan (seperti fisik, sosial, kebudayaan, spiritual). Menurut M. Alisuf Sabri, faktor hereditas merupakan faktor yang berasal dari warisan genetik atau pembawaan terhadap pembentukan kepribadian.
Keturunan, pembawaan atau heredity merupakan segala ciri, sifat, potensi dan kemampuan yang dimiliki individu karena kelahirannya. Ciri, sifat dan kemampuan-kemampuan tersebut dibawa individu dari kelahirannya, dan diterima sebagai keturunan dari kedua orang tuanya[1].
Individu dan perkembangannya adalah produk dari hereditas dan lingkungan. Hereditas dan lingkungan sama-sama berperanan penting bagi perkembangan individu. Perilaku yang diperlihatkan oleh individu bukan sesuatu yang dilakukan sendiri tetapi selalu dalam interaksinya dengan lingkungan. Demikian juga dengan sifat dan kecakapan-kecakapan yang dimiliki individu sebagian besar diperoleh melalui hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan terdiri atas lingkungan alam dan geografis, ekonomi, social budaya, politik keagamaan, keamanan dan sebagainya[2].
Berdasarkan aspek biologis, Hipocrates dan Gelenus membagi kepribadian menjadi 4 kelompok besar dengan fokus pada cairan tubuh yang mendominasi dan memberikan pengaruh kepada individu tersebut. ( 4 jenis cairan tubuh), pembagiannya meliputi : empedu kuning (choleris), empedu hitam (melankolis), cairan lendir (flegmatis) dan darah (sanguinis). The Greek philosophers explained much of personality in terms of the amounts of the four . blood, indicative of enthusiasm ("sanguine" types). black bile, standing for depression (the "melancholic" type). yellow bile for anger (the "choleric" types). phlegm for apathy (the "phlegmatic" type).
  1. Sanguin, sanguin adalah orang yang gembira, yang senang hatinya, mudah untuk membuat orang tertawa, dan bisa memberi semangat pada orang lain. Tapi kelemahannya adalah dia cenderung impulsive, yaitu orang yang bertindak sesuai emosi atau keinginannya.
  2. Plegmatik, tipe plegmatik adalah orang yang cenderung tenang, dari luar cenderung tidak beremosi, tidak menampakkan perasaan sedih atau senang. Naik turun emosinya itu tidak nampak dengan jelas. Orang ini memang cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup baik, ia intorspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Kelemahan orang plegmatik adalah ia cenderung mau ambil mudahnya, tidak mau susah, sehingga suka mengambil jalan pintas yang paling mudah dan gampang.
  3. Melankolik, Tipe melankolik adalah orang yang terobsesi dengan karya yang paling bagus, yang paling sempurna dan dia memang adalah seseorang yang mengerti estetika keindahan hidup ini. Perasaannya sangat kuat, sangat sensitif maka kita bias menyimpulkan bahwa cukup banyak seniman yang memang berdarah melankolik. Kelemahan orang melankolik, ia mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup sering perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan murung.
  4. Kolerik. Seseorang yang kolerik adalah seseorang yang dikatakan berorientasi pada pekerjaan dan tugas, dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi. Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan akan bertanggung jawab dengan tugas yang diembannya. Kelemahan orang yang berciri kolerik adalah kurangnya kemampuan untuk bisa merasakan perasaan orang lain (empati), belas kasihannya terhadap penderitaan orang lain juga agak minim, karena perasaannya kurang bermain.
Sedangkan Menurut Shelldon dan Kretchmer kepribadian didasarkan pada (bentuk tubuh) : endomorf, mesomorf dan ektomorf[3].
Berdasarkan penelitian akhir 2007, yang dilakukan oleh Kazuo Murakami, Ph.D dari Jepang dalam bukunya The Divine message of the DNA. Menyimpulkan bahwa kepribadian sepenuhnya dikendalikan oleh gen yang ada dalam sel tubuh manusia. Gen tersebut ada yang bersipat Dorman (tidur) atau tidak aktip dan yang bersipat aktip. Bila kita sering menyalakan gen yang tidur dengan cara positif thinking maka kepribadian dan nasib kita akan lebih baik. Jadi genetik bukan sesuatu yang kaku, permanen dan tidak dapat dirubah.
Setiap orang yang diciptakan Tuhan sudah dilengkapi dengan kepribadian. Kepribadian itu sebetulnya adalah sumbangsih atau pemberian Tuhan ditambah dengan pengaruh lingkungan yang kita terima atau kita alami pada masa pertumbuhan kita.
 Secara garis besar ada dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, yaitu faktor hereditas (genetika) dan faktor lingkungan (environment).
        i.            Factor Genetika
Factor ini dipandang cukup mempengaruhi perkembangan kepribadian karena pada masa konsepsi, seluruh bawaan hereditas individu dibentuk dari 23 kromosom (pasangan x x) dari ibu, dan 23 kromosom (pasangan x y) dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat-sifat fisik dan psikis/mental individu atau yang menentukan potensi hereditasnya. Fungsi hereditas dalam kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah (1) sebagai sumber bahan mentah (raw Materials) kepribadian seperti fisik, intelegensi, dan tempramen; (2) membatasi perkembangan kepribadian (meskipun kondisi lingkungannya sangat baik/kondusif, perkembangan kepribadian itu tidak bisa melebihi kapasitas atau potensi hereditas); dan mempengaruhi keunikan kepribadian 
      ii.            Faktor lingkungan (Environment)
Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepribadian diantaranya keluarga, kebudayaan, dan sekolah.
Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian anak. Alasannya adalah (1) keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak. (2) anak bamyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga, dan (3) para anggota keluarga merupakan ”significant people” bagi pembentukan kepribadian anak. Disamping itu, keluarga juga dipandang sebagai lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan insani (manusiawi), terutama bagi pengembangan kepribadian dan pengenbangan ras manusia. Melalui perlakuan dan perawatan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik-biologis, maupun kebutuhan sosio-psikologisnya.
Kebudayaan, setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau suku bangsa) memiliki tradisi, adat atau kebudayaan yang khas. Tradisi atau kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap kepribadian setiap anggotanya, baik yang menyangkut cara berpikir (seperti cara memandang sesuatu) bersikap atau cara berperilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian itu dapat dilihat dari adanya perbedaan antara masyarakat modern yang budayanya relatif maju dengan masyarakat primitif yang budayanya  relatif masih sederhana, perbedaan itu tampak dalam gaya hidupnya (life style), seperti dalam cara makan, berpakaian, memelihara kesehatan, berinteraksi, pencaharian dan cara berfikir (cara memandang sesuatu).
Sekolah, lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian anak dapat di lihat dari iklim emosional kelas, sikap dan perilaku guru, Disiplin (tata tertib), prestasi belajar, dan penerimaan teman sebaya[4].
Kepribadian dapat berkembang melalui interaksi indera-indera fisik dengan lingkungan, seperti lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Demikian itu, Wasty Soemanto menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, yaitu:
1.      Pengaruh langsung dari Aspek Jasmani: penyakit, cacat, saraf, tekanan darah tinggi, kecelakaan.
2.      Pengaruh tidak langsung dari Aspek Jasmani: kelainan Psyikosomatis, emosi dan pengalaman-pengalaman yang membingungkan.
3.      Kebudayaan: Bahasa, Kelompok, minoritas dan agama
4.      Intelegensi: Tingkat IQ dan Anak yang berbakat luar biasa
5.      Keluarga: suasana rumah, hubungan orang tua dan anak, serta  hubungan kakak-adik.   
6.      Hukum: Polisi, peraturan kota, lalu lintas, hukum negara, dan ahli hukum.
7.      Status sosio ekonomi: golongan-golongan, gaji, kelompok sosial, keanggotaan dalam organisasi dan milik/Warisan.
8.      Sekolah: Guru, teman sekelas, dan pembimbing.
9.      Dasar Zat khemis dalam tubuh manusia: kelenjar endokrin dan metabolisme.
10.  Masyarakat: Status sosial, kepemimpinan, dan hubungan organisasi kesejahteraan.
11.  Hak-hak rohaniah: self concefpt, iman, cita-cita[5].

Dari semua penentu faktor kepribadian, keluargalah yang paling penting peranannya. Sebab keluarga merupakan kelompok sosial pertama dengan siapa anak diidentifikasikan; anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kelompok keluarga daripada dengan kelompok sosial lain; anggota keluarga merupakan orang yang paling berarti dalam kehidupan anak selama bertahun-tahun, dan yang lebih penting pengaruh keluarga lebih luas dan dalam dibandingkan pengaruh penentu kepribadian lainya.


<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3145763305899807"
     crossorigin="anonymous"></script>


[1] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,2007) Cet. IV,  h.44.
[2] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses pendidikan..., h.. 46.
[3] Jalaluddin dan Ramayulis, pengantar Ilmu Jiwa Agama..., h. 90-91.
[4] Syamsu Yusuf LN & A. Juntika Nurihsan, Teori kepribadian...,  h.20-33.
[5] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 1998) Cet. IV, h. 173.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © MAHSUN DOT NET