Rabu, 31 Agustus 2016

PERSEPSI; Pengertian, Prinsip-Prinsip dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepri

PERSEPSI; Pengertian, Prinsip-Prinsip dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepri

1. Persepsi Siswa
a.      Pengertian Persepsi Siswa
Berbicara masalah persepsi tidak bisa terlepas dari ilmu psikologi atau ilmu jiwa. Hal ini terbukti karena penulis banyak menemukan pembahasan-pembahasan tentang persepsi didalam buku-buku psikologi.
Mempersepsikan adalah suatu kegiatan yang sering kita lakukan sehari-hari. Pada hakekatnya persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan, pandangan, penerimaan, penghayatan dan perasaan. Kegiatan yang diamati itu ialah obyek-obyek yang ada disekitar kita. Obyek-obyek itu kita tangkap melalui alat-alat indera dan diproyeksikan pada bagian tertentu di otak sehingga kita dapat mengamati obyek-obyek tersebut. Dibawah ini penulis akan kemukakan beberapa definisi persepsi.
Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap sesuatu benda atau pun suatu kejadian yang dialami. Dalam kamus standar dijelaskan bahwa persepsi dianggap sebagai pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan penagamatan penginderaan. Persepsi ini didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri[1].
Persepsi secara sederhana dapat diartikan tanggapan terhadap sesuatu hal. Menurut kamus Bahasa Inggris-Indonesia, Persepsi berasal dari kata perception yang berarti penglihatan, tanggapan, daya memahami/menanggapi sesuatu yang diawali dengan penginderaan, kemudian ditransfer melalui otak[2]. Adapun menurut Mcleod sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah: “Persepsi berarti kemampuan , kompetensi, yakni keadaan berwenang /memenuhi syarat menurut ketentuan hukum[3].
Sarlito wiriawan, mengartikan persepsi dengan kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan, dan sebagainya[4]. Sama seperti pemahaman psikolog modern lainnya, salah seorang tokoh sufi yaitu Ibnu Arabi’ sebagaimana yang dikutip oleh Neni Hartaty dkk yakni memahami persepsi diawali melalui indera-indera yang dimiliki oleh manusia. Indera menerima dengan stimulus dari cahaya yang dipahaminya yang membentuk esensi dari obyek-obyek yang dipersepsikan. Kesan-kesan yang dikumpulkan oleh indera-indera ini dari luar langsung masuk ke dalam hati yang kemudian dikirim ke akal. Akal (yang berkedudukan sebagai otak) mengidentifikasi kesan-kesan ini sebagai persepsi-persepsi indera dan mengirimkan obyek kepada imajinasi, yang kemudian mengirimkannya ke pemahaman yang tugasnya adalah untuk memisah-misahkankan persepsi tersebut. Ketika proses persepsi asimilasi dan diskriminasi itu telah selesai, beberapa persepsi yang ternyata menarik bagi mind disimpan oleh ingatan (memory), indera terdekat dengan hati dibanding indera-indera yang lainnya. Hati bekerja sepenuhnya walaupun energinya tersebar berjalan melalui saluran-saluran yang berbeda-beda[5].
Hal yang hampir sama diungkapkan oleh Bimo walgito yang memberi arti persepsi sebagai suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melaui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi[6].
Definisi lain Menurut Akyas Azhari persepsi dalam ari sempit adalah penglihatan atau bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas adalah pandangan seseorang mengenai bagaimana ia mengartikan dan menilai sesuatu[7]. Sementara Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, Persespsi adalah tanggapan (Penerimaan) langsung dari sesuatu /proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca Inderanya[8].
Sedangkan menurut M.Alisuf sabri menyatakan bahwa: “Persepsi adalah pengamatan sebagai aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat inderanya, dengan kemampuan ini memungkinkan manusia atau individu mengenali lingkungan hidupnya”[9].
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diungkapkan diatas, jelaslah kiranya bahwa kehidupan individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya. Mulai saat itu pula individu secara langsung menerima stimulus sari luar dirinya dan ini berkaitan dengan persepsi.
Oleh karena itu, maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses psikologis, proses pemberian arti terhadap yang diamati/dilihat dengan menggunakan alat-alat indera sebagai indera penglihat, pendengar, peraba, dan pencium, kemudian dimasukkan dan diproses ke otak sehingga individu dapat mengenali obyek-obyek atau fakta-fakta obyektifitas tentang suatu benda.

b.      Prinsip-prinsip Persepsi
            Persepsi masing-masing individu timbul dan berkembang sejalan dengan waktu berlangsungnya proses interaksi. Hal ini merupakan sarana dari individu untuk memberlakukan prinsip-prinsip persepsi dengan baik. Menurut Zikri Neni Iska ada Beberapa prinsip-prinsip pengorganisasian persepsi adalah sebagai berikut:[10]
1)      Wujud dan latar. Obyek-obyek yang diamati disekitar kita selalu muncul sebagai wujud (figure) dengan hal-hal lainnya sebagai latar (ground), misalnya : Jika kita mendengarkan lagu, maka suara penyanyinya akan tampil sebagai wujud dan iringan musik sebagai latar.
2)      Pola Pengelompokkan. Hal-hal tertentu sering kita kelompokkan dalam persepsi kita, dan bagaimana cara kita mengelompokkan akan menentukan bagaimana kita mengamati hal-hal tersebut.
Prinsip-prinsip pengorganisasian persepsi di atas sama persis dari yang diungkapkan Sarlito Wiryawan, tetapi Ia menambahkan, karena manusia selalu belajar dalam pengamatan maka lambat laun tersusunlah pola yang menetap dalam diri kita masing-masing. Dengan adanya pola pengamatan ini, maka sesuatu yang sekarang terlihat “hitam“, maka besok juga akan terlihat sama yakni “hitam” dan tidak berubah warna, berikut ini ada beberapa pola pengamatan yang menetap, yakni: Ketetapan warna, ketetapan bentuk, ketetapan ukuran dan ketetapan letak[11]. Di lain pihak, organisasi dalam persepsi menyebabkan pula kadang-kadang kita salah dalam menafsirkan obyek yang kita amati.

c.       Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi
            Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap objek yang diamatinya. Menurut Akhyas Azhari perbedaan-perbedaan persepsi antara lain disebabkan oleh:[12]
1)      Perhatian, biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada disekitar kita secara sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek saja.
2)      Set, adalah harapan seseorang tentang rangsangan yang akan timbul. Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis start terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol disaat ia harus mulai lari.
3)      kebutuhan, kebutuhan-kebutuhan sesaat maupuyang menetap pada diri seseorang mempengaruhi persepsi orang tersebut.
4)      Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi.
5)      Ciri kepribadian juga dapat mempengaruhi persepsi
6)      Gangguan kejiwaan juga dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi.
Sedangkan menurut Bimo walgito, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang diantaranya adalah:
1)      Stimulus yang kuat. Stimulus harus melalui lambang kejelasan akan banyak berpengaruh terhadap persepsi
2)      Fisisologi dan psikologis. Jika sistem fisiologi terganggu akan banyak mempengaruhi dalam persepsi seseorang. Sedangkan segi psikologis yang mencakup pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan sebagainya juga akan berpengaruh terhadap seseorang dalam persepsi
3)      Lingkungan situasi yang melatar belakangi stimulasi dapat mempengaruhi persepsi[13].
Dari kedua tokoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi itu berbeda-beda karena dipengaruhi oleh berbagai hal seperti faktor, personal, situasional dan struktural. Ahmad Mubarok dalam bukunya Psikologi Dakwah menyatakan, diantara faktor yang besar pengaruhnya dalam mempersepsi sesuatu adalah sebagai berikut:[14]
a)      Faktor Perhatian, faktor penarik perhatian dapat dibagi sebagai berikut:
·         Faktor eksternal, terdiri dari: prinsip gerakan, prinsip kontras, prinsip kebaruan, prinsip perulangan
·         Faktor internal, terdiri dari: faktor biologis dan faktor sosiopsikologis
b)      Faktor Fungsional, antara lain: Faktor kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosionaldan latar belakang budaya
c)      Faktor Struktural, menurut teori gestalt bila seseorang mempersepsikan sesuatu, maka ia mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan, bukan bagian-bagian. Begitu juga dengan sturktur kedekatan dan kesamaan juga dapat mempenagruhi persepsi.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3145763305899807"
     crossorigin="anonymous"></script>




[1] Abdul Rahman Shaleh-Muhbib Abd. Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), Cet-1, h. 88
[2] Jhon M.Echols dan Hasan Sadily, Kamus Iggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia 1995), h. 105
[3] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 2004), cet ke-9, h. 229
[4] Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, ( Bulan Bintang, 2002), h. 41
[5] Dra. Nety Hartaty, M.Si dkk, Psikologi Dalam Tinjauan Tasawuf, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004), Cet-1, h. 82
[6] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi offset, 2004), h. 87-88
[7] Akyas Azhari, Psikologi Umum Dan Perkembangan, (Jakarta: Teraju, 2004), Cet -1, h. 107
[8] Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet Ke-1, h.863
[9] M.Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1993) Cet.Ke-1, h.45
[10] Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta : Kizi Brother’s, 2006), Cet Ke-1, h. 54-55
[11]  Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi....., h. 43-44
[12] Akyas Azhari, Psikologi Umum Dan Perkembangan, h. 108-109
[13] Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Andi offset, 1991), Cet-1, h. 55
[14] Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), Cet-Ke-2, h. 109  
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © MAHSUN DOT NET