a. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Menurut
Rogers dan Smith, mereka mengatakan bahwa tujuan proses membantu adalah untuk
memperlancar dan mempermudah perkembangan dan pertumbuhan psikologis terhadap
kematangan kliennya secara sosial. Untuk dapat memperlancar dan mempermudah
pertumbuhan psikologis kliennya helper (konselor) harus memiliki kegairahan
produktif dan ingin menghibur orang lainnya.
Apabila
dihubungkan dengan tujuan bimbingan dalam setting sekolah maka dapatlah
dirumuskan tujuan program layanan bimbingan sebagai berikut, yaitu:
1) Mengembangkan pengertian dan pemahaman
diri siswa dalam kemajuan di sekolah.
2) Memilih dan mempertemukan pengetahuan
tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan yang ada secara tepat dan
bertanggung jawab.
3) Mewujudkan penghargaan terhadap diri orang
lain.
4) Mengatasi kesulitan dalam memahami
dirinya.
5) Memahami lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat.
6) Mengidentifikasikan dan memecahkan masalah
yang dihadapinya.
7) Menyalurkan dirinya baik dalam bidang
pendidikan maupun dalam bidang-bidang kehidupan lainnya.[1]
WS. Winkel
membedakan tujuan bimbingan dan konseling dalam dua bagian, yaitu “tujuan
sementara dan tujuan akhir”. Tujuan sementara ialah agar seseorang dapat bersikap
dan bertindak sendiri dalam situasi hidupnya sekarang ini. Tujuan akhir ialah
agar seseorang mampu mengatur kehidupannya sendiri, mengambil sikap sendiri,
mempunyai pandangannya sendiri, dan menanggung sendiri konsekuensi atau resiko
dari tindakan-tindakan yang dilakukannya.[2]
b. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Dalam
kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia, berbagai pelayanan diciptakan
dan diselenggarakan. Masing-masing pelayanan itu berguna dan memberikan manfaat
untuk memperlancar dan memberikan dampak positif sebesar-besarnya terhadap
kelangsungan perkembangan dan kehidupan itu, khususnya dalam bidang tertentu
yang menjadi fokus pelayanan yang dimaksud.
Fungsi
suatu pelayanan dapat diketahui dengan melihat kegunaan, manfaat, ataupun
keuntungan yang diberikan oleh seorang konselor. Suatu pelayanan dapat
dikatakan tidak berfungsi apabila ia tidak memperlihatkan kegunaan ataupun
tidak memberikan manfaat atau keuntungan tertentu.
Adapun
fungsi- fungsi bimbingan dan konseling, sebagai berikut:[3]
1) Fungsi Pemahaman
Fungsi
pemahaman yaitu membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap
dirinya (potensinya) danlingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapakan mampu mengembangkan potensi dirinya
secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan
konstruktif.
2) Fungsi Pencegahan
Fungsi
pencegahan yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai
masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak
dialami oleh peserta didik.
Melalui
fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindari
diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
3) Fungsi Pengentasan
Fungsi
pengentasan yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan
erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah,
baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.[4]
4) Fungsi Pemeliharaan
Fungsi
pemeliharaan yaitu memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri
individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang
telah dicapai selama ini.[5]
5) Fungsi Pengembangan
Fungsi
pengembangan yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk melampaui proses
dan fase perkembangan secara wajar.[6]
c. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
Dalam
perencanaan dan pelaksanaan bimbingan perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1) Bimbingan harus merupakan bagian integral
(terpadu) dari proses pendidikan di sekolah
2) Pelayanan bimbingan dilakukan secara terus
menerus
3) Bimbingan dan penyuluhan berpusat pada
siswa, artinya harus sesuai dengan kebutuhan siswa
4) Bimbingan tidak bersifat memerintah,
melainkan memberikan masukan kepada siswa, dan keputusan terakhir dalam proses
bimbingan dintentukan oleh siswa yang dibimbing.
5) Dalam pelaksanaan bimbingan para petugas
bimbingan hendaknya mempergunakan berbagai pendekatan dan teknik yang tepat
dalam melaksanakan tugasnya.[7]
6) Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk
anak-anak, orang dewasa, dan orang-orang yang sudah tua.
7) Sebaiknya semua usaha pendidikan adalah
bimbingan sehingga alat-alat dan teknik mengajar juga sebaiknya mengandung
suatu dasar pandangan bimbingan.
8) Supaya bimbingan dapat berhasil dengan
baik dibutuhkan pengertian yang mendalam mengenai orang yang dibimbing.
9) Fungsi bimbingan ialah menolong orang
supaya berani dan dapat memikul tanggung jawab sendiri dalam mengatasi
kesukaran yang dialaminya, yang hasilnya dapat berupa kemajuan daripada
keseluruhan pribadi orang yang bersangkutan.
10) Akhirnya yang tidak boleh dilupakan ialah
bahwa berhasil atau tidaknya sesuatu bimbingan sebagian besar tergantung kepada
orang yang minta tolong itu sendiri, pada kesedihan dan kesanggupan dan
proses-proses yang terjadi dalam diri orang itu sendiri.[8]
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3145763305899807"
crossorigin="anonymous"></script>
[1] Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan
Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), cet. 1, h. 11
[2] W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling
di Sekolah Menengah, ( Jakarta: PT. Gramedia, 1985), cet. 5, h. 17
[3] Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs.
Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2004), cet. 2, h. 196 – 197
[4] Dr. Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntuka
Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), cet. 1, h. 16
[5] Prof.
Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs.
Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h.
215
[6] Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan
Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), cet. 1, h. 12
[8]Prof. Dr. Bimo Walgito, Bimbingan dan
Konseling ( studi dan karir), (Yogyakarta: CV. Andi offset, 2005 ), cet. 2,
h. 29-30
0 komentar:
Posting Komentar