Sabtu, 25 Juni 2016

ORGANISASI DAN TOKOH TERKEMUKA PENYELENGGARA PENDIDIKAN ISLAM

ORGANISASI DAN TOKOH TERKEMUKA PENYELENGGARA PENDIDIKAN ISLAM
A.    Perkembangan Organisasi Penyelenggara Pendidikan Islam di Indonesia.
Kelahiran organisasi-organisasi Islam di Indonesia lebih banyak dikarenakan adanya dorongan oleh mulai timbulnya sikap patriotisme dan rasa nasionalisme sebgai respon terhadap kepincangan-kepincangan yang ada di kalangan masyarakat Indonesia pada akhiur abad ke 19 yang mengalami kemunduran total sebagi akibat eksploitasi politik pemerintah colonial Belanda. Langkah pertama diwujudkan dalam bentuk kesadaran berorganisasi.
Diantara perkumpilan dan organisasi Islam tersebut adalah:
1.      Jami’at Khair
Jami’at Khair didirikan pada tanggal 17 Juli 1905 di Jakarta. Keanggotaan Organisasi ini mayoritas orang Arab dengan tidak menutup kemungkinan kepada orang-orang Islam Indonesia lainnya untuk bergabung ke organisasi ini terdiri dari orang-orang yang bergabung dalam organisasi ini terdiri dari orang-orang yang berada, sehingga memungkinkan penggunaan waktu mereka untuk mengembangkan organisasi tanpa mengorbankan usaha ekonomi mereka. Usaha dari organisasi ini dipusatkan pada pendidikan, da’wah dan penerbitan surat kabar.[1]
Oleh karena perhatian Jami’at Khair lebih ditunjukkan pada pendidikan. Maka ada hal-hal yang sangat menjadi perhatiaannya yaitu:
a.)    Pendirian dan pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar.
b.)    Pengiriman anak-anak ke Turki untuk melanjutkan studinya.
Pendidikan yang dikelola oleh Jami’at Khair ini sudah termasuk maju jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah dasar Jami’at Khair pengajaran yang diberikan tidak semata-mata pengetahuan agama, porsi pelajaran umumpun diperhatikan sehingga cukup mampu menyaingi sekolah-sekolah yang dilaksanakan pemerintah Belanda.
Jami’at Khair bisa dikatakan sehingga pelopor pendidikan Islam modern di Indonesia. Sungguh disayangkan kiprah Jami’at Khair ini agar tersendat pada kemudiannya, karena banyak anggotanya yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan politik, sehingga pemerintahan Belanda senantiasa membatasi ruang gerak dan aktivitasnya.[2]

2.      Al-Islah Wal Irsad
Al-Islah wal Irsad berdiri pada tahun 1914 kemudian dikenal dengan sebutan Al-Irsad. Yang terdiri dari golongan-golongan  alawi, tahun 1915 berdirilah sekolah Al-Irsad yang pertama di jakarta. Yang kemudian disusul oleh beberapa sekolah dan pengajian lain yang sehaluan dengan itu.
Pendiri Al-Irsad kebanyakan adalah pedagang tetapi guru sebagai tempat meminta fatwa ialah syekh Ahmad Syurkati yang sebagian besar dari umumnya dicurahkannya bagi penelahan pengetahuan.
Al-Irsad mempunyai beberapa cabang-cabang inipun juga mendirikan sekolah-sekolah umumnya semuanya di tingkat rendah. Pada tahun 1930an cabang Surabaya mendirikan sekolah dasar tingkat rendah berbahasa Belanda yang bernama Scharel school.Sekolah Al-Irsad di Jakarta lebih banyak jenisnya, terdapat sekolah-sekolah tingkat dasar, sekolah guru, bagian takhasus cadangan pelajaran 2 tahun.[3]

3.      Perserikatan Ulama
Perserikatan ulama merupakan perwujudan dari gerakan pembaharuan di daerah majalengka, Jawa Barat dimulai pada tahun 1911 atas inisiatif kyai haji Abdul Halim. Dia lahir pada tahun 1887 di cebelarang Majalengka.
Dalam bidang pendidikan K.H.A.Halim mulanya menyelenggarakan pelajaran agama seminggu sekali untuk orang-orang dewasa, yang diikuti 40 orang, umumnya pelajaran yang ia berikan adalah pelajaran –pelajaran fiqih dan hadist. Pada tahun 1931, dalam suatu kongres perserikatan ulama dimajalengka, K.H.A.Halim mengusulkan untuk mendirikan sebuah lembaga yang akan melengkapi pelajaran-pelajaranya bukan saja berbagai cabang ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum. Tetapi juga dengan kelengkapan-kelengkapan berupa pekerjaan tangan, perdagangan dan pertanian sesuai dengan bakat masing-masing.
Sebagaimana organisasi-organisasi lain, perserikatan ulama sejak mulai berdiri, menyelenggara juga taqlid dan mulai seklitar tahun 1930 menerbitkan majalah dan brosur sehingga media penyebaran cita-citanya. Disamping masalah-masalah organisasi. Pertemuan-pertemuan taqlid serta publikasi tersebut mengutamakan aspek-aspek Islam.[4]

4.      Muhammadiyah
Salah satu organisasi sosial Islam yang terpenting di Indonesia sebelum perang dunia ke II dan mungkin juga hingga sekarang adalah Muhamadiyah. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 november 1912 bertepatan dengan tanggal 18 dzulhijjah 1330 H. Oleh kyai haji Ahmad dahlan atas saran yang ditunjukkan oleh murid-muridnya dan beberapa orang anggota Budi Utomo untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan yang bersifat permanen.
Diantara sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tertua dan terbesar jasanya ialah :
a)      Kweek school Muhammadiyah, yogyakarta.
b)      Mualimmin Muhammadiyah, solo, Jakarta.
c)      Mualimmat Muhammadiyah, Yogyakarta.
d)     Kulliyah Mubalighin/Mubalighat, Padang Panjang.
e)      Tabliqh School, Yogyakarta.
f)       HIK Muhammadiyah, Yogyakarta.
Banyak lagi HIS muhammadiyah, MULO, AMS Muhammadiyah, MI dan MTS, dll. Semua itu didirikan pada masa penjajahan Belanda pada tiap-tiap cabang Muhammadiyah seluruh kepulauan Indonesia.[5]

5.      Nahdatul Ulama
Nahdatul Ulama didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 M bertepatan dengan tanggal 16 rajab 1444 H. Oleh karangan ulama penganut mahzab yang seringkali menyebut dirinya sehingga golongan ahlisunnah waljamaah yang dipelopori oleh K.H.Hasyim Asyari dan K.H.Abdul Wahab Hasbullah.
Dalam rangka memajukkan masyarakat terkebelakang dikarenakan kurangnya pendidikan yang memadai dan untuk membentuk masyarakt yang mempunyai ahklak yang mulia, maka NU sebagai organisasi sosial keagamaan yang lahirnya di pesantren mencoba untuk memajukan masyarakat melewati jalur pendidikan.
Selanjutnya sekitar tahun 1939 (1356) mkomisi perguruan NU berhasil melairkan reglement tentang susunan madrasah-nadrasah NU yang harus dijalankan mulai tanggal 2 Muharram 1357 H.
Adapun susunan Madrasah NU, tersebut adalah :
a)      Madarasah awaliyah ,dengan lama belajar 2 tahun.
b)      Madarasah Ibtidaiyah ,dengan lama belajar 3 tahun.
c)      Madrasah stanawiyah, dengan lama belajar 3 tahun.
d)     Madarasah Mualimin Wustha, dengan lama belajar 2 tahun.
e)      Madrasah Mualimin Ulya, dengan lama belajar 3 tahun.[6]



6.      PERSIS
Persis didirikan pada tanggal 12 September 1923, nama Persis ini diberikan dengan maksud untuk mengarahkan ruhul ijtihad dan jihad, berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencapai harapan dan cita-cita organisasi, yaitu persatuan pemikiran Islam, persatuan rasa Islam, persatuan suara Islam dan persatuan usaha Islam.[7]
Sebagaimana halnya dengan organisasi Islam lainnya, persis memberikan perhatian yang begitu besar pada kegiatan-kegiatan pendidikan, Persis mendirikan sebuah madrasah. Selain itu persis juga mendirikan lembaga pendidikan Islam, sebuah proyek besar dilancarkan oleh Natsir, dan yang terdiri dari beberapa sekolah taman kanak-kanak, HIS, sekolah MULO dan sekolah guru. Selain itu persisi juga mendirikan sebuah pesantren di Bandung pada bulan Maret 1936 untuk membentuk kader-kader yang mempunyai keinginan untuk menyebarkan agama.[8]

7.      Al-Washilah
Al-Jam’iatul Washilah didirikan di Medan pada tanggal 30 November 1930 bertepatan dengan 9 Rajab 1249 H oleh pelajar-pelajar dan para guru Maktab Islamiyah Tapanuli.
Dalam bidang pendidikan Al-Washilah mendirikan :
a)      MI 6 tahun
b)      MTS 3 tahun
c)      Madrasah Qismul Ali 3 tahun
d)     Madrasah Mualimin 3 tahun
e)      PGA 9 tahun.[9]

B.     Tokoh Terkemuka Pendidikan di Indonesia
1)      Kyai Haji Ahmad Dahlan
Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 M dengan nama kecilnya Muhammad Darwis, putra dari K.H.Abu Bakar bin kyai Sulaiman. Ia adalah seorang alim yang luas ilmunya dan tiada jemu-jemu ia menambahkan ilmu dan pengalamannya, dimana saja ada kesempatan, sambil menambahkaatau mencocokkan ilmu yang telah diperolehnya.
Cita-cita K.H. Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama adalah tegas, ia hendak memp[erbaiki masyarakat Indonesia berdasarkan cita-cita agama Islam. Usahanya ditunjukkan hidup beragama, keyakinan beliau adalah bahwa untuk membangun masyarakat bangsa haruslah terlebih dahulu dibangun semangat bangsa.
Beliau pulang kerahmatullah pada tahun 1923 M yaitu pada tanggal 23 Februari, dalam usia 55 dengan meninggalkan organisasi islam yang cukup besar dan disegani karena ketegarannya.

2)      Kyai Haji Hasyim Asyari
K.H.Hasyim Asyari dilahirkan pada tanggal 14 Februari tahun 1981 M di jombang Jawa Timur , mula-mula ia  belajar agama Islam pada Ayahnya sendiri kyai Asyari. Kemudian ia belajar ke pondok Pesantren di Purbolinggo, kemudian pindah lagi ke Plangitan, semarang, Madura,dll.
Sepulang dari Makkah ia membuka pesantren untuk mengamalkan dan mengembangkan ilmu pengetahuannya, yaitu pesantren Tebu Ireng. Kyai.H. Asyari wafat pada tanggal 25 Juli 1947 Mdengan meninggalkan sebuah peninggalan yang monumental berupa pondok pesantren Tebu Ireng yang tertua dan terbesar untuk mkawasan Jawa Timur.[10]



3)      K.H.Abdul Halim
K.H.Abdul Halim lahir di cibelarang Majalengka pada tahun 1887. Dia adalah pelopor gerakan pembaharuan di daerah Majalengka, Jawa Barat. Yang kemudian berkembang menjadi perserikatan Ulama(Persis) pada tahun 1911, yang kemudian berkembang menjadi perserikatan Ulama Umat Islam (PUI) pada tanggal 5 April 1952 M.
Dalam bidang pendidikan.K.H.Abdul Halim semula menyelenggarakan pendidikan agama seminggu sekali untuk orang-orang dewasa. Pelajaran yang diberikan adalah pelajaran fiqih dan hadist.
Pada tanggal 7 Mei 1962 K.H. Abdul Halim berpulang kerahmatullah di Majalengka Jawa Barat dalam usia 75 tahun. Dan dalam keadaan tetap teguh berpegang pada mahzab syafi’i.[11]                              

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3145763305899807"
     crossorigin="anonymous"></script>





[1]. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,1999) Cet 3.hal 91-92.
[2].  Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Hal 93.
[3]. Zuhairini,Sejarah Pendidikan Islam , Hal 163-164.
[4] .Djamaludin, Kapita selekta Pendidikan Islam (Bandung: Pustak Setia ,1999) Cet II.Hal-60-63.
[5].Djamaludin, Kapita selekta Pendidikan Islam, Hal 63-69.
[6].  Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Hal 105-109
[7]. Khalimi,dkk,Pelangi Teologi Islam, (Jakarta:Bani Mtsna Press, 2007)Hal 30.
[8].   Zuhairini,Sejarah Pendidikan Islam , Hal190-191
[9].  Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Hal 123-125.


[10].  Zuhairini,Sejarah Pendidikan Islam , Hal 199-205.
[11].  Djamaludin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Hal 95-97.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © MAHSUN DOT NET