Selasa, 13 Juni 2017

Latar Belakang Ketelantaran Anak Terlantar

Latar Belakang Ketelantaran Anak Terlantaran 
Latar belakang yang menyebabkan seorang anak dikategorikan terlantar menutut Bagong Suyanto adalah:
1.      Mereka biasanya berusia 5-18tahun
2.      Anak yang terlantar acap kali adalah anak yang lahir dari hubungan seks di luar nikah dan kemudian mereka tidak ada yang mengurus karena orang tuanya tidak siap secara psikologis maupun ekonomi untuk memelihara anak yangdilahirkan.
3.      Anak yang kelahirannya tidak direncanakan atau tidak diinginkan oleh kedua orangtuanya atau keluarga besarnya, sehingga rawan diperlakukansalah.
4.      Tekanan kemiskinan atau kerentanan ekonomi keluarga yang menyebabkan kemampuan orang tua memberikan fasilitas dan memenuhi hak anak sangatterbatas.
5.      Anak yang berasal dari keluarga broken home, korban  perceraian orang tua, anak yang hidup ditengah kondisi keluarga yang bermasalah (pemabuk, kasar, korban PHK, terlibat narkotika, dan lainnya)[1]
      Alfred Kadhusin dalam Zastrow, mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya anak terlantar yaitu:
a.  Anak terlantar disebabkan sebagian besar karena orang tuanya berasal dari kelas ekonomirendah.
b.  Anak terlantar disebabkan karena hanya memiliki salah satu orang tua terutama apabila dikepalai seorang ibu yang tidak memilikipekerjaan.
c.  Orang tua yang menelantarkan anak disebabkan mempunyai intelektual di bawah normal, akan mengurangi kemampuan dalam memenuhi kebutuhan anak sehingga tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagaipengasuh.
d.  Ibu yang mempunyai intelektual dibawah normal, akan mengurangi kemampuan dalam memenuhi kebutuhan anak, sehingga anak menjadi tidakterurus
e.  Kelalaian dari orang tua dalam memperhatikan anaknya, orang tua mengalami gangguan secara fisik, kestabilan emosi yang menurun karena lelah, memiliki masalah kesehatan secara medis, secara sosial terisolasi, frustasi, bersikap apatis dan putus asa, sehingga mengalami kesulitan mengurusanak.
f.   Orang tua yang menelantarkan anak mempunyai pengalaman emosional yang tidak menyenangkan padaanak-anaknya.
       Dari latar belakang di atas secara garis besar terdiri dari dua faktor utama, yakni faktor ketidaksengajaan karena kondisi yang tidak memungkinkan dari orang tua atau keluarga untuk memenuhi kebutuhan anaknya, dan faktor kesengajaan untuk menelantarkan anaknya karena rendahnya tanggung jawab sebagai orang tua atau keluarga terhadap anak.
       Masalah-masalah sosial pada masyarakat menjadi salah satu penyebab terjadi keterlantaran pada anak, seperti halnya kemiskinan. Kemiskinan diartikan   sebagai   suatu   keadaan   dimana   seseorang   tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya.[2] Sedangkan menurut islam orang miskin yaitu orang yang mempunyai harta dan pekerjaan, tetapi tidak mencukupi kekayaan dan hasil kerjanya untuk menghidupi keluarga atau tanggungannya.[3]
       Pokok persoalan kemiskinan disebabkan tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer sehingga timbul tuna karya, tuna susila dan sebagainya.Secara sosiologis, sebab-sebab timbulnya masalah tersebut adalah karena pincangnya salah satu lembaga kemasyarakatan di bidang ekonomi. Kepincangan tersebut akan menjalar kebidang-bidang   laiannya, misalnya kehidupan keluarga yang tertimpa kemiskinan tersebut.[4] Seseorang anak yang lahir di tengah keluarga bermasalah secara ekonomi, tidak mustahil mereka akan ditelantarkan masa depannya dan bahkan mungkin juga menjadi objek tindakan kekerasan.[5]
       Selaian kemiskinan, ciri lain dari anak terlantar ialah berasal dari kalangan anak dengan keadaan keluarga broken home (disorganisasi keluarga). Disorganisasi keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit karena anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya. Secara sosiologis bentuk-bentuk disorganisasi keluarga terjadi karena: (a) Unit keluarga tidak lengkap karena hubungan diluar perkawinan, (b) Karena putusnya perkawinan sebab  perceraian,  (c)  adanya  kekurangan  komunikasi  antara   anggota- anggota keluarga, (d) krisis keluarga extern, (e) krisis keluarga intern.[6] Pada keadaan dimana secara psikologis bermasalah, berdampak pada kurangnya perhatian keluarga pada anak sehingga anak rentan diacuhkan dan menjadi terlantar.
       Selain itu, pergaulan bebas remaja saat ini sangat melewati batas, hubungan seks bagi remaja yang berpacaran bukanlah hal yang tabu lagi saat ini. Kondisi pergaulan bebas tersebut memicu terjadinya kehamilan diluar pernikahan sehingga lahirnya anak diluar hubungan sah pernikahan. Anak yang terlahir dari hubungan seks di luar nikah menjadikan orang tuanya tidak bisa menerima keberadaan anak tersebut.Begitu juga dengan anak yang kelahirannya tidak direncanakan, tidak diinginkan orang tuanya atau keluarga besarnya cenderung diperlakukan salah sehingga berpeluang menjadi korban ketelantaran orang tuanya.
            Ciri lain dari anak terlantar ialah sudah tidak memiliki lagi salah satu atau kedua orang tuanya (yatim). Ketidak adaan orang tua yang dalam hal ini sebagai pihak pertama yang bertugas memenuhi kebutuhan anak membuat hidup anak yatim kesulitan terpenuhi berbagai hak-haknya dan menjadikan mereka kedalam bagian anak-anak terlantar
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3145763305899807"
     crossorigin="anonymous"></script>


       [1] Bagong suyanto, op.cit, h.216
       [2] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press.20012), Cet, ke-44, h.320
       [3] Drs. Ir. Nogarsyah dkk, Buku Pintar Islam, (Jakarta: Ladang Pustaka dan Intimedia) h.309
       [4] Soerjono Soekanto, op.cit, h.320
       [5] Bagong suyanto, op.cit, h.219
       [6] Soerjono Soekanto, op.cit, h. 324

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © MAHSUN DOT NET