Rabu, 14 Juni 2017

Masa Kenabiayan/Kerasulan Nabi Muhammad SAW.



Masa Kenabiayan/Kerasulan Nabi Muhammad SAW.
            Pada tahun ke-14 dan pernikahan Nabi Muhammad SAW. dengan Siti Khadijah, Nabi Muhammad saw. sering menyendiri dan berkhalwat di Gua Hira, yaitu gua yang berada di Bukit Nur (Jabal Nur) yang terletak di dekat Mekah. Berkhalwat ini dilakukan Nabi Muhammad saw. dengan khusyuk, bahkan terkadang sampai beberapa han baru pulang jika bekal sudah habis. Di sanalah, beliau menghabiskan waktu selama berhari-hari dan bermalam-malam
            Pada malam bertepatan dengan malam Jum’at tanggal 17 Ramadan yaitu ketika beliau sedang bertafakur di dalam Gua Hira dan telah berusia empat puluh tahun, beliau didatangi Malaikat Jibril seraya berkata kepadanya, “Bacalah!” Beliau menjawab, “Saya tidak bisa membaca.” Jibril mengulangi perintah ini untuk kedua dan ketiga kalinya, dan pada yang ketiga kalinya, Jibril berkata kepadanya: (QS. Al-A’la: 1-5)
Artinya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dan segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha mulia,
4. Yang mengajar (manusia) dengan pena.
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya[1].

            Setelah itu, Jibril meninggalkannya, Rasulullah saw. sudah tidak kuat lagi berada di Gua Hira’. Akhirnya, beliau pulang ke rumahnya dan menghampiri Khadijah dengan gemetar sambil berkata: “Selimuti saya! Selimuti saya!” maka Khadijah pun menyelimutinya sehingga rasa takutnya sima. Lalu memberitahu Khadijah tentang apa yang telah diperolehnya dan berkata, “Sungguh saya khawatir terhadap diriku.” Khadijah menanggapinya dan menenangkan serta meyakinkan Nabi Muhammad SAW., “Sekali-kali tidak, demi Allah, Dia tidak akan merendahkan dirimu untuk selamanya karena sesungguhnya engkau adalah orang yang menyambungkan tali persaudaraan, menanggung beban kesusahan orang lain, memberi orang yang tak punya, menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.”
            Setelah tenang, Siti Khadijah mengajak Nabi Muhammad saw. untuk menemui saudaranya Waraqah bin Naufal. Di depan Waraqah Nabi Muhammad SAW. menceritakan semua yang terjadi, kemudian Waraqah membuka Kitab Taurat dan Injil seraya berkata, “Demi Tuhan, yang datang itu adalah Malaikat Jibril yang pernah datang pada Nabi Musa a.s., baik-baiklah menjaga diri, tabahkan hatimu wahai Muhammad, kelak engkau akan diangkat menjadi rasul, jangan takut!, tapi gembiralah menerima wahyu itu.”
            Nabi Muhammad SAW. telah mendapat wahyu yang pertama dan Allah SWT. dan telah mendapat nasihat dan Waraqah bin Naufal. Beberapa malam Nabi Muhammad SAW. telah siap menerima wahyu kembali tetapi wahyu tersebut tidak kunjung datang. Pada malam ke-40 barulah wahyu kedua turun, waktu itu Nabi Muhammad saw. sedang berjalan-jalan ke suatu tempat. Tiba-tiba mendengar suara, “Ya Muhammad, engkau benar utusan Allah.” Nabi Muhammad SAW. merasa takut mendengar suara itu, beliau segera kembali ke rumah menyuruh Siti Khadijah menyelimutinya, suara tadi terdengar lagi dengan jelas dan semakin dekat Malaikat Jibril mendatanginya sambil duduk di atas kursi antara bumi dan langit, lalu turunlah ayat
Artinya:
1. Wahai oran g yang berkemul (berselimut)!
2. Bangunlah, lalu berilah peringatan!
3. dan agungkanlah Tuhanmu,
4. dan bersihkanlah pakaianmu,
5. dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji, (Q.S. Al-MuddassirAyat 1-5).[2]

            Mulai saat itulah Muhammad saw. telah diangkat oleh Allah Swt. menjadi Rasul. Tugas baru telah datang, yaitu menyebarkan agama Islam kepada seluruh umat manusia. Setelah itu, wahyu turun terus-menerus dan berkelanjutan. Nabi memulai dakwahnya [3]
            Dalam penkembangan selanjutnya, setelah Muhammad menjadi Nabi, Allah memberi firman-firman-Nya kepada Muhammad melalui Malaikat Jibril secara bertahap.
            Al-Qur’an seluruhnya terdiri dan 30 juz, 114 surah, dan 6.236 ayat. Al Qur’an diturunkan secara berangsur angsur dalam waku 22 tahun, 2 bulan, 22 hari. Masa turunnya wahyu ketika Nabi Muhammad SAW. di Mekah selama 12 tahun, 6 bulan, dan 13 hari. Adapun masa turunnya wahyu ketika berada di Madinah selama 9 tahun, 9 bulan, dan 9 hari. Al-Qur’an diwahyukan secara berangsur-angsur mengandung beberapa maksud dan hikmah tertentu, yaitu:
a)      Agar mudah dimengerti, dihafal, dan diamalkan
b)      Sebagai jawaban spontan terhadap permasalahan yang timbul
c)      Turunnya wahyu sesuai dengan penistiwa-penistiwa yang terjadi
            A1-Qur’an diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. dengan berbagai cara dan keadaan, di antaranya sebagai berikut:[4]
1)      Malaikat Jibril memasukkan wahyu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW. dengan cara ini, Nabi Muhammad SAW hanya merasa bahwa wahyu sudah berada dalam hatinya.(QS. Asy-Syura:51)
Artinya:
Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.

2)      Malaikat Jibril menampakkan diri kepada Nabi Muhammad SAW berupa seorang laki-laki. Malaikat Jibril mengucapkan kata-kata kepada Nabi Muhammad SAW sehingga Nabi Muhammad SAW. rnengetahui dan hafal kata-kata itu.
3)      Wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. seperti suara gemerincing lonceng. Cara turun wahyu seperti itu terasa sangat berat bagi Nabi Muhammad SAW. Tenkadang keninig beliau mengeluarkan keringat meskipun turunnya wahyu pada musim dingin. Dalam kesempatan lain, unta yang dikendarai Nabi Muhammad SAW berhenti dan duduk karena merasa berat. Hal itu dijelaskan dalam hadis yang diniwayatkan oleh Zaid bin Sabit yang artinya, “Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Aku melihat belian ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucaran seperti permata. Setelah selesai turunnja wahya, baralah belian kembali seperti biasa”
4)      Malaikat Jibril menampakkan dirinya yang asli kepada Nabi Muhammad saw Hal itu dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut. (QS. An-Najm: 13-14)
Artinya:
Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha

            Setelah Nabi mendapat wahyu pertama dari Allah SWT. Istri Nabi khadijah masuk Islam, dan bersaksi atas keesaan Allah dan kenabian suaminya yang mulia sehingga ia adalah orang pertama yang masuk Islam. Kemudian, sebagai balas budi pada pamannya, Abu Talib yang mengasuh dan menjaganya sejak kepergian ibunda dan kakeknya, Rasulullah memilih Ali dan sekian banyak putranya itu, untuk dididik di sisinya dan ditanggung nafkahnya. Dalam kondisi seperti ini, hati Alipun terbuka dan akhirnya masuk Islam. Setelah itu, barulah Zaid bin Harisah, seorang budak yang telah dimerdekakan oleh Khadijah menyusul masuk Islam. Rasulullah Muhammad SAW. juga bercerita kepada teman akrabnya, Abu Bakar maka iapun beriman dan membenarkannya, tanpa ada keraguan kemudian Abu Bakar mengajak teman seperdagangannya, merekapun menyambut dengan baik, di antara mereka yang kemudian masuk Islam adalah Usman bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Abi Waqas, Talhah bin Ubaidillah, dan Abdurrahman bin Auf.
            Selanjutnya, Rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi (sirr) yang beliau lakukan selama tiga tahun. Dakwah Rasulullah Muhammad SAW. dikatakan secara sembunyi-sembunyi sebab pengikutnya baru beberapa orang, dan keislaman mereka baru dalam tahap permulaan atau tahap dasar, yaitu dalam bidang akidah dan akhlak yang meliputi meng-Esakan Allah, mensucikan dan membersihkan jiwa dan hati, dan menguatkan persatuan Ketika itu Nabi Muhammad SAW. pengikutnya baru sekitar 40 orang, yaitu:
1)      Keluarga dekat dan sahabat Rasulullah, yaitu Siti Khadijah, Ali bin Abi Tahib, Zaid bin Harisah, dan Abu Bakar.
2)      Pemuda-pemuda Quraisy sejumlah 15 orang, di antaranya Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqas, Zubair bin Awwan, Talhah bin Ubaidillah, Ubaidah bin Hans, dan Ja’far bin Abi Talib.
3)      Bekas hamba sahaya, antara lain Bilai, Amar, Zanirah, dan Khibab,
4)      Pahiawan-pahiawan Quraisy, yaitu Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Mutalib,
5)      Yang lain adalah Ummu Habibah anak Abu Sufyan, Ruqaiyyah putri Rasuiullah Muhammad SAW., Fatimah dan suaminya. Said bin Zaid, Na’im bin Abdihlah, dan lain-lain.
            Mereka mendapat sebutan “Assabiqunal Awwalun” artinya orang yang pertama kali masuk Islam. Sudah banyak yang beriman kepada Rasulullah SAW. tetapi mereka masih menyembunyikan keisiaman mereka. Hal itu disebabkan jika satu saja urusan mereka terungkap maka ia akan menghadapi berbagai siksaan keras dan kaum kafir Quraisy hingga ia murtad (keluar) dan agama Islam.[5]


                [1] Al-Qur’an dan Terjemahnya.
                [2] Al-Qur’an dan Terjemahnya.
                [3] Sugiyono Dkk, “Sejarah Kebudayaan…, h. 22-23
                [4] Haryan Syuhada Dkk., Sejarah Kebudayaan..., h. 6-7
                [5] Sugiyono Dkk, “Sejarah Kebudayaan…, h. 23-24
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © MAHSUN DOT NET