
Pada tahun ke-14 dan pernikahan Nabi
Muhammad SAW. dengan Siti Khadijah, Nabi Muhammad saw. sering menyendiri dan
berkhalwat di Gua Hira, yaitu gua yang berada di Bukit Nur (Jabal Nur) yang
terletak di dekat Mekah. Berkhalwat ini dilakukan Nabi Muhammad saw. dengan
khusyuk, bahkan terkadang sampai beberapa han baru pulang jika bekal sudah
habis. Di sanalah, beliau menghabiskan waktu selama berhari-hari dan
bermalam-malam
Pada malam bertepatan dengan malam
Jum’at tanggal 17 Ramadan yaitu ketika beliau sedang bertafakur di dalam Gua
Hira dan telah berusia empat puluh tahun, beliau didatangi Malaikat Jibril
seraya berkata kepadanya, “Bacalah!”
Beliau menjawab, “Saya tidak bisa
membaca.” Jibril mengulangi perintah ini untuk kedua dan ketiga kalinya,
dan pada yang ketiga kalinya, Jibril berkata kepadanya: (QS. Al-A’la: 1-5)
Artinya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dan segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha mulia,
4. Yang mengajar (manusia) dengan pena.
5. Dia mengajarkan manusia apa
yang tidak diketahuinya[1].
Setelah itu, Jibril meninggalkannya,
Rasulullah saw. sudah tidak kuat lagi berada di Gua Hira’. Akhirnya, beliau
pulang ke rumahnya dan menghampiri Khadijah dengan gemetar sambil berkata: “Selimuti saya! Selimuti saya!” maka
Khadijah pun menyelimutinya sehingga rasa takutnya sima. Lalu memberitahu Khadijah
tentang apa yang telah diperolehnya dan berkata, “Sungguh saya khawatir terhadap diriku.” Khadijah menanggapinya dan
menenangkan serta meyakinkan Nabi Muhammad SAW., “Sekali-kali tidak, demi Allah, Dia tidak akan merendahkan dirimu untuk
selamanya karena sesungguhnya engkau adalah orang yang menyambungkan tali
persaudaraan, menanggung beban kesusahan orang lain, memberi orang yang tak
punya, menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.”
Setelah tenang, Siti Khadijah
mengajak Nabi Muhammad saw. untuk menemui saudaranya Waraqah bin Naufal. Di
depan Waraqah Nabi Muhammad SAW. menceritakan semua yang terjadi, kemudian
Waraqah membuka Kitab Taurat dan Injil seraya berkata, “Demi Tuhan, yang datang itu adalah Malaikat Jibril yang pernah datang
pada Nabi Musa a.s., baik-baiklah menjaga diri, tabahkan hatimu wahai Muhammad,
kelak engkau akan diangkat menjadi rasul, jangan takut!, tapi gembiralah
menerima wahyu itu.”
Nabi Muhammad SAW. telah mendapat
wahyu yang pertama dan Allah SWT. dan telah mendapat nasihat dan Waraqah bin
Naufal. Beberapa malam Nabi Muhammad SAW. telah siap menerima wahyu kembali
tetapi wahyu tersebut tidak kunjung datang. Pada malam ke-40 barulah wahyu
kedua turun, waktu itu Nabi Muhammad saw. sedang berjalan-jalan ke suatu tempat.
Tiba-tiba mendengar suara, “Ya Muhammad,
engkau benar utusan Allah.” Nabi Muhammad SAW. merasa takut mendengar suara
itu, beliau segera kembali ke rumah menyuruh Siti Khadijah menyelimutinya,
suara tadi terdengar lagi dengan jelas dan semakin dekat Malaikat Jibril
mendatanginya sambil duduk di atas kursi antara bumi dan langit, lalu turunlah
ayat
Artinya:
1. Wahai oran g yang berkemul (berselimut)!
2. Bangunlah, lalu berilah peringatan!
3. dan agungkanlah Tuhanmu,
4. dan bersihkanlah pakaianmu,
5. dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji, (Q.S. Al-MuddassirAyat 1-5).[2]
3. dan agungkanlah Tuhanmu,
4. dan bersihkanlah pakaianmu,
5. dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji, (Q.S. Al-MuddassirAyat 1-5).[2]
Mulai saat itulah Muhammad saw.
telah diangkat oleh Allah Swt. menjadi Rasul. Tugas baru telah datang, yaitu
menyebarkan agama Islam kepada seluruh umat manusia. Setelah itu, wahyu turun
terus-menerus dan berkelanjutan. Nabi memulai dakwahnya [3]
Dalam
penkembangan selanjutnya, setelah Muhammad menjadi Nabi, Allah memberi
firman-firman-Nya kepada Muhammad melalui Malaikat Jibril secara bertahap.
Al-Qur’an
seluruhnya terdiri dan 30 juz, 114 surah, dan 6.236 ayat. Al Qur’an diturunkan
secara berangsur angsur dalam waku 22 tahun, 2 bulan, 22 hari. Masa turunnya
wahyu ketika Nabi Muhammad SAW. di Mekah selama 12 tahun, 6 bulan, dan 13 hari.
Adapun masa turunnya wahyu ketika berada di Madinah selama 9 tahun, 9 bulan,
dan 9 hari. Al-Qur’an diwahyukan secara berangsur-angsur mengandung beberapa
maksud dan hikmah tertentu, yaitu:
a) Agar
mudah dimengerti, dihafal, dan diamalkan
b) Sebagai
jawaban spontan terhadap permasalahan yang timbul
c) Turunnya
wahyu sesuai dengan penistiwa-penistiwa yang terjadi
A1-Qur’an diwahyukan Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW. dengan berbagai cara dan keadaan, di antaranya
sebagai berikut:[4]
1) Malaikat
Jibril memasukkan wahyu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW. dengan cara ini, Nabi
Muhammad SAW hanya merasa bahwa wahyu sudah berada dalam hatinya.(QS.
Asy-Syura:51)
Artinya:
Dan tidak
mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali
dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang
utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
2) Malaikat
Jibril menampakkan diri kepada Nabi Muhammad SAW berupa seorang laki-laki.
Malaikat Jibril mengucapkan kata-kata kepada Nabi Muhammad SAW sehingga Nabi
Muhammad SAW. rnengetahui dan hafal kata-kata itu.
3) Wahyu
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. seperti suara gemerincing lonceng. Cara
turun wahyu seperti itu terasa sangat berat bagi Nabi Muhammad SAW. Tenkadang
keninig beliau mengeluarkan keringat meskipun turunnya wahyu pada musim dingin.
Dalam kesempatan lain, unta yang dikendarai Nabi Muhammad SAW berhenti dan
duduk karena merasa berat. Hal itu dijelaskan dalam hadis yang diniwayatkan
oleh Zaid bin Sabit yang artinya, “Aku
adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Aku melihat
belian ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan
keringatnya bercucaran seperti permata. Setelah selesai turunnja wahya, baralah
belian kembali seperti biasa”
4) Malaikat
Jibril menampakkan dirinya yang asli kepada Nabi Muhammad saw Hal itu
dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut. (QS. An-Najm: 13-14)
Artinya:
Dan Sesungguhnya
Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang
lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha
Setelah Nabi mendapat wahyu pertama
dari Allah SWT. Istri Nabi khadijah masuk Islam, dan bersaksi atas keesaan
Allah dan kenabian suaminya yang mulia sehingga ia adalah orang pertama yang
masuk Islam. Kemudian, sebagai balas budi pada pamannya, Abu Talib yang
mengasuh dan menjaganya sejak kepergian ibunda dan kakeknya, Rasulullah memilih
Ali dan sekian banyak putranya itu, untuk dididik di sisinya dan ditanggung
nafkahnya. Dalam kondisi seperti ini, hati Alipun terbuka dan akhirnya masuk
Islam. Setelah itu, barulah Zaid bin Harisah, seorang budak yang telah
dimerdekakan oleh Khadijah menyusul masuk Islam. Rasulullah Muhammad SAW. juga
bercerita kepada teman akrabnya, Abu Bakar maka iapun beriman dan
membenarkannya, tanpa ada keraguan kemudian Abu Bakar mengajak teman
seperdagangannya, merekapun menyambut dengan baik, di antara mereka yang
kemudian masuk Islam adalah Usman bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Abi
Waqas, Talhah bin Ubaidillah, dan Abdurrahman bin Auf.
Selanjutnya, Rasulullah berdakwah
secara sembunyi-sembunyi (sirr) yang
beliau lakukan selama tiga tahun. Dakwah Rasulullah Muhammad SAW. dikatakan
secara sembunyi-sembunyi sebab pengikutnya baru beberapa orang, dan keislaman
mereka baru dalam tahap permulaan atau tahap dasar, yaitu dalam bidang akidah
dan akhlak yang meliputi meng-Esakan Allah, mensucikan dan membersihkan jiwa
dan hati, dan menguatkan persatuan Ketika itu Nabi Muhammad SAW. pengikutnya
baru sekitar 40 orang, yaitu:
1)
Keluarga dekat
dan sahabat Rasulullah, yaitu Siti Khadijah, Ali bin Abi Tahib, Zaid bin
Harisah, dan Abu Bakar.
2)
Pemuda-pemuda
Quraisy sejumlah 15 orang, di antaranya Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf,
Saad bin Abi Waqqas, Zubair bin Awwan, Talhah bin Ubaidillah, Ubaidah bin Hans,
dan Ja’far bin Abi Talib.
3)
Bekas hamba
sahaya, antara lain Bilai, Amar, Zanirah, dan Khibab,
4)
Pahiawan-pahiawan
Quraisy, yaitu Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Mutalib,
5)
Yang lain adalah
Ummu Habibah anak Abu Sufyan, Ruqaiyyah putri Rasuiullah Muhammad SAW., Fatimah
dan suaminya. Said bin Zaid, Na’im bin Abdihlah, dan lain-lain.
Mereka
mendapat sebutan “Assabiqunal Awwalun”
artinya orang yang pertama kali masuk Islam. Sudah banyak yang beriman kepada
Rasulullah SAW. tetapi mereka masih menyembunyikan keisiaman mereka. Hal itu
disebabkan jika satu saja urusan mereka terungkap maka ia akan menghadapi
berbagai siksaan keras dan kaum kafir Quraisy hingga ia murtad (keluar) dan
agama Islam.[5]
0 komentar:
Posting Komentar