Kerpibadian
di pengaruhi oleh berbagai faktor, baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan
(seperti fisik, sosial, kebudayaan, spiritual). Menurut M. Alisuf Sabri, faktor
hereditas merupakan faktor yang berasal dari warisan genetik atau pembawaan
terhadap pembentukan kepribadian.
Keturunan,
pembawaan atau heredity merupakan segala ciri, sifat, potensi dan kemampuan
yang dimiliki individu karena kelahirannya. Ciri, sifat dan kemampuan-kemampuan
tersebut dibawa individu dari kelahirannya, dan diterima sebagai keturunan dari
kedua orang tuanya[1].
Individu
dan perkembangannya adalah produk dari hereditas dan lingkungan. Hereditas dan
lingkungan sama-sama berperanan penting bagi perkembangan individu. Perilaku
yang diperlihatkan oleh individu bukan sesuatu yang dilakukan sendiri tetapi
selalu dalam interaksinya dengan lingkungan. Demikian juga dengan sifat dan
kecakapan-kecakapan yang dimiliki individu sebagian besar diperoleh melalui
hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan terdiri atas lingkungan alam dan
geografis, ekonomi, social budaya, politik keagamaan, keamanan dan sebagainya[2].
Berdasarkan aspek biologis, Hipocrates dan Gelenus membagi kepribadian
menjadi 4 kelompok besar dengan fokus pada cairan tubuh yang mendominasi dan
memberikan pengaruh kepada individu tersebut. ( 4 jenis cairan tubuh),
pembagiannya meliputi : empedu kuning (choleris), empedu hitam (melankolis),
cairan lendir (flegmatis) dan darah (sanguinis). The Greek philosophers explained much of personality in
terms of the amounts of the four . blood,
indicative of enthusiasm ("sanguine" types). black bile,
standing for depression (the "melancholic" type). yellow bile
for anger (the "choleric" types). phlegm for apathy (the
"phlegmatic" type).
- Sanguin, sanguin adalah
orang yang gembira, yang senang hatinya, mudah untuk membuat orang
tertawa, dan bisa memberi semangat pada orang lain. Tapi kelemahannya
adalah dia cenderung impulsive, yaitu orang yang bertindak sesuai emosi
atau keinginannya.
- Plegmatik, tipe plegmatik
adalah orang yang cenderung tenang, dari luar cenderung tidak beremosi,
tidak menampakkan perasaan sedih atau senang. Naik turun emosinya itu
tidak nampak dengan jelas. Orang ini memang cenderung bisa menguasai
dirinya dengan cukup baik, ia intorspektif sekali, memikirkan ke dalam,
bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di
sekitarnya. Kelemahan orang plegmatik adalah ia cenderung mau ambil
mudahnya, tidak mau susah, sehingga suka mengambil jalan pintas yang
paling mudah dan gampang.
- Melankolik, Tipe melankolik
adalah orang yang terobsesi dengan karya yang paling bagus, yang paling
sempurna dan dia memang adalah seseorang yang mengerti estetika keindahan
hidup ini. Perasaannya sangat kuat, sangat sensitif maka kita bias
menyimpulkan bahwa cukup banyak seniman yang memang berdarah melankolik.
Kelemahan orang melankolik, ia mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan
cukup sering perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan
murung.
- Kolerik. Seseorang yang
kolerik adalah seseorang yang dikatakan berorientasi pada pekerjaan dan
tugas, dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja yang sangat
tinggi. Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan
akan bertanggung jawab dengan tugas yang diembannya. Kelemahan orang yang
berciri kolerik adalah kurangnya kemampuan untuk bisa merasakan perasaan
orang lain (empati), belas kasihannya terhadap penderitaan orang lain juga
agak minim, karena perasaannya kurang bermain.
Sedangkan Menurut Shelldon
dan Kretchmer kepribadian didasarkan pada (bentuk tubuh) : endomorf, mesomorf
dan ektomorf[3].
Berdasarkan penelitian akhir
2007, yang dilakukan oleh Kazuo Murakami, Ph.D dari Jepang dalam bukunya The
Divine message of the DNA. Menyimpulkan bahwa kepribadian sepenuhnya
dikendalikan oleh gen yang ada dalam sel tubuh manusia. Gen tersebut ada yang
bersipat Dorman (tidur) atau tidak aktip dan yang bersipat aktip. Bila kita
sering menyalakan gen yang tidur dengan cara positif thinking maka kepribadian
dan nasib kita akan lebih baik. Jadi genetik bukan sesuatu yang kaku, permanen dan tidak
dapat dirubah.
Setiap orang yang diciptakan Tuhan sudah dilengkapi dengan kepribadian.
Kepribadian itu sebetulnya adalah sumbangsih atau pemberian Tuhan ditambah
dengan pengaruh lingkungan yang kita terima atau kita alami pada masa
pertumbuhan kita.
Secara garis besar ada dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian, yaitu faktor hereditas (genetika) dan faktor lingkungan
(environment).
i.
Factor Genetika
Factor ini dipandang cukup mempengaruhi perkembangan
kepribadian karena pada masa konsepsi, seluruh bawaan hereditas individu
dibentuk dari 23 kromosom (pasangan x x) dari ibu, dan 23 kromosom (pasangan x
y) dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat beribu-ribu gen yang
mengandung sifat-sifat fisik dan psikis/mental individu atau yang menentukan
potensi hereditasnya. Fungsi hereditas dalam kaitannya dengan perkembangan
kepribadian adalah (1) sebagai sumber bahan mentah (raw Materials) kepribadian
seperti fisik, intelegensi, dan tempramen; (2) membatasi perkembangan
kepribadian (meskipun kondisi lingkungannya sangat baik/kondusif, perkembangan
kepribadian itu tidak bisa melebihi kapasitas atau potensi hereditas); dan
mempengaruhi keunikan kepribadian
ii.
Faktor
lingkungan (Environment)
Faktor
lingkungan yang mempengaruhi kepribadian diantaranya keluarga, kebudayaan, dan
sekolah.
Keluarga
dipandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian anak. Alasannya adalah
(1) keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi
anak. (2) anak bamyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga, dan (3)
para anggota keluarga merupakan ”significant people” bagi pembentukan
kepribadian anak. Disamping itu, keluarga juga dipandang sebagai lembaga yang
dapat memenuhi kebutuhan insani (manusiawi), terutama bagi pengembangan
kepribadian dan pengenbangan ras manusia. Melalui perlakuan dan perawatan yang
baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan
fisik-biologis, maupun kebutuhan sosio-psikologisnya.
Kebudayaan,
setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau suku bangsa) memiliki tradisi,
adat atau kebudayaan yang khas. Tradisi atau kebudayaan suatu masyarakat
memberikan pengaruh terhadap kepribadian setiap anggotanya, baik yang
menyangkut cara berpikir (seperti cara memandang sesuatu) bersikap atau cara
berperilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian itu dapat dilihat dari
adanya perbedaan antara masyarakat modern yang budayanya relatif maju dengan
masyarakat primitif yang budayanya
relatif masih sederhana, perbedaan itu tampak dalam gaya hidupnya (life
style), seperti dalam cara makan, berpakaian, memelihara kesehatan,
berinteraksi, pencaharian dan cara berfikir (cara memandang sesuatu).
Sekolah,
lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian anak dapat di lihat dari
iklim emosional kelas, sikap dan perilaku guru, Disiplin (tata tertib),
prestasi belajar, dan penerimaan teman sebaya[4].
Kepribadian
dapat berkembang melalui interaksi indera-indera fisik dengan lingkungan,
seperti lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Demikian itu, Wasty
Soemanto menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian,
yaitu:
1.
Pengaruh
langsung dari Aspek Jasmani: penyakit, cacat, saraf, tekanan darah tinggi,
kecelakaan.
2.
Pengaruh
tidak langsung dari Aspek Jasmani: kelainan Psyikosomatis, emosi dan
pengalaman-pengalaman yang membingungkan.
3.
Kebudayaan:
Bahasa, Kelompok, minoritas dan agama
4.
Intelegensi:
Tingkat IQ dan Anak yang berbakat luar biasa
5.
Keluarga:
suasana rumah, hubungan orang tua dan anak, serta hubungan kakak-adik.
6.
Hukum:
Polisi, peraturan kota, lalu lintas, hukum negara, dan ahli hukum.
7.
Status
sosio ekonomi: golongan-golongan, gaji, kelompok sosial, keanggotaan dalam
organisasi dan milik/Warisan.
8.
Sekolah:
Guru, teman sekelas, dan pembimbing.
9.
Dasar
Zat khemis dalam tubuh manusia: kelenjar endokrin dan metabolisme.
10.
Masyarakat:
Status sosial, kepemimpinan, dan hubungan organisasi kesejahteraan.
Dari semua
penentu faktor kepribadian, keluargalah yang paling penting peranannya. Sebab
keluarga merupakan kelompok sosial pertama dengan siapa anak diidentifikasikan;
anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kelompok keluarga daripada
dengan kelompok sosial lain; anggota keluarga merupakan orang yang paling
berarti dalam kehidupan anak selama bertahun-tahun, dan yang lebih penting
pengaruh keluarga lebih luas dan dalam dibandingkan pengaruh penentu
kepribadian lainya.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3145763305899807"
crossorigin="anonymous"></script>
[1] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi
Proses pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,2007) Cet. IV, h.44.
0 komentar:
Posting Komentar