Senin, 27 Juni 2016

PENDIDIKAN DAN DUNIA KERJA

PENDIDIKAN DAN  DUNIA  KERJA

I.   PENDAHULUAN
Proses pendidikan hendaknya dilakuan tidak sekedar mempersiapkan anak didik untuk mampu hidup di masa kini, tetapi mereka juga harus disiapkan  untuk hidup di masa depan. Masa depan adalah masa yang semakin bertambah tantangannya, dan semakin sulit diprediksi tantangannya. Kesulitan memprediksi karakteristik masa akan datang disebabkan oleh kenyataan bahwa di era global nanti, perkembangan manusia tidak linear lagi, tetapi penuh dengaan diskontinuitas. Oleh karena itu, keberhasilan kita masa lalu belum tentu  memiliki validitas  untuk menangani dan menyelessaikan persoalan dimasa kini dan masa  yang akan datang.

II.  PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendidikan
Menurut Prof. Langeveld, seorang ahli pedagogig dari negeri belanda mengemukakan batasan pendidikan, bahwa pendidikan ialah suatu bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu kedewaasaan.
      Dalam GBHN 1973, dikemukakan pengertian pendidikan bahwa pendidikan pada hakikatnya meupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup.

B.     Tenaga Kerja dan Pendidikan
Sampai dengan masa perang dunia I, dalm dunia industri terdapat 3 kelompok kerja, yang semuanya berkaitan dngan berbagai tingkatan dalam perkembangan tekologinya.
      Ketiga macam kelompok itu ialah:
1)      Unskilled manual (Tenaga kerja tidak terampil)
2)      Skilled manual (Tenaga kerja termpil)
3)      Personal administrasi dan komersial
      Dalam tahun terakhir ini tenaga kerja untuk skilled semakin kurang diperlukan, akan tetapi jumlah personal adsministrasi dan komersial semakin lama semakin  besar. perbedaan antara tenaga kerja manual dan non manual, yang dalam istilah lain disebut “pekerja otot dan pekerja otak”. Semakin lama semakin kabur. Pada masa ini pendidikan bakat (vocational training) akan semakin meningkat dan merupakan modal bagi teknisi setengah terampil (Schelsky,1961). ”Hubungan manusiawi” lebih diperlukan untuk mengorganisir dan memperbaiki suatu sistem kerja.
      Dengan diperkenalkannya mesin-mesin baru beserta teknologinya telah mengakibatkan kenaikan tajam dalam kenaikan mobilitas jabatan atau perpindaha posisi kerja, dan juga menimbulkan konsekuensi khusus yaitu perlunya pendidikan atau latihan bagi para pekerja.
      Prof. Dr. Jusuf  Enoc M.H, dalam bukunya Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan mengemukakan beberapa tindakan-tindakan kebijaksanaan perencanaan pendidikan dalam kaitannya dengan usaha perluasan lapangan kerja, antara lain adalah dengan:
a)      Merencanakan berbagai ragam pendidikan yang para lulusannya dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam berbagai bidang kegiatan pembangunan
b)      Merencanaka peningkatan mutu dan relevansi pendidikan
c)      Mendorong berbagai pihak yang menampung para lulusan untuk melaksanakan langkah-langkah penyesuaian sesuai dengan kebutuhabn masing-masing
d)     Merencanakan pendidikan kejuruan diberbagai bidang dengan berorientasi kepada dunia kerja.
e)      Menanamkan sikap lebih positif terhadap kerja kasar dikalangan lulusan
f)       Mengusahakan adanya forum konsultasi secara efektif dan teratur antara wakil pemakai tenaga terdidik dan penghasil tenaga terdidik, antara lain untuk menentukan janis keterampilan yang diperlukan
g)      Merencanakan peningkatan informasi mengenai kesempatan kerja yang ada serta bimbingan, antara lain meliputi usaha pengumpulan data dan keterangan mengenai berbagai sumber pendapatan tenaga kerja temasuk upah dipedesaan maupun kota, produktivitas tenaga kerja, jenis tenaga kerja yang dibutuhkan oleh berbagai sektor,dan menyampaikan kepada para calon lulusan pendidikan, khususnya yang akan mencari kerja.[1]

C.     Peranan Pekerjaan
Peranan adalah suatu pengenal atau ciri kewajiban yang dimainkan oleh seorang individu dalam suatu organisasi sosial. Ruang lingkup suatu peran jabatan menunjukan suatu perluasan kewajiban yang dimainkan dalam suatu organisasi kerja, sedangkan daya serap adalah suatu petunjuk dari  tingkat penetrasi suatu peran di dalam peran yang lain. Semakin tinggi status pekerjaan, semakin banyak dan semakin spesifik elemen-elemen peranan yang ada di dalamnya (weinstock,1963). Sebagai suatu perbandingan hanya ada sedikit persyaratan untuk menduduki jabatan sebagai seorang pesuruh, karena perana yang dimainkannya sangat terbatas, tetapi untuk menjadi seorang eksekutif diperlukan persyaratan yang lebih banyak karena peranannya pun lebih kompleks lagi.

D.    Sekolah dan Pekerjaan
1.      Aspirasi dan Harapan
Sekolah memberikan suatu bayangan atau gambaran dari bentuk pekerjaan yang akan didapatkan oleh seseorang. Di sekoah para, siswa mendapatkan suatu informasi tentang berbagi suatu pekerjaan yang bisa dan akan mereka lakukan, walaupun mungkin informasi tersebut tidak bersifat langsung bila sekolah yang dimasukinya ialah sekolah ilmu-ilmu sosial.
Suatu penelitian yang telah dilakukan oleh musgrave (1966) terhadap sejumlah siswa dan siswi yang berumur antara 14 sampai dengtan 20 tahun diwilayah indrustri di inggris sebelah utara, bahaw sebagian besar mereka menganggap bahwa pekerjaan hanyalah sebagai alat untuk mencapai tujuan hidupnya, tetapi sebagian kecil lainnya beranggapan bahwa justru sekolahlah yang merupakan alat untuk memperoleh pekerjaan, karena ia dianggap tujuan akhir .penelitian lain yang telah dilakukan oleh Hill (1965) terhadap anak berusia 14 tahun yang duduk di bangku sekolah grammar dikota Midlands, menunjukkan bahwa banyak kelompok siswa  yang belum memutuskan pilihan karir mereka di masa depan (kurang lebih 56 persen dari seluruh siswa), mayoritas diantara mereka menghendaki suatu imbalan dan kondisi kerja yang diharapkannya cukup memuaskan.
Maizels (1970) mengambil suat kesimpulan bahwa dari hasil penelitian terhadap sejumlah siswa di Wilasden, salah satu bagian kota London yaitu adanya suatu kepincangan dalam hubungan antara inspirasi dan harapan anak-anak muda disatu pihak, dengan apa yang telah dilakukan oleh berbagai badan pelayanan masyarakat termasuk perusahan industri dilain pihak. Terlihat adanya suatu kecenderungan bahwa mereks lebih mementingkan jabatan yang akan didapatkan daripada melakukan usaha untuk mencapai prestasi tinggi.

2.      Teori Pemilihan Kerja
Musgrave (1974) telah melangkah maju dengan konsepnya tentang teori pemilihan kerja yang baru pertama kali dikemukakan di Inggris. Teori ini memusatkan pembahasannya dalam masalah proses sosialisasi yang dianggapmya berperan penting dalam proses pemilihan kerja. Dalam teori itu musgrave menyatakan:
peninjauan terhadap masalah sosialisasi adalah suatu hal yang sangat penting setiap tahap sosialisasi, terjadi suatu masa transisi yang sesungguhnaya merupakan pengulangan dari sikap masa transisi yang terjadi pada setiap pergantian tahap sosialisasi”. Dengan melihat kemampuan seorang pemuda untuk melakukan proses sosialisasi atau kemampuannya beradaptasi dengan pekerjaan beserta lingkungan pekerjaannya, kita bisa menyatakan apakah pemuda itu berhasil atau tidak dalam menentukan pilihannya.
Ford dan Box (1967) telah mengajukan suatu kritik yang lebih keras terhadap penggunaan istilah “memilih” dalam hubunganya dengan pekerjaan pertama. Mereka menyatakan:
Dapat dipastikan bahaw masa transisi dari dunia sekolah kedunia kerja (didalam kasus dimana anak berumur 15 tahun sudah berhenti sekolah)  tidak dapat diuraikan sebagai suatu proses memilih secara keseluruhan. Anak –anak tersebut tidak tahu masalah keseluruhan pekerjaan yang ditawarkan kepada mereka, dan sama sekali tidak mempunyai kriteria untuk membedakan satu pekerjaan dengan pekerjaan lain”.

E.     Hubungan Antara Keluarga dan Pekejaan
Sebagai permulaan kita mengambil suatu postulat dari Raports (1965) yaitu: Pekerjaan dan peranan keluarga cenderung bersifat isomorfik (saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain dengan satu cara tertentu untuk membentuk suatu pola struktur yang sama), atau heteromorfik (membentuk suatu struktur yang masing-masing berbeda).

F.      Sikap Subyektif Dalam Pekerjaan
Ada dua kelompok besar dari konsep tentang sikap subjek dalam pekerjaan, yaitu konsep ideologi dan konsep nilai ideologi yang sering kali dipegang oleh anggota masyarakat atau suatu kelompok sosial tertentu yang menunjukan suatu pengelompokkan dari aturan-atuarn mengenai nilai,  sikap, kepercayaan dan opini yang ada dalam masyarakat atau kelompok sosial tersebut. Konsep ideologi berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan serta mengarahkan aturan-atuaran sosial dan juga untuk menciptakan harapan serta menghilangkan rasa takut. Nilai adalah suatu konsepsi dari sesuatu yang diinginkan yang bersifat spesifik dengan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

G.    Penilaian Sosial Terhadap Tenaga Keja
Perbedaan antara profesi terhormat dengan profesi biasa senantiasa muncul kembali dalam sejarah sosial. Pada masyarakat Patriarkhal, khususnya dalam tahap perkembangan yang lebih lanjut, merupakan keadaan biasa untuk memberikan tekanan pada ciri kehormatan pekerjaan seorang prajurit atau pekerjaan seorang pemburu
III. KESIMPULAN
Pendidikan merupakan syarat utama dalam memperoleh pekerjaan, tanpa adanya pendidikan atau keahlian pada suatu bidang pengetahuan tertentu maka seseorang sulit untuk memperoleh pekerjaan. Oleh karena itu suatu lembaga pendidikan harus menciptakan lulusan-lulusannya siap untuk menghadapi tantangan dunia kerja dengan pembekalan keahlian-keahlian di suatu bidang disiplin ilmu tertentu.



<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3145763305899807"
     crossorigin="anonymous"></script>




IV.  DAFTAR PUSTAKA
Parker, S.R. Dkk, “sosiologi industri”, jakarta: PT.BINA AKSARA, cetakan pertama,  agustus 1985
Soekanto, Prof. Dr, Soerjono, S.H, M.A, “Karl mannheim, sosiologi sistematis, jakarta: CV. Rajawali,1985.
Salam, Drs, H. Burhanuddin, “pengantar pedagogik ”Dasar-Dasar Ilmu Mendidik”, jakarta: PT.RINEKA CIPTA, cetakan pertama, november 1997.
 Enoc, Jusuf,  Prof. Dr. M.H, “Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan” , Jakarta: Bumi Aksara, 1995, cet. Ke-2,



[1] Prof. Dr. Jusuf  Enoc M.H, “Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan” , Jakarta: Bumi Aksara, 1995, cet. Ke-2, hal. 285
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © MAHSUN DOT NET