Rabu, 31 Agustus 2016

PENDEKATAN FUNGSIONAL DALAM PEMBELAJARAN PAI

PENDEKATAN FUNGSIONAL DALAM PEMBELAJARAN  PAI

1.      Pendekatan dalam Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendekatan adalah (1) proses perbuatan, cara mendekati, (2) usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.[1]
Dalam Bahasa Inggris, pendekatan diistilahkan dengan “approach”, dalam Bahasa Arab disebut dengan “madkhal”. Menurut Mulyanto Sumardi  sebagaimana dikutip oleh Armai Arief, “pendekatan” bersifat aziomatic. Ia terdiri dari serangkaian asumsi mengenai hakikat bahasa dan pengajaran bahasa serta belajar bahasa. Bila dikaitkan dengan pendidikan Islam “pendekatan” berarti serangkaian asumsi mengenai hakekat pendidikan Islam dan pengajaran agama Islam serta belajar agama Islam.[2]
Siswa akan menangkap apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran manakala digunakan pendekatan yang tepat dan metode yang sesuai dengan materi pelajaran, terlebih dalam pengajaran agama Islam yang syarat dengan nilai-nilai yang bermanfaat dalam kehidupan siswa, dalam upaya mencapai kebahagian hidupnya di dunia dan di akhirat.
Pendekatan selalu terkait dengan tujuan, metode dan teknik. Karena teknik yang bersifat implementasional, dalam pengajaran tidak terlepas dari metode apa yang digunakan. Pendidikan Agama Islam akan efektip dengan melakukan pendekatan dalam menyampaikan materi kepada siswa di kelas. Pengajaran Pendidikan Agama Islam yang tepat guna adalah yang sejalan dengan nilai-nilai yang ada dalam materi pelajaran. Dapat pula diimplementasikan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam.
Tujuan akhir Pendidikan Islam yakni merealisasikan manusia muslim yang beriman dan bertakwa serta berilmu pengetahuan yang mampu mengabdikan dirinya kepada khaliqnya dengan sikap dan kepribadian bulat yang merujuk kepada penyerahan diri kepadanya dalam segala aspek kehidupannya, duniawiah dan ukhrawiah.[3]
Mengingat tujuan akhir yang begitu mulia, sebagai seorang Pendidik Agama Islam harus mampu menjabarkan tujuan akhir tersebut kedalam materi yang diajarkan, dengan menggunakan pendekatan yang tepat dan metode yang sesuai. Misalkan saja dalam pengajaran Fiqih, guru tak hanya mengajarkan aspek hukum saja, tetapi juga manfaat dan pentingnya fiqih tersebut harus dijelaskan kepada siswa, agar siswa dapat mempraktekan dalam kehidupannya.
Mendidik ialah usaha untuk menolong siswa dalam menuju kedewasaannya, salah satu usaha menolong tersebut dapat dilakukan dengan pengajaran.[4] Mendidik adalah membina. Dalam Pendidikan Agama Islam pembinaan pemahaman (kognitif) bertujuan agar siswa paham ajaran Islam; pembinaan afektif bertujuan agar siswa menerima ajaran Islam; pembinaan psikomotor bertujuan agar siswa terampil melakukan ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari. Agama adalah tuntunan hidup sehari-hari.[5]
Pembelajaran sendiri merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan.[6] Selanjutnya ada beberapa ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran yakni:
1)      Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
2)      Kesaling tergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan.
3)      Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai.[7]
Pendekatan dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai strategi yang ditempuh secara menyeluruh agar tercapai tujuan program yang diharapkan.[8]
Salah satu usaha pembinaan atau pendidikan adalah dengan melakukan pengajaran yakni pemberian ilmu atau pengetahuan serta kecakapan, akan sangat berhubungan dengan pendekatan yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan dari materi dan dalam impelementasinya tidak dapat dilepaskan dari metode yang digunakan. Untuk itulah pentingnya pendekatan dalam pengajaran.
2.      Macam – Macam Pendekatan dalam Pendidikan Islam
Didalam Pendidikan Islam umumnya dan PAI khusunya dalam mengajarkan materi PAI untuk mencapai tujuan pembelajaran digunakan berbagai macam pendekatan. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan Islam yakni:
1)      Pendekatan pengalaman
2)      Pendekatan pembiasaan
3)      Pendekatan emosional
4)      Pendekatan rasional
5)      Pendekatan keteladanan
6)      Pendekatan fungsional[9]
Sementara Armai Arief mengemukakan macam-macam pendekatan dalam pendidikan Islam yakni:
1)      Pendekatan filosofis
2)      Pendekatan induksi – deduksi
3)      Pendekatan sosio – kultural
4)      Pendekatan fungsional
5)      Pendekatan emosional[10]
 Dari berbagai macam pendekatan yang digunakan dalam pendidikan Islam dapat juga diterapkan dalam pendidikan agama Islam di sekolah. Pendidikan agama Islam itu sendiri merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk menyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[11]
Definisi secara formal dalam kurikulum berbasis kompetensi tentang pendidikan agama Islam sebagaimana dikutip oleh Abdul Rahman Shaleh yakni:
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya: kitab suci Al-Qur’an dan hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama dalam masyarakat sehingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.[12]
            Dari kedua definisi itu dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik dalam upaya menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam yang bersumberkan pada Al-Qur’an dan Hadis melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
            Pendidikan agama Islam mempunyai tujuan-tujuan yang meliputi aspek iman, ilmu dan amal, hal tersebut sebagaimana dikemukan oleh Zakiyah Darajat, berisikan antara lain:
1)      Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam pelbagai kehidupan anak yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah swt, taat perintah Allah swt dan Rasul-Nya.
2)      Ketaatan kepada Allah swt dan rasul-Nya merupakan motivasi instrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki anak.
3)      Menumbuh dan membina keterampilan beragama dalam semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama Islam secara mendalam dan bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah swt, sesama manusia dan alam sekitarnya.[13]
Dalam mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kesabaran, karena hasilnya tidak langsung tampak. Namun demikian apabila sikap tersebut sudah tertanam pada diri siswa maka ketika dewasa kelak di dalam kehidupannya, siswa akan mengindahkan dan memuliakan agamanya, sehingga mampu menghindari godaan yang menyimpang dari nilai-nilai agama. Selanjutnya siswa juga dapat mempunyai keyakinan yang mantap terhadap agamanya dan memiliki akhlak mulia.
            Adapun fungsi pendidikan agama Islam sebagai pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt serta akhlak mulia. Sebagaimana yang dijelaskan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 37 ayat 1 bagian a bahwa: “Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia”.[14]
            Untuk mencapai hal tersebut dapat ditempuh dengan cara:
1)      Membina manusia agar mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna sehingga mencerminkan sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya.
2)      Mendorong manusia untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat.
3)      Mendidik ahli-ahli agama yang cukup terampil.[15]
Macam – macam pendekatan dalam pendidikan Islam dapat pula digunakan dalam pengajaran Islam secara khusus di sekolah dengan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan dan tujuan yang hendak dicapai dari materi tersebut. Dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam, satu materi pelajaran agama Islam dapat menggunakan berbagai macam Pendekatan, misalkan saja dalam mengajarkan fiqih, bisa menggunakan pendekatan pembiasaan, pendekatan fungsional, dan keteladanan.
Metode mengajar yang digunakan juga bervariasi, misalkan saja dalam menggunakan pendekatan pembiasaan, kita bisa memilih metode latihan (drill), metode pemberian tugas, metode demontrasi dan metode exsperimen.
3.      Pendekatan Fungsional dalam PAI
Sesuai dengan pengertian fungsional yaitu “dilihat dari segi fungsi”,  yang dimaksud dengan pendekatan fungsional dalam kaitannya dengan pendidikan Islam adalah “penyajian materi pendidikan Islam dengan menekankan pada segi kemanfaatannya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari”.[16] Sementara Ramayulis menambahkan fungsional adalah usaha memberikan materi agama menekankan kepada segi kemanfaatan bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkat perkembangannya.[17]
Pendidikan Agama Islam yang dipelajari oleh siswa di sekolah bukanlah hanya sekedar menyentuh aspek kognitif atau mengumpulkan informasi diotak. tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan siswa, baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa pendekatan funsional dalam Pendidikan Agama Islam adalah pendekatan yang yang mencoba mengkaji materi pelajaran agama Islam dari segi kemanfaatannya bagi siswa dalam kehidupan kesehariannya disesuaikan dengan perkembangan siswa itu sendiri.
Karena harus diakui bahwa ajaran agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw, tak satu pun yang tak bermanfaat bagi manusia, Rasulullah saw yang merupakan contoh paling sempurna telah sukses memperaktekannya, tinggal kita sebagai umatnya yang harus berusaha menjadi duplikat beliau sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Berdasarkan pada pendekatan ini, materi yang dipersiapkan untuk disampaikan kepada siswa adalah materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam kehidupan masyarakat. Hal ini sejalan dengan tidak terpisahkannya agama dari kehidupan masyarakat, agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain:
1)      Berfungsi edukatif
2)      Berfungsi penyelamat.
3)      Berfungsi sebagai pendamaian.
4)      Berfungsi sebagai  pengawasan sosial (social control)
5)      Berfungsi sebagai pemupuk solidaritas.
6)      Berfungsi transformatif.
7)      Berfungsi kreatif
8)      Berfungsi sublimatif[18]
Dari fungsi-fungsi agama yang telah disebutkan, sudah seharusnya sekolah mampu mengadopsi fungsi tersebut, untuk kemudian dimasukan kedalam pengajaran agama Islam, karena pada akhirnya siswa dikembalikan ke masyarakat. Di masyarakat inilah siswa nantinya mengembangkan segala yang didapatnya di sekolah.
Pendekatan fungsional yang diterapkan di sekolah dapat menjadikan agama lebih hidup dan dinamis. Untuk memudahkan jalan kearah itu diperlukan Metode mengajar yang serasi.
Metode atau metoda sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu metha dan hodos, metha berarti melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara, dengan demikian metode berati jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.[19]
Metode juga dapat diartikan cara atau teknik tertentu untuk menyampaikan materi (pesan) yang diperlukan agar tujuan berhasil.[20]
Dengan demikian dapat dikatakan metode merupakan cara, jalan, atau teknik tertentu untuk menyampaikan materi (pesan) agar tujuan dapat tercapai. Di dalam pembelajaran metode satu dengan metode yang lain saling mengisi, tidak ada metode yang dominan, setiap metode memiliki kelemahan dan keunggulan. Maka diperlukan adanya perpaduan antara satu metode dengan metode lain dalam mengajar.
Metode berfungsi antara lain untuk:
1)      Memperjelas suatu kondisi atau realita
2)      Menggairahkan dan menarik perhatian
3)      Memberi pengalaman dan penghayatan langsung
4)      Menumbuhkan motivasi dan memperlancar komunikasi
5)      Mengerjakan sendiri dan membahas bersama
6)      Mencari dan menemukan pemecahan masalah
7)      Memudahkan daya ingat menyerap informasi baru
8)      Meningkatkan keterampilan khusus, dll.[21]
Dalam menetapkan suatu metode perlu diperhatikan juga faktor yang mempengaruhi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang harus diperhatikan dalam penetapan metode yang akan digunakan sebagai alat dan cara dalam penyajian bahan pengajaran yaitu:
1)      Tujuan Instruksional Khusus
2)      Keadaan murid-murid
3)      Materi atau bahan pengajaran
4)      Situasi
5)      Fasilitas
6)      Guru
7)      Kebaikan dan kelemahan metode-metode.[22]
 Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengajaran menggunakan pendekatan fungsional yakni :
a.       Metode latihan  (Drill)
Penggunaan istilah “latihan” sering disamakan artinya dengan “ulangan”. Padahal maksudnya berbeda. Latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik siswa dan dikuasai sepenuhnya, sedangkan ulangan hanya sekedar mengukur sejauh mana dia telah menyerap  pengajaran tersebut.[23]
Pengajaran yang diberikan melalui metode drill dengan baik selalu akan menghasilakan hal-hal sebagai berikut:
1)      Siswa dapat menggunakan daya pikirnya yang makin lama makin bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik  maka siswa akan menjadi lebih teratur dan lebih teliti dalam mendorong daya ingatnya. Ini berarti daya berpikir bertambah.
2)      Pengetahuan siswa bertambah dari berbagai segi dan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan mendalam.[24]
Dalam menerapkan metode drill harus diperhatikan antara lain:
1)      Harus diusahakan latihan tersebut jangan sampai membosankan siswa, karena itu waktu yang dilakukan cukup singkat
2)      Latihan betul-betul diatur sedemikian rupa sehingga latihan itu menarik perhatian siswa, dalam hal ini guru harus menumbuhkan motif untuk  berpikir.
3)      Agar siswa tidak ragu maka siswa lebih dahulu diberikan pengertian dasar tentang materi yang akan diberikan.[25]
Pada saat memberikan latihan, guru haruslah siap lebih dahulu, tidak secara spontanitas saja memberi latihan, sehingga dalam mengevaluasi hasil latihan, guru dapat melihat segi kemajuan siswa baik yang berupa daya tangkap, keterampilan dan ketetapan berpikir dari setiap siswa yang diberikan latihan.
b.      Metode Ceramah
Dalam metode ceramah siswa duduk, melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa yang diceramahkan guru itu benar. Teknik mengajar melalui metode ceramah dari dahulu sampai sekarang masih berjalan dan paling banyak dilakukan, beberapa kelemahan metode ceramah, yaitu:
1)      Dalam pengajaran yang dilakukan dengan metode ceramah, perhatian hanya terpusat pada guru dan guru dianggap murid selalu benar. Guru tampak aktif sedangkan siswa pasif saja.
2)      Pada metode ceramah ada unsur paksaan, karena guru berbicara (aktif) sedangkan siswa hanya mendengar, melihat dan mengutip apa yang dibicarakan guru. Siswa diharuskan mengikuti apa kemauan guru, meskipun ada siswa yang kritis, namun semua jalan pikiran guru dianggap benar.
3)      Bagi siswa yang tidak paham dan takut mengemukakan ketidak pahamannya maka akan berakibat siswa yang bersangkutan tetap pada keadaan tidak mengerti, lebih-lebih jika guru kurang persiapan atau tidak mampu menyelami jiwa siswanya.[26]
Metode ceramah juga memiliki keuntungan antara lain:
1)      Pengajar lebih mudah mengawasi siswa karena kegitannya sama (mendengar, mencontoh, dll).
2)      Perhatian pengajar tidak terpisah-pisah karena siswa belajar melakukan pekerjaan yang sama.[27]
Untuk pembahasan mengenai tauhid atau keimanan metode ceramah masih sangat  relevan, karena merupakan dokrin yang wajib diyakini tanpa dapat didiskusikan kembali.
c.       Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Dengan metode tanya jawab guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana siswa dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.
Metode tanya jawab dapat dipakai oleh guru untuk menentapkan perkiraan secara umum apakah siswa yang mendapatkan giliran pertanyaan sudah memahami bahan pelajaran yang diberikan.
Beberapa alternatif dapat terjadi dalam metode tanya jawab yaitu:
1)      Segi kecepatan menuangkan bahan pelajaran
2)      Dapat terjadi penyimpangan dari pokok persoalan
3)      Dapat terjadi perbedaan pendapat antar murid dan guru[28]
Untuk menghindari sesuatu yang dapat terjadi dalam metode tanya jawab, terutama yang bersifat negatif maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)      Pertanyaan harus singkat, jelas dan merangsang berpikir
2)      Sesuai dengan kecerdasan dan kemampuan siswa yang menerima pertanyaan.
3)      Memerlukan jawaban dalam bentuk kalimat atau uraian kecuali yang bersifat objektif  tes dapat menggunakan ya atau tidak
4)      Usahakan pertanyaan yang punya jawaban pasti bukan pertanyaan yang mempunyai jawaban beberapa alternatif. [29]
Keuntungan metode Tanya jawab yakni:
1)      Sambutan akan lebih baik daripada metode ceramah sehingga siswa tidak hanya mendengar atau mencatat
2)      Partisipasi siswa lebih besar karena akan berusaha memberi jawaban yang tepat.[30]
d.      Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas yakni suatu cara dalam proses belajar mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu dan siswa mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru.[31]
Dengan metode pemberian tugas, pusat kegiatan terdapat pada siswa, dan mereka diberikan berbagai macam masalah untuk kemudian menyelesaikannya, menanggapi dan memikirkannya. Dalam metode pemberian tugas, guru dan siswa harus mengetahui syarat tugas yang diberikan kepada siswa, yaitu:
1)      Tugas yang diberikan harus berkaitan dengan pelajaran yang telah mereka pelajari, sehingga disamping siswa sanggup mengerjakannya juga sanggup menghubungkannya dengan pelajaran tertentu.
2)      Guru harus dapat mengukur dan memperkirakan bahwa tugas yang diberikan kepada siswa akan dapat dilaksanakannya karena sesuai dengan kesanggupan dan kecerdasan yang dimilikinya.
3)      Guru harus menanamkan kepada siswa bahwa tugas yang diberikan kepada mereka akan dikerjakan atas dasar kesadaran sendiri yang timbul dari hati sanubarinya.
4)      Jenis tugas yang diberikan kepada siswa harus dimengerti benar-benar, sehingga siswa tidak ada keraguan dalam melaksanakananya.
5)      Dengan cara pemberian tugas diharapkan siswa secara bebas tapi bertanggung jawab dan siswa akan berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan untuk kemudian ikut mengatasinya. [32]
Kelemahan metode pemberian tugas yakni:
1)      Siswa mungkin meniru pekerjaan teman, tanpa menghayati pengalaman belajar sendiri.
2)      Tugas mungkin dikerjakan orang lain.
3)      Tugas terlalu banyak atau terlalu berat sehingga tidak ada waktu melakukan kegiatan lain.[33]
e.       Metode Demontrasi
Metode demontrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu pada siswa.
Beberapa keuntungan atau kebaikan dalam metode demonstrasi yaitu:
1)      Perhatian siswa dapat dipusatkan dan titik berat yang dianggap penting oleh guru dapat diamati secara tajam.
2)      Perhatian siswa akan lebih terpusat pada apa yang didemontrasikan, jadi proses belajar siswa akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian siswa kepada masalah lain.
3)      Apabila siswa sendiri ikut aktif dalam sesuatu percobaaan yang bersifat demostratif, maka mereka akan memperoleh pengalaman yang melekat pada jiwanya dan ini berguna dalam pengembangan kecakapan.[34]



4.      Contoh Penggunaan Pendekatan Fungsional  dalam PAI
Pendekatan fungsional yang dilakukan oleh seorang guru dalam membelajarkan siswanya, semisalnya pada pelajaran Aqidah, mengenai iman kepada Qada’ dan Qadar Allah. Guru menjelaskan kemanfaatan dari iman kepada Qada’ dan Qadar Allah.
Iman kepada Qada’ dan Qadar Allah mempunyai dampak yang sangat positif bagi diri seseorang, antara lain ialah:
1)      Dapat mendorong seseorang untuk bersikap berani dalam menegakan keadilan dan kebenaran, dan dalam meninggikan “Kalimat Allah”. Ia tidak takut dan gentar menghadapi resiko dan bahaya yang mengancamnya. Misalnya jatuh miskin atau mati sekalipun, karena ia yakin bahwa kematian, rezeki, nasib dan sebagainya semuanya ditangan Allah, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat At-taubat ayat 51:
@è% `©9 !$uZu;ÅÁムžwÎ) $tB |=tFŸ2 ª!$# $uZs9 uqèd $uZ9s9öqtB 4 n?tãur «!$# È@ž2uqtGuŠù=sù šcqãZÏB÷sßJø9$# ÇÎÊÈ
Katakanlah, Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.
2)      Dapat menimbulkan ketenangan jiwa dan pikiran pada diri seseorang. Dan ia tidak akan berputus asa pada waktu ia menghadapi bencana atau kegagalan dalam usahanya. Ia tetap sabar dan tawakal. [35]
Contoh lain yakni adalah ketika mengajarkan masalah iman, dapat diambil beberapa manfaat iman dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Adapun beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia antara lain:
1)      Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda
2)      Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
3)      Iman menanamkan sikap “self helf” dalam kehidupan
4)      Iman memberikan ketentraman jiwa
5)      Iman mewujudkan kehidupan yang baik
6)      Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
7)      Iman memberikan keberuntungan[36]
DAFTAR PUSTAKA

ü  Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (konsep dan Implementasi Kurikulum 2004)
ü  Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangaunan Watak Bangsa, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h.38.
ü  Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangaunan Watak Bangsa,..
ü  Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2002), cet. 6
ü  Arif Furqan, Buku Teks PAI pada Perguruan Tinggi Umum, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Agama Islam,2002), h. 160 – 163.
ü  Armai  Arief, Pengantar ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. 1.
ü  Masjfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid I : Aqidah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1993), Cet. 3, h. 164.
ü  Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2005), cet. 3, h. 57 – 58.
ü  Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet. 5
ü  Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta:Kalam Mulia,1994), cet.2
ü  Retnaningsih Burham, Peningkatan Pembelajaran dalam Sistem pendidikan nasional Indonesia (Tinjauan Pendidikan Sekolah dan Pendidikan luar Sekolah), (Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat Departemen Pendidikan Nasional Indonesia, 2008)
ü  Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1988), h. 192.
ü  Zakiah Darajat,dkk, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. 3.
ü  Zakiah Darajat,dkk., Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2001), cet. 2,
ü  Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet.5

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3145763305899807"
     crossorigin="anonymous"></script>


     [1] Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1988), h. 192.
     [2]Armai  Arief, Pengantar ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. 1, h. 99.

     [3] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2005), cet. 3, h. 57 – 58.
     [4] Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2002), cet. 6, h. 7.
     [5] Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam,…hlm. 86.
     [6] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet. 5, h. 57.
     [7] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,..hlm. 66.
     [8]Retnaningsih Burham, Peningkatan Pembelajaran dalam Sistem pendidikan nasional Indonesia (Tinjauan Pendidikan Sekolah dan Pendidikan luar Sekolah), (Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat Departemen Pendidikan Nasional Indonesia, 2008), h. 54.
     [9] Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Kalam mulia, 2004), Cet. 4,  h. 150.
     [10] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,…hlm. 100.
     [11] Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (konsep dan Implementasi Kurikulum 2004),…, hlm. 132.
   [12] Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangaunan Watak Bangsa, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h.38.
     [13] Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet.5, h.90
     [14] Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangaunan Watak Bangsa,..hlm. 44
     [15] Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam,..hlm. 89.
     [16]  Armai  Arief, Pengantar ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,…hlm.105. 
     [17] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam..., hlm. 150.
      [18] Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa  Agama…hlm. 195
     [19] Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta:Kalam Mulia,1994), cet.2 , h. 104.
     [20] Retnaningsih Burham, Peningkatan Pembelajaran dalam Sistem pendidikan nasional Indonesia (Tinjauan Pendidikan Sekolah dan Pendidikan luar Sekolah),…hlm. 54.
     [21]Retnaningsih Burham, Peningkatan Pembelajaran dalam Sistem pendidikan nasional Indonesia (Tinjauan Pendidikan Sekolah dan Pendidikan luar Sekolah),…hlm. 58.
     [22] Zakiah Darajat,dkk., Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2001), cet. 2, h.138 – 143.
     [23] Zakiah Darajat,dkk, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. 3, h. 302.
     [24] Zakiah Darajat,dkk, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam,…hlm.303.
     [25] Zakiah Darajat,dkk, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam,…hlm.304
     [26] Zakiah Darajat,dkk, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam,…hlm.290
     [27] Retnaningsih Burham, Peningkatan Pembelajaran dalam Sistem pendidikan nasional Indonesia (Tinjauan Pendidikan Sekolah dan Pendidikan luar Sekolah),…hlm. 58
     [28] Zakiah Darajat,dkk, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam,…hlm.308
     [29] Zakiah Darajat,dkk, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam,…hlm.309.
     [30] Retnaningsih Burham, Peningkatan Pembelajaran dalam Sistem pendidikan nasional Indonesia (Tinjauan Pendidikan Sekolah dan Pendidikan luar Sekolah),…hlm. 59.
     [31] Zakiah Darajat,dkk, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam,…hlm.298.
     [32] Zakiah Darajat,dkk, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam,…hlm.300.
     [33] Retnaningsih Burham, Peningkatan Pembelajaran dalam Sistem pendidikan nasional Indonesia (Tinjauan Pendidikan Sekolah dan Pendidikan luar Sekolah),…hlm. 61.
     [34] Zakiah Darajat,dkk, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam,…hlm.297.
     [35] Masjfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid I : Aqidah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1993), Cet. 3, h. 164.
     [36] Arif Furqan, Buku Teks PAI pada Perguruan Tinggi Umum, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Agama Islam,2002), h. 160 – 163.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © MAHSUN DOT NET