Macam-macam
Reward (Ganjaran)
Reward
(ganjaran) adalah penilaian yang bersifat positif terhadap belajarnya
murid. Reward (ganjaran) yang diberikan kepada siswa bentuknya bermacam-macam,
secara garis besar reward (ganjaran) dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu:
a)
Pujian
Pujian
adalah satu bentuk reward (ganjaran) yang paling mudah dilakukan. Pujian dapat
berupa kata-kata seperti: baik, bagus, bagus sekali dan sebagainya,
tetapi dapat juga berupa kata-kata yang bersifat sugesti. Misalnya: “Nah,
lain kali akan lebih baik lagi.” “Kiranya kau sekarang telah lebih rajin belajar”
dan sebagainya. Disamping yang berupa kata-kata, pujian dapat pula berupa
isyarat-isyarat atau pertandapertanda. Misalnya dengan menunjukkan ibu jari (jempol),
dengan menepuk bahu anak, dengan tepuk tangan dan sebagainya.
b)
Penghormatan
Reward
(ganjaran) yang berupa penghormatan ini dapat berbentuk dua macam pula.
Pertama berbentuk semacam penobatan. Yaitu anak yang mendapat penghormatan
diumumkan dan ditampilkan dihadapan teman-temannya. Dapat juga dihadapan
teman-temannya sekelas, teman-teman sekolah, atau mungkin juga
dihadapan para teman dan orang tua murid. Misalnya saja pada malam perpisahan
yang diadakan pada akhir tahun, kemudian ditampilkan murid-murid
yang telah berhasil menjadi bintang-bintang kelas. Penobatan dan
penampilan bintang-bintang pelajar untuk suatu kota atau daerah,
biasanya dilakukan di muka umum. Misalnya pada rangkaian upacara hari
proklamasi kemerdekaan.
Kedua,
penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan
untuk melakukan sesuatu.
Misalnya, kepada anak yang berhasil menyelesaikan suatu soal yang sulit, disuruh mengerjakannya di papan tulis untuk dicontoh
teman-temannya.
c)
Hadiah
Yang
dimaksud dengan hadiah di sini ialah reward (ganjaran) yang berbentuk
pemberian yang berupa barang. Reward (ganjaran) yang berupa pemberian barang
ini disebut juga reward (ganjaran) materiil, yaitu hadiah yang berupa
barang ini dapat terdiri dari alat-alat keperluan sekolah, seperti pensil,
penggaris, buku dan lain sebagianya.
d)
Tanda
Penghargaan
Jika
hadiah adalah reward (ganjaran) yang berupa barang, maka tanda
penghargaan adalah kebalikannya. Tanida penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan kegunaan barang-barang
tersebut, seperti halnya pada hadiah. Melainkan, tanda pengahargaan dinilai dari segi “kesan” atau
“nilai kenang”nya. Oleh karena itu reward (ganjaran) atau tanda
penghargaan ini disebut juga reward (ganjaran) simbolis. Reward (ganjaran)
simbolis ini dapat berupa surat-surat tanda jasa, sertifikatsertifikat.[1]
Dari keempat macam reward (ganjaran) tersebut di atas, dalam penerapannya
seorang guru dapat memilih bentuk macam-macam reward (ganjaran) yang cocok
dengan siswa dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi, baik situasi dan
kondisi siswa atau situasi dan kondisi keuangan, bila hal itu menyangkut
masalah keuangan. Dalam memberikan reward (ganjaran)
seorang guru hendaknya dapat mengetahui siapa yang berhak mendapatkan reward (ganjaran), seorang guru
harus selalu ingat akan maksud reward (ganjaran) dari pemberian reward
(ganjaran) itu. Seorang siswa yang pada suatu ketika menunjukkan hasil lebih
baik dari pada biasanya, mungkin sangat baik diberi reward (ganjaran).
Dalam hal ini seorang guru hendaklah bijaksana, jangan sampai reward (ganjaran)
menimbulkan iri hati pada siswa yang lain yang merasa dirinya lebih pandai, tetapi tidak
mendapat reward (ganjaran). Kalau kita perhatikan apa yang telah diuraikan
tentang maksud reward (ganjaran), serta macam-macam reward (ganjaran) yang baik diberikan
kepada siswa, ternyata bukanlah soal yang mudah. Ada beberapa syarat yang
harus diperhatikan oleh seorang guru sebelum memberikan reward
(ganjaran) pada siswa yaitu:
a)
untuk
memberi reward (ganjaran) yang pedagogis perlu sekali guru mengenal
betul-betul siswanya dan tahu menghargai dengan tepat. Reward (ganjaran) dan
penghargaan yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang tidak
diinginkan.
b)
Reward
(ganjaran) yang diberikan kepada seorang siswa janganlah hendaknya
menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi siswa lain yang merasa pekerjaannya
juga lebih baik, tetapi tidak mendapat reward (ganjaran).
c)
Memberi
reward (ganjaran) hendaklah hemat. Terlalu kerap atau terus-menerus memberi
reward (ganjaran) dan penghargaan akan menjadi hilang arti reward (ganjaran) itu sebagai
alat pendidikan.
d)
Janganlah memberi reward (ganjaran) dengan menjanjikan lebih dahulu sebelum
siswa menunjukkan prestasi kerjanya apalagi bagi reward (ganjaran) yang
diberikan kepada seluruh kelas. Reward (ganjaran) yang telah dijanjikan lebih
dahulu hanyalah akan membuat siswa terburu-buru dalam bekerja dan akan membawa
kesukarankesukaran bagi beberapa siswa yang kurang pandai.
e)
Pendidik harus berhati-hati memberikan reward (ganjaran), jangan sampai reward (ganjaran) yang diberikan pada siswa diterima sebagai upah dari
jerih payah yang telah dilakukannya.[2]
Ada
beberapa pendapat para ahli pendidikan terhadap reward (ganjaran) sebagai alat
pendidikan berbeda-beda. Sebagian menyetujui dan menganggap penting
reward (ganjaran) itu dipakai sebagai alat untuk membentuk kata hati
siswa. Sebaliknya ada pula ahli-ahli pendidikan yang tidak suka sama sekali menggunakan
reward (ganjaran). Mereka berpendapat bahwa reward (ganjaran) itu dapat menimbulkan
persaingan yang tidak sehat pada siswa. Menurut pendapat mereka,
seorang guru hendaklah mendidik siswa supaya mengerjakan dan berbuat
yang baik dengan tidak mengharapkan pujian atau reward (ganjaran), tetapi semata-mata karena
pekerjaan atau perbuatan itu memang kewajibannya.
Sedangkan pendapat yang terakhir adalah terletak diantara keduanya, sebagai
seorang pendidik hendaknya menginsafi bahwa yang dididik adalah siswa yang
masih lemah kemauannya dan belum mempunyai kata hati seperti orang dewasa. Dari mereka belumlah dapat dituntut supaya mereka mengerjakan yang baik dan
meninggalkan yang buruk atas kemauan dan keinsafannya sendiri. Perasaan kewajiban mereka masih
belum sempurna, bahkan pada siswa yang masih kecil boleh dikatakan belum
ada. Untuk itu, maka pujian dan reward (ganjaran) sangat diperlukan pula dan berguna bagi
pembentukan kata hati dan kemauan.[3]
Setelah mengetahui beberapa pendapat para ahli pendidikan di atas dapatlah
disimpulkan, reward (ganjaran) juga sangat penting tapi ada juga dampak
negatifnya, untuk itu seorang guru harus memberitahu kepada siswa bahwa berbuat
baik bukan karena mengaharap suatu pujian atau reward (ganjaran), maka seorang
guru harus selalu ingat akan syarat-syarat reward (ganjaran) seperti yang
diuraikan di atas. Reward (ganjaran) adalah alat yang
mendidik, maka dari itu reward (ganjaran) tidak boleh berubah sifatnya menjadi
upah. Upah adalah sesuatu yang mempunyai nilai sebagai ganti rugi dari suatu pekerjaan atau suatu
jasa. Upah adalah sebagai pembayar suatu tenaga, pikiran, atau pekerjaan
yang telah dilakukan seseorang. Sedangkan reward (ganjaran) sebagai alat
pendidikan tidaklah demikian, untuk itu seorang guru harus selalu ingat
maksud dari pemberian reward (ganjaran) itu.[4]
Tujuan
Reward (Ganjaran)
Mengenai masalah reward (ganjaran), perlu
peneliti bahas tentang tujuan yang harus dicapai dalam pemberian reward
(ganjaran). Hal ini dimaksudkan, agar dalam berbuat sesuatu bukan
karena perbuatan semata-mata, namun ada sesuatu yang harus dicapai dengan
perbuatannya, karena dengan adanya tujuan akan memberi arah dalam
melangkah. Tujuan yang harus dicapai dalam pemberian
reward (ganjaran) adalah untuk lebih mengembangkan motivasi yang
bersifat intrinsik dari motivasi ektrinsik, dalam artian siswa melakukan
suatu perbuatan, maka perbuatan itu timbul dari kesadaran siswa itu
sendiri. Dan dengan reward (ganjaran) itu, juga diharapkan dapat membangun
suatu hubungan yang positif antara guru dan siswa, karena reward
(ganjaran) itu adalah bagian dari pada penjelmaan dari rasa cinta kasih
sayang seorang guru kepada siswa. Jadi,
maksud dari reward (ganjaran) itu yang terpenting bukanlah hasil yang dicapai
seorang siswa, tetapi dengan hasil yang dicapai siswa, guru bertujuan membentuk
kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada siswa. Seperti
halnya telah disinggung di atas, bahwa reward (ganjaran) disamping merupakan
alat pendidikan represif yang menyenangkan, reward (ganjaran) juga dapat
menjadi pendorong atau motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik lagi.<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3145763305899807"
crossorigin="anonymous"></script>
0 komentar:
Posting Komentar