Rabu, 31 Agustus 2016

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA KEPADA ANAK

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA KEPADA ANAK
Orang tua adalah orang dewasa yang pertama memikul tanggung jawab dalam pendidik sehingga orang tua yang selalu memperhatikan terhadap pendidikan anaknya pasti ia akan menanamkan pendidikan yang mengarah pada intelegensi juga pendidikan agama (moral). Adalah pendidikan akal yang harus diberikan orang tua terhadap anak yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dirinya.
Allah Swt. Berfirman :
ياأيهاالذين أمنوا قوا أنفسكم و أهليكم نارا وقودها الناس والهجارة عليها ملاءكة غلاظ شداد لا يعصون الله ما أمرهم ويفعلون مايؤمرون(6)
“Hai oarng-orang yang berfirman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S.At-Tahrim ayat 6)
Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa hendaknya orang tua melindungi anak-anaknya dengan cara memberikan pendidikan yang baik sesuai dengan ajaran agama sehingga kelak jauh dari segala hal yang buruk dan terhindar dari siksa api neraka.
Tugas penting orang tua ini akan sangat terdukung jika mampu menciptakan suasana rumah menjadi tempat tinggal sekaligus sebagai basis pendidikan. Tugas orang tua memang berat, tetapi ada banyak cara untuk memberikan motivasi dalam segi pendidik, antara lain:
  1. Melengkapi fasilitas pendidik, antara lain:
a.       Tempat belajar yang menyenangkan
Seperangkat meja dan kursi sederhana dilengkapi dengan rak buku sudah bisa diciptakan, sebagai meja belajar. Untuk menciptakan suasana menyenangkan, penataannya yang harus disesuaikan dengan kebutuhan anak.
b.      Media informasi
Ilmu pengetahuan tak bisa dilepaskan kaitannya dengan media informasi. Karena disinilah sebagian besar ilmu pengetahuan akan diperoleh. Maka untuk mengakrabkan anak pada bidang pendidikan harus pula terlebih dahulu mengakrabkan mereka kepada media-media informasi.
c.       Perpustakaan
Minimal ada buku-buku yang dikoleksi. Karena untuk menumbuhkan motivasi kependidikan anak, buku adalah sarana yang paling tepat. Kecintaan anak terhadap buku mutlak harus ditumbuhkan sedini mungkin. Dan  rumah adalah tempat yang paling cocok untuk keperluan itu.
  1. Budaya Ilmu Maksudnya pembentukan perilaku dan pembiasaan dari anggota-anggota keluarga yang menunjang keberhasilan pendidikan. Diantaranya: “Budaya Islami, budaya belajar, jam belajar, ada pula pemenuhan gizi anak”[1].
Allah berfirman :
والوالدات يرضعن أولادهن حولين كاملين لمن أراد ان يتم الرضاعة ........(233)

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan….. (Al-Baqoroh : 233)”.

Dari ayat tersebut, terlihat jelas betapa pentingnya orang tua (ibu) dalam hal menyusui anaknya hingga sempurna, karena apa yang dimakan oleh ibu akan berdampak pada perkembangan fisik dan mental anak. Dengan demikian, jelaslah betapa pentingnya peranan orang tua dalam merawat dan mendidik anak agar menjadi orang yang berguna serta bermanfaat bagi orang tua khususnya, agama, lingkungan, dan negaranya. 
Tugas orang tua amat besar dalam mendidik anak dengan pendidikan jasmani, intelektual dan mental spiritual, baik melalui teladan yang baik atau pengajaran (nasihat-nasihat), sehingga kelak ia dapat memetik tradisi-tradisi yang benar dan pijakan moral yang sempurna.
Sebuah keniscayaan bagi orang tua dalam proses pendidikan dan pengajaran kepada anak, karena kedewasaan anak banyak dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengulturan dan pengajaran dimana orang tua adalah subyek yang banyak berperan serta didalamnya. Demikian itu, A.Mudjadid Mahali berpendapat bahwa ”Orang tua mempunyai kewajiban mendidik anak agar menjadi manusia saleh, berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Dan bertanggung jawab di hadapan Allah SWT terhadap pendidikan anak-anaknya. Orang tua juga berkewajiban memelihara diri dari hal-hal yang tidak pantas serta terlebih dahulu menjalankan perintah agama secara baik”[2].
Oleh karena itu, hendaknya kedua orang tua menjadi suri tauladan terhadap anak-anaknya. Mereka tidak boleh menyuruh sesuatu terhadap anaknya, sedangkan mereka sendiri tidak mengerjakannya. Sebab seorang anak akan mengerjakan sesuatu sesuai dengan apa yang ditirunya dari kedua orang tuanya.
Kedua orang tua hendaknya tidak melarang sesuatu kepada anaknya, sedangkan mereka sendiri mengerjakannya. Karena hal itu akan dapat menimbulkan ketidak puasan terhadap diri anak pada saat dia melihat sebuah tingkah laku yang justru bertolak belakang dari apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya tersebut[3].
Jadi, tugas paling penting bagi orang tua adalah mendidik dan mengajar anak dengan cara yang pantas juga sesuai hak dan kewajiban serta norma-norma yang berlaku, sehingga anak dapat menjadi orang yang baik, beradab, berbudaya, terhormat, bijak, petuh terhadap hukum, dan warga negara yang bertanggung jawab.
Orang tua bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan perkembangan anak, dengan dasar bahwa anak adalah titipan yang dipercayakan Tuhan untuk dipelihara dan harus dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan. Tugas orang tualah untuk memberi makan anak-anak dan memenuhi kebutuhan mereka. Ini berarti memilih makanan yang baik bagi mereka dan melindungi mereka dari segala penyakit yang mungkin menyerang mereka yang dapat membuatnya cacatatau pincang, menyuramkan hidupnya dan juga orang tuanya[4].  
Jadi, tugas dan tanggung jawab orang tua ialah mendidik dan memberikan dukungan berupa motivasi, fasilitas dan perilaku yang baik agar tertanam dalam diri seorang anak pendidikan yang mengarah kepada intelegensi dan pendidikan agama (moral) serta memberikan makanan yang baik bagi anak.
Sebagai orang tua hendaknya memperhatikan keinginan anak sepanjang keinginan tersebut tidak menyalahi norma dan aturan yang berlaku di masyarakat maupun agamanya. Begitu juga sebaliknya, anak pun juga harus tahu kewajibannya yang harus dilakukan sebelum meminta hak kepada orang tuanya. Namun, menemukan anak dengan tipe ini sangatlah sulit. Mereka cenderung tidak mengerti kewajibannya dan selalu mementingkan haknya, oleh itu sebagai orang tua harus punya perencanaan yang matang dalam mendidik anaknya lebih-lebih cara mendidik anak itu dilakukan dengan penuh kasih sayang dan keteladanan.


DAFTAR PUSTAKA
ü  Irawati Istadi, Seri Psikologi Anak 2; Istimewa Setiap Anak, (Jakarta: Pustaka Inti, 2002), cet III, h. 175.
ü  Mudjad Mahali, Hubungan Timbal Balik Orang Tua dan Anak. (Solo : Ramadhani Press, 1994) Cet. III, h. 137-138.
ü  Kautsar Muhammad Al-Mainawi, Hak Anak dalam Keluarga Muslim (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,1996), Cet. I, h. 92.
ü  Dewan Ulama Al-Azhar, Ajaran Islam Tentang Perawatan Anak (Bandung : Mizan, 1996), Cet. X, h. 32-33.




[1] Irawati Istadi, Seri Psikologi Anak 2; Istimewa Setiap Anak, (Jakarta: Pustaka Inti, 2002), cet III, h. 175.
[2] A. Mudjad Mahali, Hubungan Timbal Balik Orang Tua dan Anak. (Solo : Ramadhani Press, 1994) Cet. III, h. 137-138.
[3] Kautsar Muhammad Al-Mainawi, Hak Anak dalam Keluarga Muslim (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,1996), Cet. I, h. 92.
[4] Dewan Ulama Al-Azhar, Ajaran Islam Tentang Perawatan Anak (Bandung : Mizan, 1996), Cet. X, h. 32-33.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © MAHSUN DOT NET