a. Pengertian Bimbingan
Bimbingan
dan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan “counseling” dalam
bahasa Inggris. Secara harfiyah istilah “guidance” dari akar kata “guide”
berarti : (1) mengarahkan (to direct), (2) memadu (to pilot), (3) mengelola (to
manage), dan (4) menyetir (to steer).[1]
Menurut
Arthur J. Jones, et. al, 1970 tentang bimbingan yang dikutip oleh Drs. Dewa
Ketut Sukardi, bahwa “bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan
oleh seseorang kepada orang lainnya dalam menetapkan pilihan dan penyesuaian
diri, serta di dalam memecahkan masalah-masalah. Bimbingan bertujuan membantu
penerimanya (siswa atau klien) untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara
bebas dan mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.[2]
Perbuatan
yang lemah lembut tentu akan berdampak positif, sebaliknya pernuatan yang kasar
dan keras tentu akan dijauhi oleh orang-orang sekelilingnya.
Hal
tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al- Imran ayat 159:[3]
$yJÎ6sù
7pyJômu
z`ÏiB
«!$#
|MZÏ9
öNßgs9
( öqs9ur
|MYä.
$àsù
xáÎ=xî=ù=s)ø9$#
(#qÒxÿR]w
ô`ÏB
y7Ï9öqym
( ß#ôã$$sù
öNåk÷]tã
öÏÿøótGó$#ur
öNçlm;
öNèdöÍr$x©ur
Îû
ÍöDF{$#
( #sÎ*sù
|MøBztã
ö@©.uqtGsù
n?tã
«!$#
4 ¨bÎ)
©!$#
=Ïtä
tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$#
ÇÊÎÒÈ
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya. (Q.S. Al-Imran:
159)
Ayat di atas sudah
cukup jelas menerangkan bahwa sebuah bimbingan tidak harus dilaksanakan dengan
paksaan atau kekerasan, melainkan dengan lemah lembut, penuh penghayatan, dan
pendekatan kemanusiaan, yang pada akhirnya tumbuh kesadaran dan tanggung jawab
pada diri klien.
Definisi bimbingan
dalam proses pendidikan, menurut Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani bahwa bimbingan
dalam proses pendidikan adalah proses memberikan bantuan kepada siswa agar ia
sebagai pribadi memiliki pemahaman yang benar tentang dirinya pribadi dan dunia
sekitarnya, dan dapat mengambil keputusan untuk melangkah lebih maju secara
optimal dalam perkembangannya dan dapat menolong dirinya sendiri dalam
menghadapi dan memecahkan masalahnya.[4]
Definisi bimbingan
yang dikemukakan oleh Mortensen dan Schmuller, 1976 yang dikutip oleh Prof. Dr.
H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs. Erman Amti, “Bahwa bimbingan dapat diartikan
sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan yang membantu meyediakan
kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan staf ahli dengan cara mana setiap
individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesanggupannya
sepenuh-penuhnya sesuai dengan ide-ide demokratis”[5]
Berdasarkan
beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan dapat
diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada siswa agar siswa mampu
membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan mampu memahami potensi diri dan
lingkungannya, serta siswa dapat mengenal, memahami, menerima dirinya sendiri
secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan kehidupan sehingga mencapai
kehidupan yang bermakna baik secara personal maupun sosial dalam pengembangan
dirinya secara optimal.
b.
Pengertian Konseling
Secara etimologis,
istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti
“dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”.
Sedangkan dalam bahasa Anglo- Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan”
yang berarti “menyerahkan” atau “menyimpulkan”.
Konseling menurut
Tolbert, 1959 yaitu “bahwa konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan
secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu
dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi
belajar”. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya
sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan
menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun
masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan
masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.[6]
Konseling merupakan
salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantu di sini yaitu
sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang
dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu
menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Tugas konselor adalah
menciptakan kondisi-kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan
klien.
Keefektifan
konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan antara konselor
dengan kliennya. Dilihat dari segi konselor, kualitas hubungan itu bergantung
pada kemampuannya dalam menerapkan teknik-teknik konseling dan kualitas
pribadinya.
Khusus di sekolah,
Boy dan Pine (Depdikbud, 1983: 14) menyatakan bahwa tujuan konseling adalah
membantu siswa menjadi lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya,
membantu siswa maju dengan cara yang positif, membantu dalam sosialisasi siswa
dengan memanfaatkan sumber-sumber dan potensinya sendiri. Persepsi dan wawasan
siswa berubah, dan akibat dari wawasan baru yang diperoleh, maka timbulah pada
diri siswa reorientasi positif terhadap kepribadian dan kehidupannya.[7]
Islam pun
memandang pentingnya sebuah konseling di dalam kehidupan manusia seperti yang
difirmankan Allah SWT, dalam surat Yunus, ayat 57-58 :
$pkr'¯»t
â¨$¨Z9$#
ôs%
Nä3ø?uä!$y_
×psàÏãöq¨B
`ÏiB
öNà6În/§
Öä!$xÿÏ©ur
$yJÏj9
Îû
ÍrßÁ9$#
Yèdur
×puH÷quur
tûüÏYÏB÷sßJù=Ïj9
ÇÎÐÈ ö@è%
È@ôÒxÿÎ/
«!$#
¾ÏmÏFuH÷qtÎ/ur
y7Ï9ºxÎ7sù
(#qãmtøÿuù=sù
uqèd
×öyz
$£JÏiB
tbqãèyJøgs
ÇÎÑÈ
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: "Dengan
kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia
Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".[8](
Q.S. Yunus: 57-58)
Dari uraian di
atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian bimbingan dan konseling
secara umum adalah proses pemberian tuntunan, bantuan atau pertolongan yang
diberikan oleh pembimbing atau konselor kepada klien atau konseli secara
sistematis melalui pertemuan tatap muka diantara keduanya, yang dimaksudkan
agar konseli dapat mengembangkan kemampuan atau kecakapan dalam melihat dan menemukan
masalah yang dialami serta dapat memecahkan masalahnya sendiri sesuai dengan
potensi yang dimilikinya serta dapat menyesuaikan diri terhadap tuntunan hidup.
Bimbingan dan
konseling selalu berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan pengaruh kondisi psikis seseorang terhadap penyesuaian dirinya di
rumah atau di sekolah, serta kaitannya dengan kontak sosial ataupun pekerjaan.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3145763305899807"
crossorigin="anonymous"></script>
[1] Dr. Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntuka
Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), cet. 1, h. 5
[2] Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan
Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), cet. 1, h. 8
[3] Departemen Agama RI, Al-Hikmah,
Alquran dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit Diponogoro, 2006), cet. 2,
h. 103
[4] Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani, Bimbingan
dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), cet. 1, h. 6
[5] Prof.
Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs.
Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004), cet.
2, h. 94
[6] Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan
dan Konseling, (Jakarta :
PT. Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 99-101
[7] Dr. Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntuka
Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), cet. 1, h.9
[8] Departemen Agama RI, Al-Hikmah,
Alquran dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit Diponogoro, 2006), cet. 2,
h. 215
0 komentar:
Posting Komentar