Sabtu, 25 Juni 2016

PENDIDIKAN ISLAM DI ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA

PENDIDIKAN ISLAM DI ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA
A.    Pengertian Pendidikan Islam
            Ada tiga poin ciri pendidikan Islam pertama, pendidikan Islam menyangkut aspek jasmani dan rohani keduanya merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan oleh karean itu pembinaan terhadap keduanya harus seimbang. Yang kedua, pendidikan Islam mendasarkan konsepsinya pada nilai-nilai religius. Ini berarti bahwa pendidikan islam tidak mengabaikan factor teologis sebagai sumber dari ilmu itu sendiri. Ketiga, adanya unsur takwa sebagai tujuan yang harus dicapai sebagaimana yang kita ketahui, bahwa takwa merupakan benteng yang dapat berfungsi sebagai daya tangkal terhadap penganut-penganut negative yang datang dari luar.
            Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkemabang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
      Dengan demikian yang dimaksud dengan pendidikan Islam di Indonesia pada zaman Belanda adalah bimbingan dan pembinaan yang dilakukan oleh para ulama dan kiai ataupum ustad kepada masyarakat, baik secara individu maupun kelompok di rumah-rumah, musallah, masjid, maupun pesantren. Yang bertujuan agar terwujudnya manusia yang beriman dan bertakwa, mampu mengamalkan ajarannya, dan berakhlak mulia serta memiliki ghirah ke islaman yang tinggi.[1]

B.     Sikap dan Politik  penjajahan Belanda terhadap perkembangan Pendidikan Islam
      Belanda berkuasa mengatur pendidikan dan kehidupan beragama yang mereka sesuaikan denagn prinsip-prinsip yang mereka pegang sebagai kaum imperialis dan kolonialisme yaitu kebarat-baratan ( Westernisasi) dan Kristenisasi. Kebijakan belanda dalam mengatur jalannya pendidkan, tentu saja dimaksudkan untuk kepentingan mereeka sendiri terutama untuk kepentingan agama Kristen.Hal ini terlihat jelas misalnya Van Den Boss menjadi gubernur jendral di Jakarta pada tahun 1831, keluarlah kebijaksanaan bahwa sekolah-sekolah gereja dianggap dan diperlukan sebagai sekolah pemerintah.
      Jadi yang terpikirkan oleh mereka di bidang pendidikan hanyalah untuk kepentingan mereka serndiri. Inisiatip untuk mendirikan lembaga pendidikan yang diperuntukan bagi penduduk pribumi adalah ketika Van Den cappeleln menjabat sebagai jenderal, dimana pada waktu dia memberikan surat edaran yang ditujukan  kepada para Bupati yang isinya adalah. ”Dianggap penting untuk secepatnya mengadakan peraturan pemerintah yang menjamin meratanya kemampuan membaca dan menulis bagi penduduk pribumi agar mereka lebih mudah untuk dapat menaati undang-undang dan hokum Negara yang diterapkan Belanda“.   
      Jiwa dari surat edaran yang dibuat Van Den capellan tersebut di atas adalah menggambarkan tujuan dari didirikannya Sekolah dasar pada zaman itu. Pendidikan Agama Islam yang telah ada di pondok pesantern, mesjid dan musalla atau yang lainnya dianggp tidak membantu pemerintah Belnada. Para santri pondok masih buta huruf lain, yang secara resmi menjadi acuan pada waktu itu.
      Politik yang dijalankan pemerintah Belanda terhadap rakyat Indonesia yang mayoritas beragama Islam sebenarnya didasari oleh adanya rasa ketakutan, rasa panggilan agamanya yaitu Kristen dan rasa kolonialismenya. Sehingga dengan begitu mereka terapkan berbagai peraturan dan kebijkan, diantaranya:
1.      Pada tahun 1882 pemerintah Belanda membentuk suatu Badan khusus yang bertugas untuk mengawasi kehidupan beragama dan pendidikna Islam yang mereka sebut Priesterraden. Dari nasihat badan inilah maka pada tahun 1905 pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan baru yang isinya bahwa orang yang memberikan pengajaran atau penagjian agama islam harus terlebih dahulu meminta izin kepada pemerintah Belanda.
2.      Tahun 1925 keluar lagi peraturan yang lebih ketat terhadap pendidikan agama Islam yaitu bahwa tidak semua orang ( Kiai ) boleh memberikan pengajaran mengaji terkecuali telah mendapat semacam rekomendasi  atau persetujuan Belanda.
3.      Lalu pada tahun 1932 keluar lagi peraturan yang isinya berupa kewenangan untuk memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada izinnya atu memberikan pelajaran yang tidak disuaki oleh pemerintah Belanda yang disebut Ordonansi sekolah liar ( Wilde School Ordonantie ). [2]    

C.    Keadaan pendidikan Islam di Masa penjajahan Belanda
      Pada mulanya kedatangan orang-orang asing Belanda ke Indonesia adalah untuk menjalin hubungan perdagangan dengan bnagsa Indonesia. Sambil berdagang, Belanda berupaya menancapkan pengaruhnya terhadap bangsa Indonesia. Lambat laun Belanda berhasil memperkuat penetrasinya di nusantara. Belanda tidak hanya memonopoli perdagangan dengan bangsa Indonesia, namun satu demi satu belanda berhasil menundukan penguasa-penguasa local, kemudian merampas daerah-daerah tersebut kedalam kekuasaannya. Selanjutnya berlangsunglah system penjajahan. Pemerintah Belanda mulai menjajh Indonesia pad atahun 1619, yaitu ketika Jan Pieter Zoan Coen menduduki Jakarta.
      Pada pertengahan abad ke-19 pemerintah Belanda mulai menyelenggarakan Pendidikan model Barat yang diperuntukan bagi orang-orang Belanda dan sekelompok kecil orang Indonesia ( terutama kelompok berada ). Sejak itu tersebar jenis pendidkna rakyat, yang bherarti juga bagi umat islam. Selanjutnya, pemerintah memberlakukan politik etis, yang mendirikan dan menyebarlusakan pendidikan rakyat sampai pedesaan.
      Pendidikan colonial Belanda sangat berbeda dengan system pendidikan Islam tradisional pada pengatahuan duniawi. Metode yang diterapkan jauh lebih maju dari system pendidikan tradisional. Adapun tujuan didirikannya sekolah bagi pribumi adalah untuk mempersiapkan pegawai-pafgawai yang bekerja untuk belanda.
      Bahwa pendidikan model Barat membawa arti positif  bagi perkembangan  pendiidkan Islam dan kemajuan masayarakat terjajah. Orang-oarang pribumi yang belajar di sekolah-sekolah Belanda menjadi mengenal sisitem pendidikan modern seperti sisitem kelas, pemakaian meja dan bangku metode belajar-mengajar modern dan ilmu penegtahuan selain itu, mererka juga mengenal surat kabar atau majalah yang sangat bermanfaat untuk mnegikuti perkembangan zaman. Semua akhirnya dapat melahirkan muslim yang memliki pola piker dan wawasan yang rasional. Pandangan-pandangan  rasionalllah yang menjadi salah satu pendorong ntuk mengadakan pembaharuan di berbagai bidang, diantaranya adalah perubahan di bidang keagamaan dan pendidikan. Maka lahirlah gerakan pembaharuan pendiidkan Islam di berbagai daerah di Indonesia.[3]

D.    Konsep Pembaharuan Pendidikan Islam di Masa Kolonial Belanda[4]
Ø  Jami’at Khair : Konsep Pendidikan Konvergensi
            Jami’at Khair yang secara resmi disahkan pemerintah Belanda tanggal 17 Juli 1905 itu adalah organisasi pertama yang didirikan oleh orang bukan Belanda, yang seluruh kegiatannya diselenggarakan berdasarkan sistem Barat. Menurut Deliar Noer, Jami’at khair telah melengkapi organisasinya dengan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, ketua, sekretaris, bendahara dan sebagainya, termasuk rapat anggota dan notulen rapat-rapat berkala.
            Berlainan dengan madrasah-madrasah yang telah ada pada umumnya pada waktu itu, sekolah jamiat khair dikelola dengan system modern dalam arti menggunakan kurikulum dengan bermacam pelajaran agama dan umum. Selain itu, jamiat khair membangun perpustakaan serta mendatangkan pengajar-pengajar dari luar negeri dan mengirim pelajar-pelajar yang berbakat ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan mereka.
            Ide-ide pembaharuan yang diterapkan oleh jamiat khair dalam bidang pendidikan hanya terbatas pada tingkat sekolah dasar. Dilihat dari pelaksanaan program pendidikannya, jamiat khair telah melakukan beberapa pembaharuan dalam bidang pendidikan islam. Pertama, pembaharuan dalam bidang organisasi dan kelembagaan, dan kedua pembaharuan dalam aspek kurikulum dan metode mengajar.
         Dengan adanya hubungan baik dengan luar negeri khususnya timur tengah, maka menimbulkan kekhawatiran Belanda terhadap jamiat khair hingga timbul larangan bagi organisasi ini untuk membuka cabang-cabangnya di luar kota Batavai (Jakarta), Dengan demikian tidaklah terlalu mengherankan jika akhirnya hanya dapat berkembang sebagai organisasi local, tetapi agaknya tidak ada yang merasa keberatan jika organisasi ini dikatakan sebagai organisasi islam yang mula-mula menyelenggarakan sistem pendidikan konvergensi atau gabungan antara sistem pendidikan madrasah (islam) dengan pendidikan barat (sekolah) di indonesia.      

Ø  Perguruan Muhammadiyah : Konsep Sekolah Agama
            Muhammadiyah didirikan oleh kiai Haji Ahmad Dahlan(1869-1923), tanggal 18 november 1912 di Yogyakarta. Tujuan Muhammadiyah masih menunjukkan jangkauan yang sederhana. Tujuan itu terangkum dalam usaha untuk menegakkan dan menjungjung tinggi agama islam yang sebenar-benarnya.
            Kegiatan Muhammadiyah, sejalan dengan usaha untuk membina umat, antara lain dengan mendirikan sekolah modernisasi pesantren, dan menggiatkan tabligh serta kegiatan social lainnya seperti bantuan kepada korban bencana alam dan sebagainya.

Ø  Santi Asromo : Konsep Pesantren Kerja
Santi Asromo didirikan oleh KH. Abdul Halim Iskandar, tahun 1932 yang terletak di Desa Pasir Ayu Kabupaten Majalenfgka. Santi Asromo ini di bangun sengaja memilih tempat yang jauh dari keramaian kota, karena di tempat yang sunyi akan lebih mudah membentuk akhlak para santrinya. Ada tiga factor yang mendorong Abdul Halim mendirikan Santi Asromo, yaitu:
  1. Rasa tidak puas terhadap pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah Belanda.
  2. Tidak puas atas hasil pendidikan yang diselenggarakan oleh berbagai pesantren waktu itu.
  3. Ingin mengadakan pembaharuan, modernisasi dan penyegaran pendidikan.
Menurut Abdul Kalim, pendidikan yang dibutuhkan harus menyangkut tiga factor yang mesti diperhatikan yaitu: pendidikan bathin (akhlak), pendidikan social (ijtima), dan pendidikan ekonomi (aktishad). Bentuk kurikulum yang dilaksanakan oleh Santi Asromo ini adalah materi pelajaran terpadu antara teori dan praktek.

Ø  Taman siswa : Konsep Pendidikan Nasional
         Taman siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara, tanggal 3 juli 1972 di Yogyakarta yang di ilhami oleh kondisi sosial yang ada waktu itu, yaitu kondisi masyarakat yang terjajah dan pengalaman dalam lingkungan. keluarga serta pengalamannya semasa dipengasingannya di negeri belanda.
         Konsep pendidikan taman siswa berasal dari berbagai sumber ide yang di nialai bermanfaat dan layak untuk di masukkan sebagai acuan system pendidikan yang dicita-citakan.
 Taman siswa tampaknya sudah mempersiapkan suatu konsep tentang pendidikan, sebagai suatu system yang digali dari kekayaan kebudayaan nasional. Asas-asas pokok yang berdasarkan kemanusiaan, kodrat alam, kebangsaan, kebudayaan, dan kemerdekaan.


<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3145763305899807"
     crossorigin="anonymous"></script>




[1] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung, Angkasa; 2003, Cet, 1, h.10.
[2] Drs.Hasbullah, Sejarah Pendidikan Isalm Di Indonesia, Jakarta .PT Raja Grafindo Persada,;1995, Cet 1, h. 52.
[3] Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, Logos, 1999, Cet 1. h. 149.
[4] M. Ali Hasan, Mukti Ali,  Kapita Selekta Pendidikan islam. Jakarta. CV Pedoman Ilmu Jaya: 2003. Cet. 1. h. 9
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © MAHSUN DOT NET